ENAM BELAS

363 73 10
                                    


      Nathan masih setia berdiri di pinggiran lapangan. Adek kelasnya yang sedari tadi dia perhatikan rupanya sedang istirahat dan tidak terlihat di mana pak Kin berada.

Perhatian nya beralih pada Arkan yang datang menghampiri Nata yang duduk di belakang sendirian. Matanya menyipit melihat Arkan memberikan segelas teh kemasan pada Nata. Nathan heran, bukannya tadi Arkan bilang mau beli Aqua, tapi kenapa jadi teh kemasan?

Sedangkan di sana Nata was was saat Arkan menghampiri nya. Nata takut jika ada kakel yang tidak sengaja melihat dan salah paham. Untung teman sekelasnya pada duduk di depan dan tidak memperhatikan nya yang berada di belakang sendirian, dua temannya itu sedang pergi ke toilet.

Nata menerima segelas teh kemasan yang masih dingin dari Arkan. Cowok itu tidak berkata apa-apa karena mulutnya diisi oleh permen. " Thanks." Bisiknya tidak ingin di dengar. " Sana pergi." Tapi sebelum pergi Arkan lebih dulu mengacak rambutnya Nata. Padahal rambut Nata sedang di ikat.

Jika saja ini bukan sekolah, pasti Nata sudah berteriak marah dan mengejar si pelaku. Dengan kesal Nata membuka lagi ikatan rambutnya.

Selesai mengikat rambut Nata mengambil teh yang di berikan oleh Arkan. Saat akan meminumnya, sebuah botol Aqua muncul di depan nya. Nata mendongak menatap siapa yang memberikannya Aqua.

" Kak Nathan?"

Terlalu lama menunggu respon Nata, Nathan lebih dulu mengambil teh kemasan dan menggantinya dengan Aqua yang dia bawa. " Ini buat apa?" Tanya Nata bingung.

" Di minum lah." Jawab Nathan lalu menyedot teh milik Nata. " Tapi itu punya gue kak." Kata Nata terlambat.

Nathan tidak menghiraukan Nata, cowok itu memilih pergi menghampiri temannya yang lain.

Dari sisi lain Dara Dan Rhea yang melihat menahan nafas. Kenapa mereka tiba tiba di sajikan adegan romantis di depan mata, live! Dengan pelan mereka berdua berjalan menghampiri Nata setelah Nathan pergi.

" Gue makin penasaran..." Kata Dara begitu tiba.

" Kenapa kalo ngelihat Nata sama cowok pasti cowoknya itu kak Nathan." Lanjut Rhea.

Dara menyipit kan matanya, dengan wajah curiga dia bertopang dagu. " Ada hubungan apa Lo sama kak Nathan?"

Nata mengernyit, kenapa dua temannya ini jadi sok mengintrogasi dirinya. Padahal jelas jelas antara dia dan Nathan hanya sebatas kakak dan adek kelas, tidak lebih dari itu. " Gak ada."

" Gak percaya gue." Sahut Rhea.

Nata memutar bola matanya malas. Bodo amatlah dua orang ini mau berpikir apa, yang pasti tidak yang spesial antara dia dan Nathan.

" Atau jangan jangan kak Nathan yang diam diam suka sama Nata?" Ceplos Dara.

Nata tersedak begitu mendengar ucapan Dara. Air pemberian Nathan yang baru saja dia teguk muncrat tapi untung saja tidak mengenai siapapun.

" Ngaco ah Lo kalo ngomong."

" Loh?.. kan bisa aja?" Sahut Dara. " Lo bilang gak ada apa apa, dan itu menurut Lo! Tapi bisa aja kan kak Nathan lagi tahap pendekatan sama Lo??" Lanjutnya.

Nata terdiam memikirkan apa yang diucapkan Dara. Tapi masa iya? Gak mungkinkan? Kenapa coba Nathan sampe bisa suka sama dia? Menurut Nata sendiri dia tidak secantik itu sampai Nathan—yang Nata akui memang ganteng— suka sama dia?? Dan mereka berdua tidak sedekat itu, sampai sampai Nathan mempunyai perasaan sama Nata.

Pokoknya Nata tidak percaya jika Nathan menyukainya. Dan itu jelas tidak mungkin terjadi.

Nata menghela nafasnya, malas melanjutkan pikiran nya, Nata lebih milih pergi dari sana. Lagi pula pak Kin sudah pergi. Bodo amat dua orang itu.

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang