~14~

91 23 0
                                    

~Alun-alun~

Menuruni anak tangga perlahan, tanganya sibuk membenarkan topi putih yang menutup kepala dan rambutnya panjangnya yang selalu di gerai. Rencananya, sore ini Selfi akan kembali melakukan aktivitas lamanya, setelah dua minggu ini ia sehat paska terbangun dari koma.

Sekarang Selfi harus izin dulu pada Bunda dan Ayahnya yang kebetulan sedang mengobrol di ruang tamu entah sedang mengobrolkan apa. Dinu dan Sekar memang selalu harmonis.

"Bunda, Ayah, aku--"

"Mau kemana kamu?" Belum selesai Selfi bicara, Jehan datang dan memotong ucapanya.

Dinu menggeleng-gelengkan kepala nya pelan. "Kamu ini Je! Orang adeknya belum selesai ngomong juga."

"Lho kan Jehan cuma nanya," balas Jehan sedikit berteriak karena ia sedang berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air, ia haus, karena ia baru bangun tidur siang dan bablas sampai sore.

Sekar menatap puterinya. "Emangnya kamu mau kemana sayang?"

"Lakuin kebiasaan lama aku," jawab Selfi tersenyum lebar.

"Kebiasaan lama apa?" Tanya Jehan yang datang dengan memegang segelas air.

Dinu menatap Jehan sinis. "Makanya jadi Kakak itu harus baik sejak adiknya lahir. Supaya tau apa-apa aja kebiasaan sang adik. Nah kamu, adik sendiri malah di cuekin, di masa bodoin, di jutekin, jadi gitu tuh, rutinitas Selfi yang bahkan tukang panci depan gang aja tau, kamu, abangnya, malah gak tau."

Selfi terkekeh begitupun Sekar. Sementara Jehan menatap sang Ayah, sebal. "Halah!"

Jehan menatap Selfi. "Emangnya kebiasaan apa sih?"

"Dulu sebelum Selfi koma. Setiap hari Sabtu sore, Selfi suka sepedaan sama Resal ke alun-alun. Dan itu Selfi lakuin rutin setiap Sabtu sore. Bedanya, dulu Resal nyamper kesini. Tapi sekarang enggak, dasar ya anak gak banyak omong, sampe pergi ke luar negeri aja gak bilang sama Bunda. Dia cuma pamit sama sahabat nya doang pake surat," kata Sekar panjang lebar, di akhiri tersenyum pada Selfi.

Mendengar penjelasan Sekar, Jehan lantas mengangguk-anggukan kepalanya mengerti, sekarang. Dulu yang ia ingat, memang, Resal suka ke rumahnya setiap hari Sabtu sore. Tapi Jehan tidak tahu, kalau ternyata kedatangan Resal yaitu untuk mengajak Selfi bersepeda ke alun-alun.

Kini ia menyadari, betapa dingin dan masa bodonya ia pada Selfi. Ya, Jehan akui, dia lebih menyayangi Resal yang bukan siapa-siapa nya di banding Selfi, adiknya sendiri. Karena dulu, Jehan pikir tidaklah menyenangkan memiliki seorang adik. Dan setelah melihat Resal. Rasa ingin memiliki adik hadir, karena ia pikir adik cowok pasti menyenangkan.

"Bolehkan Bunda?" Tanya Selfi pada Sekar, lagi, meminta izin.

"Tapi kan sekarang gak ada Resal. Kamu sendiri?" Kata Dinu.

Selfi tersenyum. "Resal udah balik ke sini lho Ayah, aku lupa kasih tau Ayah. Kak Jeje juga, kenapa gak kasih tau Ayah sama Bunda?"

"Apa? Resal udah balik ke sini lagi?" Heboh Sekar.

Selfi mengangguk. "Iya."

"Kenapa gak main ke sini tu anak?" Ucap Dinu.

"Tenang Ayah. Aku akan bawa Resal buat main lagi ke rumah ini," kata Selfi.

SELFI ▪SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang