[19] déjà vu

299 96 39
                                    

24 April 2020

Sanha berlari dengan langkah lebar dan cepat, nafasnya terengah-engah, dia gak peduli dengan orang-orang yang ditabraknya. Setelah sadar, Sanha langsung pergi ke Rumah Sakit tempat Eunha di rawat.

Dan benar, sesampainya di depan pintu kamar rawat nomor 435 Sanha dapat melihat Eunha yang terbaring koma sesuai yang dia lihat ketika menjelajahi waktu ke masa depan, ada seorang polisi juga yang menunggu di depan kamar rawat.

Beberapa detik kemudian Sanha melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari kamar rawat Eunha, pria itu memejamkan matanya sejenak, lalu mengacak rambutnya dan berteriak kesal pada dirinya sendiri. Rasanya begitu frustrasi.

Emosinya pun memuncak membuat dia menonjok dinding berkali-kali sampai tangannya terluka dan mengeluarkan darah, kemudian tubuhnya perlahan menyusut sampai terduduk di lantai, dan seperkian detik dia menangis histeris membuat seorang perempuan berjalan menghampirinya.

"Astaga???!" katanya, terkejut melihat tetesan darah yang mengalir dari tangan Sanha.

Sanha mendongakkan kepalanya, matanya menatap punggung perempuan itu yang justru berlari menjauhinya. Sanha segera berdiri, lalu berjalan ke arah toilet untuk membersihkan darah di tangannya akibat menonjok dinding, langkah kakinya terlihat begitu gontai.

Ketika Sanha keluar dari toilet, seorang perempuan langsung menggenggam tangannya, tapi dengan cepat Sanha menangkis genggaman perempuan itu, lalu melangkahkan kakinya berjalan menjauh dari toilet.

"Luka kamu harus di obatin," katanya.

Sanha masih berjalan, gak mempedulikan perkataan orang itu. Sanha menghelakan nafas panjang, ketika dia ingin menarik nafas rasanya begitu sesak membuat air matanya menetes, dan tubuhnya terasa begitu lemas seperti gak bertenaga. Jujur, Sanha sangat takut untuk kehilangan Eunha.

Sanha tersentak kaget ketika lengannya di tarik perempuan yang sebelumnya memegang tangannya di depan toilet, dengan pasrah tubuhnya bergerak mengikuti perempuan itu, dan anehnya dia sama sekali gak memberontak seperti sebelumnya.

Perempuan itu mendudukkan Sanha di kursi tunggu terdekat, sedangkan dia berjongkok di depan Sanha, dan di kursi itu pun ada sebuah kotak semacam P3K. Perempuan itu meraih tangan Sanha, lalu dengan cekatan mengobati luka di tangan Sanha.

Dari posisi Sanha yang sedikit lebih tinggi darinya, dia memperhatikan perempuan itu yang sedang mengobati lukanya. Sejenak perempuan itu mendongakkan kepalanya sampai kedua mata mereka bertemu, perempuan itu memberikan senyuman, lalu kembali fokus mengobati luka Sanha.

"Gue boleh minta tolong?" kata Sanha.

Perempuan itu kembali mendongakkan kepalanya menatap Sanha, dia tersenyum lagi lalu menganggukkan kepala, kemudian kembali fokus ke luka Sanha karena hampir selesai mengobatinya.

"Gue pinjam handphone lo, gue mau hubungi temen gue," kata Sanha. "Boleh?"

Setelah memplesterkan tangan Sanha, perempuan itu berdiri lalu tangannya merogoh saku dan mengeluarkan handphonenya, kemudian langsung mengulurkan tangannya ke Sanha, dan dengan cepat Sanha menerima handphone perempuan itu untuk menghubungi Junkyu.

Oh, iya, di dalam kamar rawat Eunha gak ada siapapun, hanya ada seorang polisi yang bertugas menunggu di depan kamar rawat untuk menjaga Eunha. Dan menurut Sanha, sepertinya Junkyu ke apartemen Entropy untuk mencarinya, ya seperti yang dia ketahui ketika menjelajahi waktu ke masa depan untuk pertama kalinya itu.

Sanha beranjak dari kursi lalu menjauh dari perempuan itu, sedangkan perempuan itu duduk di kursi yang sebelumnya diduduki Sanha dan merapihkan kotak P3K yang dia bawa. Sanha langsung menghubungi Junkyu, butuh waktu beberapa detik sampai panggilannya diterima.

TIME TRAVELER - SanhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang