~10~

138 28 1
                                    

~Terselip ragu~

Kalimat yang Kenzie ucapkan di rooftop siang tadi itu benar-benar memenuhi isi kepala Selfi saat ini. Gadis itu terisak ketika ingat ucapan Kenzie bahwa cowok itu tidak mengenalinya. Dalam keadaan seperti ini Selfi kini berada di balkon kamar, dan ingin sekali rasanya, ia menemui Kenzie, mengguncang tubuh cowok itu, memaksa nya untuk bilang kalau dia adalah Resal.

Selfi terhenyak sesaat, ketika tubuhnya di peluk dari belakang. Dan ia tahu siapa pelakunya.

"Kakak tau kamu lagi nangis." Suara Jehan membuat benteng pertahanan Selfu agar tidak menangis keras, runtuh. Selfi membalikan tubuhnya, dan memeluk Jehan erat-erat seraya menangis sesenggukan.

"Tapi Kakak gak tau kamu nangis karena apa," ucap Jehan sembari mengelus kepala Selfi, dengan sayang.

Selfi melepas pelukan, ia menatap Jehan dengan mata yang berkaca-kaca. "Kakak tau kan kalau Resal kembali kesini, dan dia sekolah di SMA yang sama, sama kita."

Jehan terdiam sesaat, lalu ia mengangguk samar. "Kenapa kamu nangis? Siapa yang berani buat adek Kakak nangis begini? Bilang! Kakak bakal buat orang itu men--"

"Jangan Kak!" Potong Selfi.

"Kenapa?"

"Yang buat aku nangis itu Resal. Kakak jangan sakitin dia, dia sahabat aku. Aku mengakui dia sebagai sahabat aku, teman aku. Walaupun dia, entah pura-pura lupa, atau mungkin dia lupa beneran sama aku karena selama satu tahun itu aku koma, dan dia pergi, dan ternyata dia tinggal di Spain," kata Selfi lalu kembali terisak.

Jehan menelan saliva. "G-gak mungkin Resal lupa sama kamu."

"Itu faktanya," ucap Selfi lemah.

"Dia berubah Kak. Resal bener-bener berubah. Entah ini kata keberapa kali, aku bilang kalo Resal bener-bener berubah. Dia beda banget sama Resal yang aku kenal selama ini. Dia kayak bukan Resal, sahabat aku." Selfi memijit pangkal hidungnya.

"Apa yang beda dari dia?" Tanya Jehan.

"Sifat, perilaku, itu yang paling menonjol. Resal adalah kebalikan dari tingkah lakunya dia yang sekarang," tutur Selfi dengan mata gelisah.

"Kamu yakin dia Resal?" Pertanyaan Jehan membuat Selfi menatap Kakak nya itu dengan kedua alis yang saling bertaut.

Selfi memegang pagar penghalang balkon erat. "Tentu aku yakin! Dia Resal. Kenapa Kakak tanya kayak gitu? Gak mungkin dia orang lain."

Jehan tidak bisa banyak bicara. Keduanya sama-sama dalam kebingungan besar. Selfi tidak habis pikir dengan si Kenzie yang ia anggap Resal. Jika benar dia Resal, kenapa ada keraguan di dalam hatinya. Tapi Selfi menepis rasa ragu itu. Perasaan apa itu? Kenapa ia meragukan sahabat nya sendiri. Meskipun bibirnya berkata kalau ia yakin Kenzie adalah Resal. Tapi hatinya tidak dapat di bohongi.

Jehan mengelus kepala Selfi, lagi. "Udah ya, sekarang udah malem. Ayok tidur! Jangan overthinking."

"Jelas aku overthingking. Sahabat aku berubah," timpal Selfi dengan nada berat. Setelah itu ia berjalan menuju kamarnya dan duduk di tepi ranjang.

Jehan membuntuti Selfi. "Tidur ya, selamat malam." Jehan berjalan pergi keluar kamar, sebelum menutup pintu, Jehan menatap Selfi yang terduduk di tepi ranjang dengan pandangan mata kosong. Jehan menghela napas lalu menghembuskanya pelan.

SELFI ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang