~Undangan acara ulang tahun~
Selfi menatap pantulan dirinya di cermin. Ia tersenyum senang melihat dirinya yang terlihat manis sekaligus cantik dengan dress selutut pink polkadot dengan tali kecil di bagian pinggang. Ia menyibak rambut sepunggung nya yang ia gerai menunjukan lehernya yang putih dengan kalung hitam berliontin 'Rs' tak lain adalah singkatan dari huruf awal nama Resal dan Selfi. Kalung itu adalah kalung pemberian Resal saat SMP kelas 8.
"Ini buat kamu. Kamu pake ya, jangan sampai hilang."
"Kalung ini bagus."
"Ingat ya, kalo sampe kalung ini hilang, aku juga akan hilang dari kamu."
"Kok kamu ngomong kayak gitu?"
"Bercanda."
Selfi tersenyum sumbang. "Kalung ini masih ada. Kamu juga ada di sini sekarang. Tapi kemana sikap kamu yang dulu? Kenapa kamu berubah sedrastis itu."
"Aku harus bicara empat mata sama kamu Sal." Benar, Selfi harus bicara dengan Resal. Masa bodo dengan nama Kenzie. Selfi yakin, Kenzie itu adalah Resal. Tidak peduli bagaimana reaksi Kenzie. Selfi harus mendesak cowok itu agar mengakui kalau dia adalah Resal.
Dengan memakai kalung pemberian Resal bukan berarti Selfi hendak bertemu dengan nya. Selfi selalu memakai kalung itu kemanapun ia akan pergi. Ia hanya melepasnya saat sekolah.
"Waaah... anak Bunda udah siap?" Sekar datang, dengan setelah rapi sekaligus anggun, tersenyum melihat Selfi yang sedang berkaca.
"Sudah Bunda," jawab Selfi tersenyum. Malam ini keluarga Abama akan mendatangi sebuah acara ulang tahun anak teman Dinu.
Sekar mengelus rambut Selfi, lembut. "Kamu cantik banget, kayak Bunda."
"Iya, Bunda cantik."
"Ya udah sekarang ayok kita turun. Ayah sama Bang Jeje udah nunggu di bawah," ucap Sekar yang di angguki Selfi lalu mereka berdua keluar dari kamar Selfi bersama.
Di bawah Jehan sedang merengek pada Dinu agar dirinya tidak ikut ke acara pesta ulang tahun anak teman Ayahnya itu. Jehan malas, ia memilih untuk tidur dan nonton anime saja di rumah anteng-anteng.
"Ayoklah Ayah, Jehan di rumah aja lah. Jehan ngantuk, besok Jehan ulangan harian lho Yah," rengek Jehan. Sangat berbeda dengan Jehan jika ada di sekolah yang jutek manjalita.
"Kalo ulangan ya belajar," jawab Dinu cuek tahu Jehan berbohong.
"Ya makanya, Jehan gak ikut ya, mau belajar."
Dinu menatap puteranya jengah. "Ayah tau kamu bohong. Diem, mending kamu ganti baju sana!" Menatap Jehan dari atas hingga bawah yang mengenakan kolor dan kaus hitam polos.
"Gak." Tolak Jehan enggan, melipat tangan di dada.
"Jehan!" Sentak Dinu.
"Gak." Kukuh Jehan.
"Gak ada dodol lebaran tahun ini."
Seketika Jehan mematung, matanya mendelik giras. Ancaman Ayahnya membuat Jehan dilema setengah mati. Jehan menghembuskan napas pasrah. "OKE! Jehan ikut."
Dinu tersenyum puas. "Sana siap-siap. Lima menit."
Jehan berjalan lesu menaiki tangga, saat berpapasan dengan Selfi dan Bunda Jehan menghentikan langkahnya, menatap Selfi kagum namun masih dengan mata malas. "Cantik," puji Jehan lalu kembali berjalan dengan badan membungkuk tangan menggantung-gantung.
Selfi menatap Jehan yang naik ke atas, polos. "Kak Jeje kenapa?" Tanya nya menatap Sekar dan Dinu bergantian.
"Dia gak mau ikut," balas Dinu seraya membenarkan jam tanganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELFI ▪Selesai
Подростковая литератураTerbangun dari koma dalam satu tahun ternyata membuat Selfi kehilangan sosok yang selama ini selalu berada di sisinya. Banyak yang mengatakan bahwa sosok yang hilang dan di cari Selfi telah tiada, tapi Selfi yakin seseorang itu masih hidup dan tak j...