DUA PULUH TIGA

328 83 25
                                    

Nathan mengamati ruangan yang kurang lebih setahun ini menjadi tempat  favoritnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nathan mengamati ruangan yang kurang lebih setahun ini menjadi tempat  favoritnya. Nathan masih tidak menyangka jika dialah yang menempati kursi yang paling diinginkan oleh para murid.

Awalnya bukan Nathan yang menjadi pemilik kursi ini tapi kakak kelasnya sekaligus partner nya dalam mencalonkan diri menjadi ketua dan wakil OSIS. Tapi karena partner nya itu harus pindah sekolah, jadilah Nathan yang melanjutkan tugasnya dengan jabatan yang naik menjadi, Ketua OSIS.

Keteteran, tertekan, pusing dan lelah. Itu yang sering sekali Nathan rasakan saat dia menjadi ketua OSIS. Dia punya banyak anggota yang bisa dia gunakan untuk membantunya dalam menjalankan tugas. Tapi tetap saja dia masih sama keteteran. Tugasnya sebagai ketua sangat banyak dan tidak semua pekerjaan nya bisa dia oper ke anggota yang lain.

Meskipun begitu Nathan tidak menyesal dengan pilihannya. Awalnya iseng ikut mencalonkan diri karena ajakan kakak kelasnya itu dengan mencalonkan diri menjadi wakilnya. Tapi keadaan malah membuatnya menjadi Ketua.

Banyak pelajaran yang dia dapat, banyak kesabaran yang dia temukan dalam dirinya sendiri.

Dan Minggu ini menjadi Minggu terakhir nya sebagai ketua OSIS. Semua pekerjaannya sudah selesai dan tinggal acara persembahan terakhir dari para OSIS tahun ini yang akan di laksanakan Minggu depan setelah acara pelantikan anggota OSIS yang baru. Setelah Minggu lalu acara pemilihan berhasil dilaksanakan.

Banyak para guru yang menyuruh Nathan mencalonkan diri kembali mengingat kinerja Nathan dan para anggotanya sangat bagus. Tapi Nathan menolak, meskipun masih ada keinginan untuk kembali mencalonkan diri. Bagi Nathan satu tahun ini sudah cukup baginya. Dia harus memberikan kesempatan pada teman seangkatan dan adik kelasnya yang lain untuk mencalonkan diri. Nathan yakin mereka jauh lebih baik dari dia.

Pintu ruangannya terbuka, sang sekretaris datang dengan membawa satu jilid kertas yang entah apa isinya. Dan di tangan yang lain membawa beberapa makanan ringan yang ingin dia bagikan pada Nathan.

" Ini dari gue sebagai jajan perpisahan." Katanya memberikan makanan yang dia bawa ke atas meja Nathan.

" Oh.. makasih." Singkat dan jelas. Itulah Nathan di mata anggota yang lain.

Amel tersenyum manis meskipun hatinya sedikit sakit karena respon Nathan tidak pernah berubah, selalu begitu meskipun mereka sudah sering terlibat tugas yang sama.

Tidak pernah Amel melihat Nathan ngomong panjang lebar kecuali ketika rapat OSIS, bersenda gurau dengan temannya seperti Arkan, Gavin dan dua lainnya. Sedangkan dengan orang lain Nathan akan irit bicara.

Tapi akhir akhir ini Amel melihat Nathan akrab dengan salah satu adek kelas yang cukup membuatnya merasa iri. Amel sendiri tidak tahu apa hubungan mereka tapi jawaban dari pertanyaan yang pernah dia ajukan, malah ditanyakan balik oleh Nathan.

Amel berharap jika Nathan dan adik kelas itu tidak ada hubungan. Egois memang, tapi meskipun Nathan benar tidak mempunyai hubungan dengan adik kelas itu. Amel tetap tidak akan berani untuk maju sekedar memperjuangkan perasaannya ataupun menyatakan isi hatinya walaupun tau akan ditolak.

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang