~Epilog~

220 34 3
                                    

SELFI POV

Surat 1:

Hai Epi!
Aku tau, kamu udah baca surat yang satu ini berarti kamu udah tau kalau aku bohong di surat sebelumnya yang kamu baca. Iya, aku bukan ke luar negeri, tapi aku ke alam baka.

Surat 2:

Maaf, maaf, maaf, maaf.
Maaf buat kamu kecewa.
Maaf aku udah bikin semua orang bohongin kamu.
Jangan benci mereka, jangan marah sama mereka, semuanya murni kesalahan aku.

Surat 3:

Aku yang meminta mereka buat bilang kalau aku ke luar negeri dan menyembunyikan kematian aku. Termasuk Bunda-Ayah kamu termasuk Kak Jehan yang tau semuanya yang terjadi dari awal sampai akhir.

Surat 4:

Aku ikhlas gak di do'ain sama kamu supaya aku tenang di alam sana. Karena aku tau, aku salah besar karena aku aka selalu menganggap kamu itu rapuh.

Surat 5:

Tolong bilang sama Leon, jaga mata aku baik-baik.

Surat 6:

Kamu pasti tanya, kenapa aku rela donorin mata aku buat dia? Jawabanya, karena Leon akan hilang setengah kehidupan nya karena dia kehilangan pengelihatan. Sedangkan aku, meskipun aku hidup, sisa hidup aku gak akan lama Epi.

Surat 7:

Jangan tanya aku kenapa. Kamu rapuh, kamu lemah, kamu akan sedih.

Surat 8:

Udah ya, bentar lagi operasi mau di mulai. Sekarang kamu cukup tau, kalau aku, udah gak ada lagi di sisi kamu, aku udah gak ada di dunia, cuma mata yang tersisa itupun di tubuh orang lain.

Surat terakhir:

Dadah.

Sekarang apa? Harusnya aku menangis kan? Harusnya aku menangis tersedu, terisak, atau bahkan histeris bukan? Tapi, tapi kenapa tidak ada air mata yang bahkan tak sedikitpun berlinang. Semua nya bohong?

Ya, tidak setetes air mata pun turun untuk sekedar menangis bahwa sekarang aku tahu, kalau sahabat ku sudah tiada.

Sejak kemarin, semua orang hanya melihat aku yang menyorotkan tatapan hampa sendu yang datar. Semuanya diam, semuanya mematung, semuanya membisu. Tidak ada yang bicara.

Rasa sedih, kehilangan, dan kecewa.

Semuanya ada terasa.

Namun yang paling kuat dari segala rasa yang ada adalah pahit dan kecewa yang luar biasa. Aku benar-benar kecewa pada semuanya. Entah sampai kapan rasa kecewa ini akan hinggap dan menggerogoti batin ku.

Kecewa pada Bunda dan Ayah.

Kecewa pada Kak Jehan.

Kecewa pada Kak Aroon, Kenzie, dan Leon, siapapun itu yang tahu kebenaran namun tetap berdiam diri tanpa niatan memberi tahuku.

Bahkan aku kecewa pada Resal!

Ternyata aku bukan hanya lemah di mata Bund-Ayah dan semuanya. Tapi selama ini, usai membaca surat-surat dari Resal ini, kini aku tahu, ternyata dia juga melihat aku sebagai orang yang lemah bahkan rapuh.

Aku berdiri, dengan Leon di hadapan. Aku bukan sedang menatap Leon. Tapi aku sedang menatap Resal, sahabat ku.

Rasanya aku sedang berjuang menepis rasa yang telah kusadari. Bukan hanya sahabat, tapi Resal ternyata juga cinta pertamaku. Meskipun aku telat menyadari. Dan aku tahu, pasti cinta ini bertepuk sebelah tangan meski Resal masih hidup juga.

Sepersekian detik aku menatap mata itu. Sampai aku membuang tatapan ke arah lain, arah depan, dengan selaras nya langkah ku yang juga menganyun ke depan, menuju rumah terakhir Resal.

"Kamu mau kemana?"

Aku menghentikan langkah, suara Bunda terdengar. "Ketemu Resal."

Bunda diam, lagi-lagi semuanya hanya bisa diam, dan aku paham makna diam mereka.

"Biar Ayah antar."

Aku menatap gundukan tanah dengan makam keramik yang menyekat. Ku lihat dan ku baca nisan yang bertuliskan nama Resal, tanggal lahir nya, dan tanggal, hari, dimana ia wafat.

"Terimakasih Resal, setidak nya aku pernah memiliki yang nama nya seorang sahabat di hidup ini."

~Selesai~

Aku tahu hasilnya gak memuaskan. Aku sadar itu kawan-kawan sekalian.
Anggap aja ini short story yang gak short-short banget●_●

Ambil aja pelajaran nya, setiap aku buat cerita, pasti selalu ada pelaharan nya lho, wehew, gini-gini punya banyak pengajaran hidup😁

Terimakasih banyak-banyak banget buat kalian semua MUACH!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SELFI ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang