Andin berdiri di depan pagar besi yang menjulang tingginya hampir 25meter, dirinya masih dalam keadaan basah kuyup. Demi apa Andin berpikir keamanan disini sangat ketat CCTV ada di setiap sudut lingkungan kotor ini. Tentu saja andin pikir pemilik rumah harus melakukan itu untuk menjaga bongkahan berlian di dalamnya.
Hembusan angin malam seperti menusuk hingga ke dalam tulang belum lagi dalam keadaan basah karena drama Andin sejenak. Dia menyesali itu sekarang, lalu merogoh ponselnya.
"Aku di luar," Kata Andin menatap ke arah rumah yang hampir sebesar gedung sekolah lalu mematikan sambungan telpon secara sepihak. Entah apa yang ada dalam benak Andin saat ini
"Pak, tolong bukain gerbangnya." Ucap Andin
Lelaki paruh baya itu terkejut melihat perempuan di depannya berada di luar dalam keadaan basah kuyup. Dia bergegas membuka gerbang
"Maaf, Non. Mari masuk, " Andin berjalan pelan memasuki pekarangan rumah yang hampir seluas lapangan sepak bola. Demi spongsbob yang gak pernah bisa lulus tes mengemudi, berapa lama lagi dia harus berjalan dalam keadaan menggigil. Perlukah mobil untuk menjemputnya agar cepat sampai di depan pintu utama.
Setelah menghabiskan 15 menit berjalan akhirnya Andin sampai di depan pintu dalam keadaan muka pucat dan menggigil hebat. Andin mendorong pelan pintu masuk namun terkunci.
"Sial! Ma bukain pintu, andin gak bercanda ya." Andin mencoba berteriak namun yang ada tenggorokannya sakit dan serak.
Hingga pintu pun benar-benar terbuka dan menampilkan sosok seorang wanita dengan tubuh mungilnya dan kerutan di sudut matanya terlihat jelas.
Oliv terkejut melihat penampilan anak perempuannya bukan karena terlihat khawatir namun hanya tatapan benci dan jijik.
"Kamu ngapain sih kesini? Jangan ganggu hidup saya lagi!" Desis Oliv memicingkan matanya memandang dari atas sampai bawah penampilan Andin
"Mama kenapa sih, andin ini anak mama loh. Liat andin Ma,, " Ujar Andin lemah menunjuk dirinya sendiri
Namun Oliv enggan untuk menatapnya, " Ma, tolongin andin. Tolongin ayah,, andin udah nggak tau mau ngapain dan harus pergi kemana lagi. Andin terpuruk Ma,," Ucap Andin memeluk tubuh mungil Oliv dan mencari kehangatan disana namun Oliv tak membalas pelukan itu.
"Ada masalah apa?" Tanya Oliv dengan nada malas
"Andin rindu Mama." Ucap Andin dengan suara lemah, tubuhnya sangat panas dan terus menggigil lalu perlahan kesadarannya hilang.
***
Suara kicauan burung membangunkan tidur panjang sang putri tidur. Bersamaan dengan pintu terbuka Oliv berdiri di ambang pintu sambil membawa napan di tangannya. Tak ada senyuman , sapaan, bahkan ciuman ajaibnya yang sangat Andin rindukan. Dulu Mamanya sering melakukan hal manis itu.
"Selamat pagi?" Sapa Andin hangat dan mencoba untuk duduk bersandar meskipun kepalanya masih sedikit terasa pening.
Tak ada sahutan dari Oliv yang langsung menaruh makanan itu di meja.
"Makan." Suruh Oliv dingin
"Maafin Andin kalo udah nyusahin." Kata Andin mengambil sendok lalu memakan makanannya dengan lahap.
Oliv tersenyum sinis, " Rumah saya bukan tempat penampungan, setelah ini kamu harus keluar."
"Selera makan Andin nggak akan hilang walaupun mama ngatain Andin pengemis. Andin tetap anak Mama." Ucap Andin masih makan dengan lahap
"Kemana saja ayahmu? Kenapa menelantarkan anaknya begitu saja!, kamu kesini cuman nyusahin kerjaan saya." Cebik Oliv bersedekap dada
Andin menghentikan aktivitas makannya dan minum dalam satu tegukan. " Apa benar-" ucap Andin mengambangkan ucapannya menatap lekat Oliv
"Andin udah nggak penting lagi buat Mama?" Tanya Andin tulus entah sejak kapan matanya merah menahan air mata itu keluar.
Oliv tertegun sekejap namun kembali menatap Andin tajam , " Harus berapa kali saya bilang. Kamu bukan anak saya lagi jadi saya minta kamu jangan nyu-"
"Andin nggak akan nyusahin Mama lagi," potong Andin air mata yang sejak tadi ia tahan keluar begitu saja, namun bagi Andin itu sama sekali tak menggugah perasaan sayang itu ada lagi dari Mamanya.
Andin mengusap kasar wajahnya, "Andin bakal pergi dari hidup Mama selamanya, tapi Andin cuman minta satu sama mama,, tolong Ayah. Mama balik lagi sama Ayah, dia butuh Mama." Isak Andin
"Itu tidak akan mungkin Andin, itu adalah hal yang mustahil." Balas Oliv dengan pandangan yang sulit Andin artikan
Oliv menggeleng, " Apakah Ayahmu menyuruhmu untuk pinjam uang lagi? Lelaki itu benar-benar gila, benar-benar sampah ,,"
"Tapi itu tidak menutup kemungkinan,kalau dia lelaki sampah itu adalah suamimu! " teriak Andin
Plaakk!
Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Andin,
"Kamu dan lelaki bodoh itu, sama saja! Kalian benar-benar sampah! Bagaimana bisa kalian selalu meminta uang padaku dan membuatku sebagai bank berjalan kalian! Kalian benar-benar tidak punya malu!" Caci Oliv menggebu
Praang!!
Andin membanting seluruh isi nampan dan membuat oliv terkejut,
"Hiduplah sendiri dalam keadaan bahagia ! Hiduplah dengan uangmu! Kau rela berpisah dengan keluargamu hanya demi uang? Kau benar-benar wanita gila!"Andin berlari untuk keluar dari rumah menjijikkan ini, memang benar keluarganya sejak awal memang sudah hancur.
Untuk apalagi di rekatkan, karena tidak akan bisa seperti semula lagi.***
Andin berada di tengah alun-alun kota tempat dimana dia selalu melampiaskan amarahnya, tepat di jembatan gantung. Suasana yang gelap semakin menusuk ulu hati Andin sama seperti hidupnya tidak ada arah yang jelas.
"Aishh! Kenapa aku jadi galau sendiri sih," Andin melihat lagi kebawah danau
"Hei andini, sadarlah! Apa yang kau lakukan disini. Sekarang cobalah untuk berpikir dengan jernih.." Andin malah bermonolog sendiri dan terus berjalan mondar-mandir seperti orang kebingungan.
"Ck! Kau kesini untuk bunuh diri bukan? Sekarang,kau sudah sampai disini lalu kau tinggal terjun ke bawah." Ucap Andin cepat dan terus memegangi dadanya yang turun naik tak beraturan.
Andin tampak berpikir sejenak menghirup udara lagi dalam-dalam lalu membuangnya,entah sudah kesekian kalinya Andin melakukan hal menyebalkan itu, "Benar, kau tidak memiliki tujuan hidup lagi. Orang-orang disekitarmu membencimu. Kau tidak memiliki pekerjaan, bodoh bahkan kau sangat tidak berguna. "
Lagi Andine menghirup udara yang mungkin kali terakhir dia rasakan,"Ahh- hidup ini begitu tidak adil padaku, keluargaku bahkan membenciku,mereka tidak peduli." Isaknya dan menghapus ingus yang terlihat bening
"Lihat saja, mereka sama sekali tidak mencariku. Benar Andine, kau mengambil pilihan yang tepat. Cerita hidup mu cukup berakhir sampai disini,," lagi Andine melihat danau yang begitu dalam, jika jatuh 10% peluang nyawa bisa selamat dan Andin tidak mengharapkan itu.
Andine memanjat tebing pembatas dan berdiri di pinggirnya mengatur keseimbangan tubuhnya,
"Aahh- kenapa sekarang kaki ini gemetar? Apa dibawah airnya tidak terlalu dingin?" Andine menggeleng cepat
"Hei Andin! Apa yang kau lakukan disini? Kau gila? Bagaimana bisa otak kecilmu ini berpikir untuk bunuh diri." Teriak Andin bermonolog lagi dan hendak kembali ke tanah yang hangat. Namun kakinya tergelincir hingga tubuhnya tak seimbang,
BBYYUUURRR!!!
Tubuh Andine hanyut begitu saja dan jatuh semakin dalam, tidak ada yang menyadari kepergian wanita itu. Danau itulah yang menjadi saksi bisu menghilangnya wanita yang putus asa.
To be continued
____&&&&___
Aaaaahh-akhirnya bisa keluar malam ini, sumpah mataku gak kuat lagi.
Terima kasih sudah mampir :)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN
Teen Fiction|| DON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! "Aishh! Kenapa aku jadi galau sendiri sih," Andin memperhatikan lagi ke arah bawah danau "Hei andin, sadarlah! Apa yang kamu lakukan disini. Sekarang cobalah untuk berpikir dengan jernih.." Andin sejak ta...