~UKS~
Pagi yang sangat terik, membuat siswa ingin menjerit. Matahari sepertinya ingin membuat siswa-siswi yang tengah melaksanakan upacara bendera pagi ini pingsan berjamaah atau setidaknya mereka menangis karena kepanasan. Terutama siswa dan siswi yang baris di barisan paling depan. Contohnya Selfi, dia di titah oleh teman-temanya untuk baris di paling depan dengan alasan katanya dia pendek.
Mau tidak mau Selfi baris di depan, karena ia sadar diri. Yang di katakan di ketua kelas-- Ayumi-- itu benar, dia memang salah satu siswi pendek di kelas selain-- Haliza, Yumi, dan Harry.
Semuanya tidak mendengarkan apa yang sedang di sampaikan oleh kepala sekolah yang sedang memberi amanat. Semuanya sibuk mengipasi diri. Beberapa mungkin ada yang mencoba fokus, salah satunya Selfi. Ia masih cukup kuat untuk menahan panasanya sinar matahari yang menyorot langsung membuat tubuhnya kini di banjiri keringat.
"SISWI KELAS SEBELAS IPA DUA!!! YANG BARIS DI BARISAN PALING BELAKANG! MAJU DAN BERDIRI DI DEPAN TIANG BENDERA, SEKARANG!!!" Teriak kepala sekolah nyaring dan tegas membuat semuanya lantas menolehkan kepala, penasaran siapa siswi yang di maksud kepala sekolah.
Selfi mengerenyit, XI IPA 2 adalah kelasnya, beberapa saat kemudian Selfi di buat kicep ketika melihat siapa yang sekarang tengah beralan menuju tiang bendera. Ternyata siswi yang kepala sekolah maksud adalah Ariana. Cewek itu dengan santainya berjalan menuju tiang bendera, dan berdiri tegak di depan tiang. Saat mata Selfi beradu dengan Ariana. Cewek itu malah berpose dengan percaya diri membuat Selfi menelan saliva.
"Kamu! Kamu lagi! Ariana?!" Sentak kepala sekolah bernama Pak Handoyo di mikrofon.
"Ya saya?" Balas Ariana, teramat santai.
"Berani sekali kamu main game sambil upacara! Bukanya mendengarkan saya memberi amanat!" Ujar Pak Handoyo dengan sorot mata kesal. Semuanya hening. Tidak ada yang berani bersuara.
"Ya, saya bosen Pak."
Pak Handoyo menghela napas dalam. "Kamu tahu! Perbuatan kamu barusan bukan hanya tidak menghornati saya. Tapi kamu juga tidak menghornati jalanya upacara! Sekarang kamu jangan berulah dan berdiri di situ sampai upacara selesai!!!"
Ariana mengangguk santai. Ia mengambil posisi istirahat di tempat. Sesekali ia memutar bola mata malas.
Selfi menghela napas melihat Ariana yang nampak biasa saja di hukum dan di jadikan pusat perhatian. Sampai ketika ia merasa kepala nya mulai pusing karena kepanasan, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya, pandanganya sedikit mengabur dan sesekali menggelap. Selfi mengepalkan tanganya, mencoba untuk menguatkan diri.
Beberapa menit Selfi bertahan dengan rasa pusing, dan lemas. Sampai akhirnya, ia sudah tidak bisa lagi menahan serangan yang membuat kesadaranya hilang, Selfi pingsan.
"SELFI!!!"
Itu suara teriakan Jehan dari barisan sebrang yang memang sedari tadi ia sudah memperhatikan Selfi. Dugaan Jehan benar, Selfi pasti belum cukup kuat untuk berlama-lama berdiri dengan kondisi terik seperti ini. Apalagi setelah koma, memang daya tahan tubuh Selfi melemah.
Jehan lantas berlari begitupun Ariana yang sudah tak lagi perduli kalau ia sedang di hukum. Jehan segera menggendong Selfi tanpa memperdulikan anggota PMR yang ingin turun tangan, dan Ariana ia membuntut di belakang. Ariana jelas khawatir, Selfi adalah temanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELFI ▪Selesai
Novela JuvenilTerbangun dari koma dalam satu tahun ternyata membuat Selfi kehilangan sosok yang selama ini selalu berada di sisinya. Banyak yang mengatakan bahwa sosok yang hilang dan di cari Selfi telah tiada, tapi Selfi yakin seseorang itu masih hidup dan tak j...