Merasakan kasih sayang dari orang tua kalian apa membuat hati kalian menghangat? Apa itu membuatmu merasakan debaran yang hebat? Aku juga ingin merasakan hal yang membuatku candu dan menarik. Hingga aku tak akan pernah merasa bosan.
Gila memang, hal yang aku inginkan hanyalah merasakan perasaan senang dari keluargaku sendiri. Keluarga adalah segalanya.
Aku ingin membuat mereka merasakan bahwa dengan memiliki seorang sepertiku membuat mereka bangga. Hal kecil pun, seperti mereka akan menceritakan kisah anaknya ke teman-temannya pun enggan. Mereka berbeda. Tidak seperti orang tua mereka yang lain. Apa saat ini aku terdengar membanding-bandingkan?
Katakan bahwa saat ini aku tidak bersyukur masih memiliki mereka. Masih bisa bertemu dengan mereka di dunia ini. Bagaimana bisa aku akan bahagia? Kami bahkan tidak hidup dalam satu rumah, wanita yang ku sebut ibu lebih memilih lelaki lain daripada ayah. Benar, mereka bercerai.
Lalu untuk apa aku harus merasa bangga memiliki mereka juga. Merekalah yang menghancurkan kebahagiaanku, hanya karena ego mereka.Karir ku pun tidak berjalan mulus, aku harus merasa di rendahkan,diinjak bahkan seringkali semua orang tidak pernah bersikap adil, terlebih lagi saat ini aku baru saja di tendang dari perusahaan dengan alasan yang bahkan jika aku ingat membuat otakku mendidih. Apa aku terlihat menyedihkan sekarang?
Iya, inilah dunia tempatku lahir, umurku sudah memasuki 24 tahun aku pun harus membiayai kehidupan ayah sendirian. Dirinya menjadi pemabuk, penjudi dan bahkan pernah mencoba mencuri. Hutang ayah ada dimana-mana, setiap minggu para rentenir pasti mencarinya. Dan yang mengurus semua hanyalah aku. Lalu bagaimana tidak aku akan memilih untuk bunuh diri, aku hanya lelah dengan keadaan yang terlihat seperti mengutukku. Dan benar, aku mengambil pilihan yang bodoh lagi.
Lalu kehidupan wanita ular itu, ya tentu saja sudah hidup bahagia dengan keluarga barunya dan memiliki segalanya. Seperti saat ini, di depan ku dan ayahku mereka berpelukan. Apa mereka belum puas menyakiti kami?
"Keluar." Desis ku menatap tajam perempuan yang pernah aku panggil ibu, bersamaan dengan kedatangan Zeus. Lelaki ini benar-benar datang pada saat waktu yang tidak tepat.
Melihat wanita itu membuat amarahku naik di sisi lain, aku merasa malu karena ada orang luar disini. Menyaksikan drama keluarga yang sudah hancur. Aku menatap ayah yang masih saja melihat perempuan itu dengan sendu. Dirinya harus menyaksikan kemesraan mereka. Itu membuat hatiku seperti teriris sedikit demi sedikit.
Bagaimana seorang ibu kandung tega meninggalkan keluarganya dengan memilih lari ke pelukan lelaki lain yang penuh dengan materi dan beruang. Saat-saat terpuruk bagiku dan Ayah.
Bagaimana bisa ibuku berpikir dan membuat keputusan bodoh itu.
Ayah mengalami kondisi kritis ketika dirinya di tipu oleh sahabatnya sendiri dan membuat semua aset perusahaannya lenyap, termasuk rumah kami. Ibuku benar-benar bodoh, wanita itu menggilai uang. Katakan aku anak durhaka karena memanggilnya tidak sopan. Aku hanya tidak ingin Ayah terluka.
Dirinya yang dulu adalah pria yang hangat, selalu tersenyum,pekerja keras lalu lihatlah dia sekarang. Pakaian yang dia kenakan pun sudah hampir tak layak di gunakan. Mereka bahkan selalu menatap kami rendah seperti lalat.
Bodohnya aku selalu mencoba dan berdoa agar ibuku kembali. Kini aku menyesali itu.
"Keluar!" Teriak ku membuat ayah mengusap pundak ku mencoba menenangkanku
"Andin.." wanita itu bahkan menyebut namaku
"Kau puas sekarang!? Apa kini setelah melihat keadaan ku dan ayah membuat hatimu senang!?"
"Kau bangga, sudah membuat hidupku hancur ! Kau bahkan menghancurkan salah satu kebahagiaan ayahku. " Teriakku sambil berurai air mata
"Beraninya kau datang lagi kemari. Hanya untuk menunjukkan kau sudah hidup layak dan bahagia!? Hah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN
Teen Fiction|| DON'T COPY MY STORY! DILARANG PLAGIAT! "Aishh! Kenapa aku jadi galau sendiri sih," Andin memperhatikan lagi ke arah bawah danau "Hei andin, sadarlah! Apa yang kamu lakukan disini. Sekarang cobalah untuk berpikir dengan jernih.." Andin sejak ta...