21

39 5 0
                                    

👸:Hai semua? Apa kabar?
Mis kyut jarang banget kayaknya nyapa para reader😀 terutama buat para sider🕷️. Pen kutonjok kalian😘

👸:Mari kita bumbui hidup Andin dan tokohh lainnya seperti kehidupan kalian🌻 konfliknya kita ringankan saja.🥲😇

👸: Mungkin tata cara penulisannya agak beda dari awal cerita ,jadi nanti setelah ceritanya habis atau end kayaknya aku revisi ulang penggunaan kata yang berlebihan atau typo yg bertebaran dimana-mana.🌧️ Sehingga bisa saja merusak mata, dan aduhhh ! aku aja yang punya cerita otakku ikut puyeng sama konfliknya. Sueerr😭🐒 Gak tau alur dan gak jelas banget!!!! 🌏🍃 Seperti pengakuan cintaku yang tak pernah sampai ke taehyung💜

plak!

👸: Yaudah inti dari semua yang aku tulis tugas kalian itu cuman baca ! Vote itu wajib! Sebagai tanda balas jasa untukku. 🐒

Dan terakhir semoga di nikmatin aja yaah.. pelan-pelan buat cerna kejadian semuanya.

Kecyuups becekss dari mis kyuttss
(´ε` )  mmmwahh


Slow update:v

🌼🌼🌼

Selepas membawaku keluar dari tempat belanja tentu saja lelaki di sampingku yang membayar semuanya. Tidak peduli dengan kantongnya yang emang gak akan kering. Jika dia tidak hendak membayarkan semuanya untukku tentu saja aku tetap akan mempalaknya. Hei! Itu tanggung jawabnya! Dan ingat! Aku tidak pernah memaksanya untuk membawaku kemari. Sudahlah.

Kami berada di sebrang kafe duduk seperti sepasang kekasih biasanya. Ralat! kami hanya sepasang adik kakak sambung , entah bagaimana ceritanya membuatku berakhir terjebak dalam hubungan konyol ini.

"Kamu sibuk malam minggu nanti?" Akhirnya mulut Pandu bergerak setelah sekian puluh menit berada dalam ruangan ini

"Aku tidak yakin. Walau miskin, aku sibuk." Racau ku ikut menyeruput kopi yang terasa pekat di lidahku. Aku benci kopi.

Pandu tersenyum tipis, "Ibu mengundangmu untuk datang makan malam. Datanglah," sambung Pandu menyesap kopi nikmatnya

Aku menyemikkan mulutku tak heran ,"Dia pasti membutuhkan sesuatu, makanya dia mencari ku." Ejek ku

"Dia ibumu. Kenapa kamu suka sekali menjelek-jelekkanya?" Potong Pandu

"Itu dulu, sebelum ayahmu mengambil semuanya." Jawabku sarkas tidak peduli jika lelaki di depanku ini tersinggung karena yang aku ucapkan memang setengahnya benar. Ibuku juga berperan sebagai pengkhianat, aku tidak bangga dengan sikapnya yang konyol.

Pandu terkekeh pelan lalu bersedekap dada memperhatikan diriku. Kenapa dia menatapku seperti mencemooh? Apa ada kotoran di mataku? Sial. Jika benar, itu sama saja aku menjatuhkan martabat ku sendiri.

"Lupakan. Aku menemanimu disini bukan untuk membahas kelakuan orang tua kita dulu. " Sergahku cepat sesegera mengalihkan pandangan ke jendela

"Terserah padamu, Andin. Setidaknya waktu saya masih tersisa beberapa jam lagi untuk kamu." Jelas Pandu melirik jam di pergelangan tangannya yang mungkin bisa aku bandrol harganya sama dengan satu hotel bintang 3. What? Dan demi aku?

Aku memutar malas bola mataku, berat untuk mengutarakan isi dalam hati. Sesekali menghembus nafas dengan berat,

"Kamu ada masalah?" Tanya Pandu yang melirikku terganggu

Berat rasanya,Tuhan. Tapi aku harus menanggung malu dan sudah dipastikan menyiapkan mental sekuat baja. Tentu dengan muka yang amaat sangat tebal.

"Izinkan aku bekerja bersamamu."  Ucapku cepat yang hampir tak terdengar oleh telinga Pandu

"Apa? Bicaranya lebih pelan sedikit, bisa kan?" Ucap Pandu mengernyitkan keningnya, tampan.

Aku tidak bohong teman, jika kalian bisa melihat langsung lelaki di depanku yang mengenakan pakaian formal khas pekerja kantor elit bersanding dengan seorang wanita berpakaian kaos kebesaran nan lusuh. Tampar saja aku!

Aku menggigit pelan bibir bawahku,
"Apa di kantormu tidak ada yang cocok dengan kriteria sepertiku?" Aju ku ambigu

Pandu tersenyum pongah sembari mengangguk-ngagguk tak jelas.

"Saya mengajakmu kemari bukan untuk membahas pekerjaan, Andin." Ucap Pandu lagi-lagi membuatku harus menahan malu. Tahan Andin, mukamu harus tebal. Jangan tahu malu! Lagipula jika tidak ada hal penting kenapa harus mengajakku makan siang disini.

"Maka dari itu, jika tidak sekarang aku tidak yakin kita bisa bertemu di lain kesempatan." Cerca ku 

Pandu terkesiap sejenak mendengar ucapan ku, " Kamu tidak berniat untuk melakukan hal bodoh lagi bukan?" Selidiknya

Aku mengerjap, "Tentu saja, tidak! Aku tidak mungkin melakukan hal konyol itu lagi. Aku masih menyayangi hidupku." Mengingat kejadian beberapa bulan lalu diriku yang hendak bunuh diri, membuat hatiku menciut.

Pandu menghela nafas lega, "Saya bisa saja membantu kamu. Namun dengan satu syarat." Jelas Pandu membuat hatiku berpacu cepat

Aku terdiam menunggu lanjutan kalimat yang akan keluar dari mulut Pandu yang kemerahan, "Menikahlah denganku."

Jlep!

Bersambung..

Gimana?? Gimana??!!!

Ada nyali juga si Pandu ya ( ͡°ᴥ ͡° ʋ)

🐒:Nikahin aku aja Mas Pandu!!!

WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang