TIGA PULUH TIGA

311 79 57
                                    

Renata benci hari Senin, sangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renata benci hari Senin, sangat.

Selama Nata sekolah selalu saja di hari Senin dia dapat 6 mata pelajaran, yang semuanya pelajaran berat. Matematika, sejarah Indonesia, penjas, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,dan sosiologi. Dan sialnya lagi gurunya pada rajin semua.

Bukan Nata doang yang mengeluh dengan mapel di hari Senin, tapi satu kelas pasti satu pendapat dengan Nata.

Pagi ini Mata upacara, dan setelah upacara dia ada jam pelajaran olahraga yang menjadi salah satu alasan Nata semakin membenci hari Senin.

Tas nya makin berat karna di isi 2 buku tulis untuk masing masing mapel dan buku cetaknya yang rata rata lumayan tebal.  Itu juga kadang mau tak mau bukunya Nata pindahkan ke tas kecil agar tas nya tidak putus atau jebol.

Meskipun ini bukan pertama kali, karna di SMP juga pernah. Tapi lama lama Nata muak sendiri. Tapi mau gimana lagi?

Upacara pagi ini cuaca nya lumayan panas. Tapi Nata beruntung karena dia baris di deretan belakang yang lumayan teduh karena cahaya matahari ketutupan pohon yang ada di depan masing-masing kelas. Tapi meskipun begitu Nata berusaha untuk menahan diri agar tidak bergerak seperti cacing kepanasan.

Nathan, cowok itu sekarang baris di sebelah Nata!

Nata menahan diri agar tidak salah tingkah dan berusaha bersikap biasa aja. Tapi Nata gak bisa, maksudnya tubuhnya yang gak bisa.

Beberapa kali Nata pura pura menyamping kan badan agar bisa melihat Nathan. Atau jika ada guru ngawas di belakang, Nata akan melirik diam diam.

Akhh! Nata heran dirinya sendiri. Kenapa dia jadi begini?

Sejak Nata menyimpulkan dan yakin kalo dia beneran suka sama Nathan, Nata jadi lebih sering diam diam ngeliatin Nathan.

Nata yang sebelumnya jarang lewat depan kelasnya Nathan kecuali saat datang sekolah dan pulang, jadi sering lewati kelasnya Nathan. Entah itu alasan nya mau jalan jalan atau mau ke koperasi yang sebenarnya bisa langsung lewat lapangan, tapi Nata memilih lewat koridor biar bisa ngeliat Nathan.

Atau kadang Nata sengaja nongkrong di depan kelas dengan alasan cari angin, dan itu demi bisa ngeliat Nathan.

Nata memukul pelan kepalanya sendiri, meruntuki sikapnya belakangan ini yang di luar dugaannya.

Nata merasa ada tangan di bahunya dan tangan yang lain menahan tangan yang tadi memukul kepalanya.

Nata menoleh dan mendapati Nathan dengan tatapan khawatir nya.

" Kepala Lo pusing? Ke UKS yuk?" Ajaknya.

Arkan yang berbaris di sebelah Nathan langsung menoleh menatap adiknya. Arkan menarik Nathan untuk bertukar tempat dan meneliti adiknya.

" Lo sakit? Pusing?" Tanyanya.

Nata menggeleng, Nathan tadi kayanya salah mengartikan saat ngeliat Nata mukul kepalanya sendiri. Nata baik baik aja, gak pusing. Cuma lagi berantakan aja pikirannya.

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang