DUA BELAS

407 84 14
                                    


Sean terbangun dari tidurnya saat suara berisik berdatangan. Rupanya teman sekelasnya sudah mulai masuk lagi ke kelas. Sean melihat jam dinding yang menunjukkan tinggal 7 menit lagi jam istirahat artinya setengah jam lebih dia tertidur.

Pandangan Sean tertuju pada paper bag yang entah kapan sudah ada didepannya. Dengan ragu Sean melihat isinya. Sean mengambil toples kecil yang berada di dalam paper bag, dan melihat ada seragamnya dibawah situ.

Pikirannya langsung melayang pada satu cewek baru saja dia kenal, Renata.

Sean beralih pada toples yang isinya macaron. Renata memberikannya macaron?

Sean akan membuka toplesnya tapi lebih dulu direbut. Sean menatap tajam temannya yang seenaknya merebut.

" Wah..wah... Dapat macaron dari mana Lo? Pink lagi." Kata Azam, teman Sean.

Sean langsung merampas toples itu lagi. Azam tersentak kaget, lalu tersenyum menggoda.

" Dari cewek? Kelas mana? Kakel atau degem?"

" Menurut Lo?"

Azam tampak berpikir. " Kayanya sih degem. Kalo kakel gak mungkin, Lo kan selalu nolak semua yang berwarna pink."

" Yakin mau Lo makan? Pink loh. Buat gue aja yah?" Saat tangan Azam akan mengambilnya Sean lebih dulu menghindar, memeluk toples itu.

Kali ini Azam heran, kenapa Sean jadi begini? Pelit.

" Lo kenapa sih?! Kok jadi pelit gitu? Dari pacar Lo? " Kata Azam kesal.

Sean tertegun sebentar, kenapa dia kaya gini? Biasanya Sean gak pernah sedikitpun pelit atau ngelarang teman temannya untuk ngambil ataupun minta makanannya. Tapi kali ini, cuma macaron kenapa dia jadi begini.

" Bener dari pacar Lo?" Tanya Azam lagi karena Sean gak kunjung menjawab.

Sean cepat cepat menggeleng, meletakkan kembali toples yang berisi macaron ke meja. Sean tak peduli jika Azam langsung membuka toples itu tanpa izin. Sean masih bingung kenapa dia begitu? Hanya karena macaron, apa karena itu dari Renata? Sean langsung menggeleng. Emang kenapa kalo itu dari Renata? Gak ada pengaruh nya dengan Sean. Mungkin dirinya kaya gitu karena habis bangun tidur.

" ehmm, enak." Gumam Azam.

Sean ikutan mengambil macaron dan memakannya.

Enak.

••••

" Ngapain?"

Aku langsung tersentak kaget begitu kak Nathan bersuara dan sudah berdiri disamping ku. Sejak kapan? Tadi yang aku lihat dia sedang sibuk dengan bukunya dan pasti tidak melihat aku melewati nya. Tapi sekarang orangnya sudah ada di sebelahku.

" Ini," aku mengangkat buku ku. " Nyari buku biologi."

Kak Nathan melirik buku ku sekilas. " Bu Dea kan?" Tanyanya. Aku langsung mengangguk.

" Di suruh meringkas?" Aku mengangguk lagi.

" Gue masih ada simpan ringkasannya itu, mau?" Tawar kak Nathan. Siapa yang tidak senang mendapatkan bantuan kaya gini? Belum lagi kata kak Arkan ringkasannya harus benar-benar bagus dan semua inti materinya harus ada jika ingin mendapatkan nilai paling tinggi 80. Iya 80, sepelit itulah Bu Dea kata para kakak kelas. Padahal guru mapel yang bisa memberi nilai lebih dari itu.

Aku ingin sekali menerima tawaran kak Nathan tapi ada hal yang bikin aku bingung. Kenapa kak Nathan begini? Maksudnya tiba tiba aja baik nawarin kaya gini. Biasanya kak Nathan orangnya gak pedulian.

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang