~05~

162 37 4
                                    

~Notifikasi ponsel Jehan~

Malam sekitar pukul setengah delapan malam memang sangat cocok untuk di jadikan waktu santai dengan keluarga. Seperti yang tengah di lakukan keluarga Abama. Dinu, Sekar, Jehan dan Selfi sekarang tengah berkumpul di ruang keluarga. Selfi yang sedang membaca novel, Sekar yang sedang tegang nonton sinetron, sementara Jehan dan Dinu sang Ayah yang sedang asik nonton anime bersama di laptop Jehan.

Bisa di bilang Jehan dan Dinu adalah seorang wibu?

"Kyaaaa!!!"

Semuanya menghentikan kegiatan. Suara jeritan Sekar membuat panik. Selfi langsung menutup novelnya, Jehan yang dengan refleks me-pause video. Semuanya menoleh pada Sekar, yang nampak baik-baik saja.

"Bunda kenapa sih?!" Tanya Jehan dengan alis bersatu.

"Itu lho, kenapa iklan coba!" Kata Sekar menatap layar televisi, kesal.

"Ya ampun!!! Kirain kenapa lho Bun, untung Ayah gak banting laptop Jehan ke kepala Bunda lho!" Kata Dinu juga kesal, ia sedang serius menonton anime, jeritan sang istri membuat segala ke fokusan nya buyar.

Selfi kembali membuka novel. Membuang napas pelan, mengusir rasa panik sekilas yang singgah di hatinya barusan karena ulang Sekar. Ia mencari kembali mencari halaman yang hilang karena tidak sempat ia tandai.

"Haish... ini nih yang kadang Jehan mikir apakah Jehan sama Selfi anak kandung Bunda," ucap Jehan membuat semuanya menatap Jehan, begitupun Selfi.

"Kok begitu?" Tanya Sekar.

"Ya Bunda perhatiin aja. Jehan kalem, Selfi apalagi. Lah Bunda? Kelakuanya kocak gitu, kenapa gak ada yang kocak kayak Bunda di antara Jehan sama Selfi ya?" Beo Jehan.

Dinu terbahak. "Karena kamu anak dari selingkuhan Ayah."

Bantal soffa mendarat di kepala Dinu tepat sasaran atas bidikan maut Sekar. "Apa kata Ayah tadi?"

"Canda selingkuhan."

"Bahasanya kayak anak jaman sekarang, huek!" Ledek Sekar pada Dinu. Jehan tertawa melihat adegan itu, seperti biasa Selfi hanya tersenyum tipis jika ia melihat kebahagiaan.

Jehan bangkit dengan membawa laptop. "Dahlah Jehan mau nonton di kamar, disini berisik."

"Bilang aja kamu mau nonton yang lain, Je," kata Dinu menatap Jehan dengan tatapan menjengkelkan di mata Jehan.

"Ayah fitnah!"

"Dek." Jehan memanggil Selfi, sontak Selfi menoleh.

"Ya?"

"Kamu gak mau ke kamar?"

Selfi bangkit dari soffa. "Kayaknya aku juga harus ke kamar."

"Awas ya Ayah! Ribut-ribut sama Bunda ujung-ujungnya perang bikin adek buat Selfi!" Ujar Jehan ketus, setelahnya ia dan Selfi menaiki anak tangga untuk menuju kamar masing-masing.

Dinu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dasar anak ngen--!"

"AYAH!!!" Pekik Sekar ngomel.

Masuk ke dalam kamar, Selfi menyimpan novel yang ia bawa ke lemari buku. Ia beralih mengambil sesuatu di laci meja rias, ia mengambil sebuah foto dengan bingkai yang terbuat dari kardus yang di timpa dengan kertas origami berwarna kuning. Foto itu menunjukan gambar foto dirinya dengan Resal yang sedang menanam tanaman di halaman belakang rumah Selfi. Foto tersebut di ambil oleh Dinu. Di foto itu Selfi dan Resal masih berusia 7 tahun.

Selfi tersenyum hambar melihat foto itu.

"Aku bawa pohon bunga matahari, ayok kita tanam di taman belakang!" Kata Resal kecil.

SELFI ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang