14

69 7 1
                                    

Lelaki berbadan bak seperti model lengkap dengan setelan jas kerjanya masih membaluti tubuh kekarnya dengan rapi. Zeus berdiri tegap memandangi tubuh Andin yang terduduk lemas terlihat sangat putus asa.
Zeus melihat wajah Andin tanpa terbaca, bibirnya hanya terkatup seperti garis vertikal.

"Kenapa menangis di tengah jalan seperti ini?" Tanya Zeus masih menatapnya tak terbaca

Sedangkan Andin yang melihat Zeus seperti penyelamat hidupnya dan berharap agar lelaki itu memberinya tumpangan menuju ke rumah sakit.

"Aku tahu kamu sedang kesulitan, maka aku disini akan selalu dan menjadi orang pertama yang mengulurkan tangan untukmu." Cercau nya namun wajahnya begitu datar, Andin merasa dirinya begitu menyedihkan mendengar ucapan Zeus. Entah kenapa perkataanya sedikit melukai perasaan Andin.

Andin dengan susah payah untuk berdiri menelan saliva nya pelan.
"Kenapa harus kamu di antara semua orang? Kenapa kamu yang harus bediri saat ini juga! Kenapa!" Teriak Andin putus asa, bergelimang air mata

"Siapa yang kamu harapkan?"

Andin kembali menatap Zeus tajam, "Ada apa dengan kalian semua? Kenapa begitu tertarik dengan kehidupanku? Apa kalian senang melihat keluargaku menderita? Kenapa kalian melakukan ini padaku,,"  Isak Andin

Saat itu mata Zeus berkedip lagi-lagi dia harus mengumpati dirinya sendiri. Kenapa dia terus terlibat begitu jauh dengan wanita di depannya? Zeus memegangi kepalanya mencoba untuk berpikir lebih jernih. Pertama dia harus menenangkan emosi perempuan di depannya, wanita ini benar-benar.

Secara refleks tubuh Zeus mendekati tubuh Andin dan langsung mendekapnya dengan hangat. Andin tak henti-hentinya menangis dan terus memukul dada bidang Zeus meski rasanya tak seberapa namun orang-orang mulai menatap ke arah mereka.

"Din, kamu kenapa?" Zeus mulai bertanya dalam bawah sadarnya

"Ayah,, ayahku mengalami tabrak lari. Aku harus ke rumah sakit sekarang." Isak nya

"Rumah sakit mana? Biar aku hantar,," lagi-lagi tanpa di sadari kalimat itu keluar dari mulutnya. Akhiri ini! Batin Zeus.

"Rumah sakit Bening Harapan." Jawab Andin cepat dan mereka pun langsung pergi menuju tempat itu

Zeus menepuk pundak Andin yang sejak tadi hanya diam melamun, "Kita sudah sampai." Ucap Zeus

"Terima kasih Zee,, aku berhutang begitu banyak padamu. Suatu saat aku pasti akan membalas kebaikan itu." Kata Andin tegas

Zeus tertegun, benar sekarang tugas ini sudah selesai kita akhiri ini secepatnya.

"Apa aku perlu ikut?" Tawar Zeus

"Tidak usah, aku harus cepat. Terima kasih sekali lagi." Ucap Andin menundukkan kepalanya dan berlari ke arah lobby secara tergesa

Namun Zeus bukannya meninggalkan tempat itu, dia malah mengikuti wanita itu dari belakang.  Naluri misterius Zeus kembali menguasai tubuhnya dan selalu mengamati pergerakan Andin sejak tadi. Andin kembali menangis ketika dokter memberitahunya bahwa Ayahnya tak bisa di selamatkan.

"Beliau terlalu banyak kehilangan darah. Nona Andin, beliau sudah meninggal 20 menit sebelum sampai rumah sakit. "

"Ini sudah menjadi takdir beliau, saya sebagai seorang wanita dan dokter pun mengharapkan Nona tidak perlu merasa bersalah atau putus asa. "

Andin sejak tadi mendengar berita buruk yang kedua kali di hidupnya. Salah satu orang yang masih mendukungnya kini telah di ambil. Dia sungguh pergi jauh sekali, Andin menangis dalam diam menahan semua sakit,kecewa hatinya.

"Cobalah untuk mengikhlaskan,," ucap dokter lalu memeluk Andin untuk memberikan support.

"Kau pasti bisa,," Ucap dokter itu lagi tulus menepuk pundak Andin lalu pergi meninggalkannya sendirian.

Andin menyalahkan dirinya sendiri, kenapa bukan dia saja yang mati! Kenapa bukan dirinya yang harus menjadi kurir makanan untuk mereka. Dengan begitu Ayah terbaikku tidak perlu Tuhan ambil.

"Apa sebenarnya tujuanmu Zee?" Ucap Zeus berjalan ke arah Andin yang menangis menutupi wajahnya.

"Din?" Panggil Zeus serak

Andin bingung akan melakukan apa, tujuan hidupnya sudah hilang. Sudah hancur dan lenyap.

"Ini semua salah Andin, Andin yang akan gantiin posisi Ayah! " Ucap Andin serak

Zeus menatap Andin sendu dan membelai wajah tirus Andin. "Ini semua salahku,," racau andin lagi namun Zeus memberikan pelukannya lagi. Mendekapnya dengan erat, dia ingin menyalurkan kekuatannya untuk wanita ini. Kenapa hatinya tidak ingin melihat wanita ini menderita?

Zeus membisikkan sesuatu ke telinga Andin, "Tenang,, ada aku. Masih ada aku tempatmu untuk pulang, Din." Ucap Zeus serak sesekali membelai rambut Andin

Andin semakin menangis histeris meluapkan semua perasaannya. Semua sudah tak terbendung, tujuan hidupnya pun sudah tak tentu arah.

Namun dekapan lelaki di depannya membuatnya sedikit merasa tenang, hingga kesadaran Andin hilang secara perlahan.

WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang