8

56 8 0
                                    


"Apa kau sudah makan?"

"Aku ingin sekali makan makanan yang pedas." Kode Andin agar lelaki didepannya pergi.

"Apa kau sudah boleh makan makanan berat? "

"Kau pikir aku sudah melakukan operasi sesar?" Jawab Andin ketus menatap tajam Zeus

Zeus terkekeh geli, "Kalau begitu, aku akan membelikan mu. Tunggulah di dalam." Suruh Zeus perhatian

"Iya bos." Jawab Andin malas berjalan lesu untuk menaiki kasurnya. Padahal saat ini dia hanya butuh istirahat, tidur yang cukup tanpa gangguan dari orang luar.

"Apa kau tidak senang aku ada disini?"

                             ***

"Hei, kenapa kamu begitu sensitif? Lagi ada tamu bulanan?" Gurau Andin kaku

Zeus berkacak pinggang menatap Andin sendu, sedangkan Andin masih mencoba memfokuskan pikirannya. Dia merindukan Ayahnya. Setidaknya  Andin masih bisa mengharapkan kasih sayang dari Ayahnya.

Apa Ayah baik-baik saja? Kenapa dia tidak mencari ku? Wanita itu? Benar aku tidak akan lagi mengharapkannya. Dia bukan ibuku lagi.

Bulir air mata Andin menetes begitu saja, membuat Zeus khawatir takut perkataannya mungkin menyinggung perasaannya.

"Kamu baik-baik saja?" Zeus mendekap Andin mengelus pelan pucuk kepalanya.

Andin tidak bisa berkata hanya isakan yang keluar dari mulutnya, dirinya bahkan sekarang terlihat seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.

"Maafkan aku, apa tatapanku menyakiti perasaanmu? Berhentilah menangis." Bisik Zeus bingung dengan posisinya saat ini, kenapa dia harus merasa peduli? Sedangkan Andin terus-terusan menangis seperti bayi.

"Andin?" Panggil Aldi dengan wajah merahnya, entah itu karena sengatan matahari atau dirinya yang tersulut emosi melihat putrinya di peluk orang asing.

Andin segera melepas pelukan Zeus dan lari ke arah Ayahnya.

"A-ayah,," isak Andin langsung jatuh ke pelukan Ayahnya, Aldi membalas pelukan putri satu-satunya mengelus pelan pundaknya, memberikan sedikit kehangatan untuknya.

"Putri kecil ku,," ucap Aldi hampir tak terdengar karena dirinya ikut meneteskan air mata, sejenak keberadaan Zeus seperti tak ada

"Maafkan Andin, Ayah. Seharusnya aku tidak membuat ayah khawatir. Aku selalu mengecewakan ayah." Isak Andin menatap sayu lelaki yang sudah membesarkannya sendirian.  Andin merasa bersalah karena membuat suatu keputusan bodoh yang berujung menyakiti ayahnya.

Andin memukul tubuhnya keras,berpikir dia pantas mendapatkan itu.

"Apa kau bodoh? Kenapa memukul diri sendiri. Berhenti menyakiti dirimu,, " Ucap Aldi cepat menghentikan putrinya

"Kau baik-baik saja? Kau terluka? Bagaimana kau bisa jatuh ke sungai. Apa seseorang ingin menjatuhkan mu?"

Ini semua salahnya. Dirinya menjadi seorang ayah yang tidak berguna, membuatnya merasa frustasi, terlalu menekannya, dirinya hanya menyusahkan putrinya. Bahkan selama beberapa bulan ini ,dirinya hanya memikirkan diri sendiri.

"Salahkan ayahmu ini! Karena tidak bisa membiayai hidupmu. Ibumu meninggalkan kita karena ayahmu ini tidak berguna. Pukul Ayah! pukul! "  Andin semakin terisak mendengar ucapan ayahnya dan menggeleng cepat

"Ayah jangan mengatakan hal itu, kau tetap Ayahku,,"

"Wanita itu, sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan kita. Aku tidak ingin mendengar namanya."

WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang