~All smiles, I know what it takes to fool this town~29 mei 202*
Andin menatap jam di pergelangan tangannya sambil menenteng begitu banyak bingkisan di sebelah tangannya berisikan pesanan ayam orang. Dia menjadi seorang kurir di toko ayahnya sendiri. Ya, kini mereka hidup berdua dan berbisnis baru beberapa minggu ini dan Andin hanya berharap keluarganya yang sederhana hidup tenang dan bahagia
Teriknya matahari begitu menyengat hingga menembus kulitnya walaupun mengenakan hoodie tebal. Bahkan sekarang matahari terasa seperti berada di atas kepalanya, semuanya sempurna dengan tenggorokan yang terasa kering itu semakin menyiksanya. Sepertinya Andin membutuhkan tempat untuk berteduh untuk beberapa menit saja.
Dering di ponselnya mengalihkan perhatiannya untuk berteduh di pohon yang rindang.
"Hei! Pesanan saya dimana! Kamu benar-benar membuat saya mati kelaparan! "
Andin sontak menjauhkan ponselnya suaranya bahkan bisa menembus gendang telinganya,
"Iya,maafkan saya Pak,,, Tunggu sebentar saya dalam perjalanan ke sana. 5 menit lagi." Andin mengangguk-ngangguk seperti berhadapan langsung dengan orang di sebrang telpon"Cepatlah! Alasanmu banyak sekali yah."
"Maafkan saya pak, sekali lagi maafkan saya."
"Kamu harus memberi saya kupon lebih hari ini,sebagai ganti kamu membuat saya menunggu terlalu lama."
Andin memejamkan matanya sejenak dan membuang nafasnya kasar, " Tidak bisa begitu pak, kau sama saja membuat usahaku bangkrut."
"Kenapa begitu perhitungan! Kamu membuat pelanggan tidak puas dengan cara pelayanan toko kalian. Saya batalkan saja pesanan itu!" Ucap lelaki di sebrang telpon keras
Andin mengigit bibir bawahnya kesal, "Bapak tidak bisa batalkan pesanannya, ini sudah setengah jalan."
"Sudah saya tutup telponnya,"
"Aah-ii iya pak , bapak akan dapatkan kupon doble kali ini. Saya sampai 5 menit lagi."
Andin mengurungkan niat untuk berteduh dengan memaksakan senyumannya."Nah, kan enak. Dari tadi kek ngomongnya kayak gitu, malah ngajak adu mulut dulu." Sambungan terputus, Andin ingin sekali menyumpahi pelanggannya yang bersikap seenaknya namun lagi-lagi harus ia tahan.
"Kamu baru tahu dunia begitu kejam. Semangat lah Andin! " Teriaknya menyemangati dirinya sendiri dan melanjutkan langkahnya
Zeus yang sejak tadi berada di daerah sana tanpa sengaja melihat Andin berjalan tergopoh-gopoh membawa banyak kresek.
"Andin!!" panggilnya sedikit berteriak karena jarak mereka yang cukup jauh
Andin menoleh dengan wajah terkejut mendapati Zeus berdiri di belakangnya.
"Kamu ngapain disini?"
"Kamu ngapain disini?" Ucap mereka serentak membuat mereka saling mentertawakan.
"Aku sedang bekerja. " Jawab Andin menunjukkan sesuatu yang ada di tangannya
Zeus mengangkat alisnya sebelah lalu kembali mengangguk mengerti.
" Jalan kaki?" Tanya Zeus kembali tak percaya
"Yap!" Jawab Andin mantap dengan senyum yang tak pernah luntur di wajahnya
Zeus menatapnya dengan sendu dalam beberapa detik. " Hei,,, kamu membuatku terlihat menyedihkan. Berhenti menatapku seperti itu." Potong Andin sadar dengan tatapan yang di berikan Zeus walau memang tidak bisa di pungkiri kali ini dia memang terlihat menyedihkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN
Teen Fiction|| DON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! "Aishh! Kenapa aku jadi galau sendiri sih," Andin memperhatikan lagi ke arah bawah danau "Hei andin, sadarlah! Apa yang kamu lakukan disini. Sekarang cobalah untuk berpikir dengan jernih.." Andin sejak ta...