TIGA PULUH DELAPAN

251 45 10
                                    

Senyum Nathan terbit sejak dia duduk di bangku kelasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senyum Nathan terbit sejak dia duduk di bangku kelasnya. Entah kenapa hari ini dia merasa bahagia. Padahal gak ada hal spesial yang terjadi sebelumnya. Ngomong ngomong, ulang tahun Nathan tinggal 3 hari lagi. Meskipun masih tiga hari, Nathan udah dapat beberapa kado yang di kirim dari para teman papahnya dan ibu ibu mantan klien papahnya.

Tapi dari semua kado yang di sudah dapat kan dan akan dia dapatkan lagi nanti, cuma ada satu kado yang benar benar tunggu.

Mau tau?? Kan udah jelas orangnya siapa.

Di ulang tahunnya nanti Nathan juga akan berencana untuk menyatakan perasaannya. Entah jawabannya bakalan di terima atau di tolak, Nathan akan tetep menyatakan perasaannya. Tapi Nathan yakin seratus persen dia bakalan di terima.

Mungkin rencananya ini membuatnya di pagi ini tersenyum cerah. Di sebelahnya ada Arkan yang sudah lebih dulu datang dan sibuk menyalin pr.

" Kenapa Lo? Seneng banget." Arkan bersuara tapi Nathan tidak merespon nya sama sekali. " Lo mau dapat saham dari papah Lo?"

" Gue mau nyatain perasaan." Balas Nathan.

Arkan menghentikan kegiatan menulisnya. Kini dia menatap serius teman sebangkunya yang tiba tiba saja menyatakan hal yang di luar ekspektasi nya.

Karna setelah di phpin Arkan gak ada liat Nathan dekat dengan cewek manapun. Kecuali sama Nata, itu juga karena dia minta tolong.

Tapi...

" Lo mau nembak siapa?"
" Cewek lah."

" Iya gue tau! Yang gue tanya tuh namanya? Anak mana?"

Nathan menatap Arkan dengan lurus, raut penasaran dan tegang terlihat jelas di wajah Arkan. " Adek Lo." Nathan berujar tenang dan tanpa rasa takut.

Arkan menutup mulutnya rapat-rapat, namun tatapannya jelas menunjukkan rasa terkejut.

" Gue suka sama adek Lo, renata " lagi, Nathan berucap memperjelas kata katanya.

Arkan bangkit dari duduknya, mengusap wajahnya dengan frustasi. Dia merasa seperti kecolongan. Temannya dekatnya sendiri, teman yang selalu main sama dia ternyata diam diam punya perasaan pada adiknya. Arkan tidak pernah menduga ini. Dia pikir Nata dan Nathan tidak sedekat ini sampai salah satunya ada perasaan.

Tapi nyatanya? Nathan suka pada adiknya. Dan Nata? Tolol banget dirinya kalo masih menyangkal adiknya sendiri tidak punya perasaan ke Nathan.

" Sejak kapan?"

" Waktu mpls." Nathan masih setia menjawab dengan tenang.

Arkan meruntuki dirinya sendiri, sejak mpls dan itu beberapa bukan yang lalu. Andai Nathan gak berterus-terang kaya gini mungkin dia gak akan tau.

" Gue-gue gak ngelarang Lo buat suka sama siapa. Tapi than, kenapa adek gue?"

Benar! Kenapa harus adik dari temannya sendiri? Nathan tau sebab dan akibatnya. Tapi perasaan gak ada yang bisa mengatur kan? Bahkan diri kita sendiri. Nathan tersenyum tipis. " Gue juga gak tau."

NATHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang