24 April 2020
Perlahan kedua mata Sanha mengerjap, kepalanya terasa sakit, perutnya pun terasa mual. Pria itu memperhatikan ke sekelilingnya, dia berada di sebuah kamar, dan tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu.
"Udah bangun?"
Sanha berteriak walaupun mulutnya tertutup dengan pita perekat, dia pun mencoba melepaskan ikatan di tangannya, dan berusaha memberontak. Orang itu berjalan menghampiri Sanha sambil memegang nampan yang terdapat makanan dan segelas air.
"Bomin," kata orang itu. "Nama gue Choi Bomin."
Bomin menghelakan nafas panjang, matanya menatap ke Sanha yang tertidur dengan keadaan yang tersiksa karena tangan dan kaki terikat, pun dengan mulut yang tertutup dengan pita perekat.
Pria itu meletakan nampan yang dia bawa di atas nakas, lalu duduk di samping Sanha, beberapa detik kemudian dia mengubah posisi Sanha jadi duduk, dan melepaskan pita perekat yang tertempel di mulut Sanha.
"Keparat!" umpat Sanha sambil matanya menatap sinis ke Bomin. "MAU LO APA???!"
Bomin meraih gelas minuman yang dibawa, lalu mengulurkan tangannya ke mulut Sanha, tapi respon Sanha hanya terdiam karena merasa curiga dengan pria itu.
"Enggak ada racun, tenang aja," kata Bomin dengan santai, tangannya masih mengulurkan segelas air ke mulut Sanha.
Mendengar perkataan tersebut membuat Sanha langsung meneguk air yang diberi Bomin, karena tenggorokannya pun terasa kering dan haus. Setelah itu, Bomin menyuapi makanan yang dibawa untuk Sanha, dan langsung diterima oleh Sanha tanpa merasa curiga.
"Sup-nya," kata Sanha.
Bomin mengulurkan mangkuk kecil yang isinya adalah sup hangat untuk meredakan mabuk. Karena kemarin Sanha dibuat mabuk oleh kembarannya yang bernama Choi Jimin, dan baru beberapa menit yang lalu Sanha tersadar.
"Lo tau, sup ini di campur racun?" kata Bomin, membuat Sanha terdiam dan menatapnya begitu dalam. Pria itu tertawa pelan, menandakan bahwa perkataannya adalah sebuah bualan yang dibuat.
Bomin menyuapi Sanha sampai makanannya benar-benar habis tanpa tersisa, pria itu gak langsung keluar dari kamar meninggalkan Sanha, dia masih duduk di samping Sanha sambil menatap dinding kosong di hadapannya.
"Gue punya cerita sedih yang jadi horor," Bomin menoleh ke Sanha, melemparkan sebuah senyuman. "Mau denger?"
"Seorang anak perempuan yang cantik, pintar, dilecehkan oleh ayah kandungnya," kata Bomin, mulai bercerita tanpa menunggu respon dari Sanha. "Enggak sekali atau dua kali, tapi hampir setiap hari ketika ayahnya itu berada di rumah. Karena hal itu membuat psikis anak itu rusak, tambah rusak lagi ketika ayahnya melecehkan dia dan saat itu juga ada ibunya yang melihat kelakuan suaminya itu, tapi ibunya enggan menolong anaknya."
"Orang tua idiot," umpat Sanha.
Mendengar kalimat tersebut membuat Bomin tersenyum dan menganggukan kepala, "Memang. Tapi, suatu malam, anak itu membunuh ibunya dengan meracuninya, dan di hari yang sama ayahnya terbunuh ditusuk pisau sebanyak sepuluh kali."
"Sakit jiwa kali ya itu anak???" kata Sanha.
Bomin menggelengkan kepala, "Anak itu enggak membunuh ayahnya, tapi kakaknya lah yang menusuk ayahnya."
"Kakak? Dia punya saudara?" tanya Sanha.
"Mereka hanya berbeda dua menit."
"Kembar?"
Bomin menganggukan kepala, "Esok paginya polisi datang ke rumah mereka, karena kakaknya itu yang menelpon pihak kepolisian. Dengan suara yang penuh ketakutan dan di temani suara sesegukan adik perempuannya itu, kakaknya mengatakan bahwa ayahnya di bunuh oleh ibunya, dan ibunya bunuh diri karena overdosis."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIME TRAVELER - Sanha
Fantasy❝𝘥𝘰 𝘺𝘰𝘶 𝘣𝘦𝘭𝘪𝘦𝘷𝘦 𝘪𝘯 𝘢 𝘱𝘢𝘳𝘢𝘭𝘭𝘦𝘭 𝘶𝘯𝘪𝘷𝘦𝘳𝘴𝘦?❞ Lift apartemen Entropy adalah sebuah portal yang membuat Yoon Sanha berada di waktu yang berbeda. Copyrights 2O2O ©luminoust.