~04~

182 36 3
                                    

~Mencari teman~

Pagi sekitar pukul 06.45, Mobil Jeep milik Jehan masuk ke area parkir sekolah tentu saja bersama dengan Selfi yang duduk tenang di samping Jehan yang menyetir. Tiba-tiba Jehan ngerem mendadak membuat tubuh Selfi maupun dirinya terdorong te kedap, beruntung memakai sabuk pengaman.

Hampir saja! Jika Jehan tidak menginjak rem dengan cepat, mungkin gadis yang melintas lari di depan mobil Jehan yang sedang melaju pelan mencari lahan parkir, gadis itu akan tertabrak.

"Howh!" Lenguh Bagas memutar bola matanya. Selfi masih stay di tempat namun badanya miring kesana-kemari ingin melihat kondisi gadis yang hampir tertabrak barusan.

"Kamu diem sini. Jangan keluar, biar Kakak yang urus," ucap Jehan yang di angguki Selfi.

Jehan turun dari mobil lalu berjalan ke bagian depan mobil, terlihat seorang gadis yang sedang jongkok seraya menutup wajahnya. Jehan mendengus, ia tidak melakukan apa-apa. Jehan hanya melihat gadis itu saja yang masih di posisi yang sama.

"Jangan halangin jalan gue." Jehan buka suara.

Seketika gadis itu membuka tangan yang menangkup wajahnya, menengok kanan-kiri. Alis Jehan saling bertaut saat ia melihat wajah gadis itu.

"Dia." Batin Jehan seraya membuang wajah.

"A-alhamdulillah saya masih hidup!!!" Gadis itu adalah Ariana. Dia berdiri sambil menepuk-nepuk rok nya yang sedikit kotor. Sementara Jehan, dengan santainya hendak kembali masuk ke mobil namun saat ia mau membuka pintu mobil Ariana memanggilnya.

"Kamu!" Ariana menghampiri Jehan seraya menunjuk laki-laki itu. Jehan hanya menunjukan wajah datarnya.

"Kamu tèh cowok yang kemarin di kerubungin cewek itu kan? Oh iya! Lebih tepatnya kamu tèh Kakak nya Selfi yah?" Kata Ariana mengingat kejadian kemarin.

Jehan menatap Ariana super datar, tidak ada niat untuk menjawab ucapan gadis di depanya ini.

"Ih jutek pisan kamu! Saya tèh tau kata orang-orang kamu ganteng. Tapi ya, menurut saya mah kamu tèh jelek! Jelek pisan! Dasar sombong kamu," omel Ariana sebal melihat tatapan datar Jehan.

Jehan menggerlingkan mata sinis. "Gue gak peduli."

"Dih bener-bener kamu! Ekhem-- Lo!" Tunjuk Ariana tepat di depan wajah Jehan.

"Jadi yang hampir ketabrak tadi, Ariana?" Gumam Selfi saat ia melihat Jehan yang sedang di tunjuk-tunjuk oleh Ariana. Selfi tersenyum tipis melihat ekspresi Jehan dan Ariana. Dapat Selfi baca, pasti Ariana sedang ngomel dan Kakaknya itu, pasti hanya terdiam dengan wajah tidak peduli.

Masih dengan senyum tipis tercetak. "Ternyata sikap dingin Kak Jeje masih berlaku buat orang lain."

Selfi memutuskan untuk keluar dari mobil. Ia tersenyum ke arah Ariana yang masih mengomel pada Jehan, seketika Ariana berhenti mengoceh dan berjalan menghampiri Selfi. "Ayok Selfi kita ke kelas," ajak Ariana tanpa ragu.

Seketika mata Jehan melotot dan mendekat pada Selfi, di cekalnya pergelangan tangan Selfi dengan erat membuat Selfi celingukan sendiri.

"Gak." Jehan terang-terangan melarang Selfi untuk menerima ajakan Ariana.

"Lho kenapa emangnya?" Tanya Ariana dengan mata judas menatap Jehan.

"Ya gak boleh."

Selfi menatap Ariana yang sedang menatap Jehan dengan tatapan penuh kekesalan. Entahlah, yang Selfi rasakan Ariana tidak lah seburuk yang Jehan ceritakan, ya memang Selfi percaya bahwa Ariana adalah troublemaker, tapi Selfi yakin kalau Ariana bukan lah tipe teman yang buruk. Selfi merasa kalau Ariana cocok untuk ia jadikan teman.

SELFI ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang