6

64 8 0
                                    

💜💜💜

Andin meratapi dirinya,"Jadi inikah akhir cerita hidupku?" racau Andin risau dan galau sendiri
memikirkan nasibnya yang berakhir naas. Terbuang di tempat asing dengan dua lelaki terburuk yang pernah ia kenal.

Bagaimana tidak emosi,satunya hanya duduk melamun dan yang satunya hanya sibuk memikirkan makanan. Kami terlihat seperti Goku bersama teman-temannya yang mengembara mencari bola bintang ajaib.

Andin menghentakkan kakinya keras hingga membuat Pandu dan Daniel menatap ke arahnya.

"Kalian benar-benar tidak tahu cara pulang? Kalian ingin tinggal disini selamanya? "  Tanya Andin gelisah dua lelaki itu hanya menggeleng bersamaan

"Kalian belum pernah mencoba sesuatu? Membuat perahu dari kayu contohnya? Atau apa? " Tanya lagi Andin mulai kesal karena sejak tadi mereka hanya menggeleng santai.

"Arkh- ayolah teman-teman. Kita harus pulang. Ada yang menunggu kita di rumah. Orang tua kalian pasti mencari kalian juga." Andin mencoba meyakinkan dua lelaki di depannya yang dia rasa tidak pernah mendengarkan omongannya.

"Hello,,  aku disini teman-teman." Teriak Andin berdiri menghalangi pandangan Pandu yang tengah melihat kobaran api.

"Bicaramu banyak sekali, bikin sakit kepala." kata Pandu sinis menatap Andin tak suka karena sejak tadi dia mengoceh dan membuat situasi tenangnya terusik.

"Saya juga lagi mikir, tapi kamu hanya ribut dan terus mengoceh sejak tadi." Sambung Pandu

Daniel hanya ikut mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Yaah, kan kalian bisa bilang kalo lagi mikir. Jangan diam gitu." Ucap Andin kembali duduk mencoba berpikir dengan tenang.

"Kamu terlalu banyak bicara dan menganggu." Ucap Pandu mulai kesal lagi

Andin niat ingin membalas ucapannya namun Daniel menepuk pundaknya pelan mengisyaratkan dirinya untuk diam.

Andin menganga tak percaya dengan sikap keras kepala Pandu dan sikapnya yang seolah dirinya batu keramat, Daniel tersenyum tipis sembari menggeleng pelan. Seolah-olah dirinya adalah bos disini.

"Kita pikirkan besok lagi, lebih baik kalian istirahatlah yang cukup." Ucap Pandu dingin

Andin hanya mengangguk patuh, " Bagaimana denganmu? Kamu tidak ikut istirahat?" Tanya  Andin sengaja mencoba terlihat peduli

"Jangan terlalu mengurusi saya. Kamu hanya perlu tidur." Balas Pandu dingin

Sejenak Andin menyesali ucapannya namun hanya Pandu lah yang masih bisa di andalkan, " Itu artinya aku peduli, teman." Ucap Andin mencoba agar tak terdengar melawan

"Bangunkan aku jika terjadi sesuatu." Ucap Andin menepuk bahu Pandu pelan walau sedikit ragu tapi tetap dia lakukan.

Daniel dan Andin sudah bersiap untuk tidur bagai ulat bulu di tanah yang dingin hanya beralaskan dedaunan hijau. Tidak ada selimut ataupun sehelai benang hangat di tubuhnya melainkan baju kotor yang sudah terlihat lusuh. Andin memejamkan matanya, hanya untuk malam ini saja. Bertahanlah Andin.

Pandu sejak tadi mencoba berpikir untuk membuat sesuatu agar bisa menyelamatkan mereka dari tempat tak berpenghuni ini. Pandu memandang tubuh Andin yang terlihat kedinginan,
Dasar wanita, menyusahkan saja.

***

Matahari menyembulkan dirinya secara terang-terangan, secercah cahaya orange menyinari seluruh dunia dan memberi sedikit kehangatan pada tubuh Andin yang sudah di selimuti daun talas.

WHENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang