Derapan langkah kaki yang sengaja dipelankan memenuhi koridor panjang nan sepi tersebut. Mengendap-endap bagaikan maling yang tengah beraksi."Target jalan menuju ruang seni rupa"
Suara dari seberang sana terdengar jelas berkat sepasang benda kecil yang menutup lubang telinganya sempurna. Ia menarik kerahnya sedikit menaik agar benda kecil berbulu yang melekat di bajunya dapat mengantarkan suaranya lebih jelas untuk membalas pesan tersebut.
"Bagus. Letak yang strategis" Ucapnya menyinggung senyuman miring di sisi bibirnya.
Netranya dengan lamat menatap sebuah pintu ruangan dari balik dinding putih. Berwaspada agar dirinya tak terlihat siapapun.
Setelah penantian yang cukup lama, sosok yang ia nantikan sedari tadi akhirnya menampakkan batang hidungnya. Tepat seperti apa yang rekan kerjanya ucapkan. Perempuan itu perlahan membuka pintu ruangan seni rupa untuk segera memasukinya.
"Target masuk. Step two, go" ujarnya memerintah kepada sejumlah rekannya dari alat yang ia kenakan di telinganya.
Ia melangkahkan tungkainya mendekat beberapa langkah. Membuat pandangannya semakin jelas terhadap ruangan tersebut. Netranya menangkap asal beberapa figur manusia dari berbagai sudut yang berbeda. Tak lain adalah rekan kerjanya yang turut membantunya menjalani aksinya.
"Renjun! Dia kejang-kejang!" teriak salah seorang dari mereka, berhasil membuat Renjun dengan cepat menoleh kembali menatap ruangan sempit itu.
Renjun membelalakan bola matanya sempurna. Dengan segera ia melangkahkan tungkainya cepat. Berlari menuju ruangan itu diikuti beberapa derap langkah lain tergesa mengikutinya yang berasal dari balik tubuhnya. Rasa panik mulai menjalar di hatinya, meskipun ia tak kenal dengan sosok itu. Baginya yang terpenting adalah nyawa, tak peduli dengan siapa sosok yang hendak ia tolongi.
"Tunggu!"
Renjun kembali menghentikan langkahnya saat mendapati perempuan di dalam sana sudah kembali bangkit sembari tertawa seorang diri. Ketiga insan lain yang berhasil menggapai Renjun turut menghentikan langkahnya. Serempak memandang siswi itu dari balik kaca ruangan.
"Tak salah lagi. Alasan peringkatnya di semester ini naik drastis pasti karena ini" ujarnya dengan nada yang begitu dingin.
Renjun membalikan tubuhnya menatap ketiga sahabat sekaligus rekannya yang sudah berdiri mengelilinginya.
"Sial. Kita kecolongan lagi." tambahnya dengan raut wajah yang sudah menegas dipenuhi kebencian.
"Dia, Lee Sohee adalah korban keenam di tahun ini. Jumlahnya bisa terus bertambah, kita harus apa Ren?"
Renjun mengusap wajahnya frustasi.
"Sampai sekarang pun kita belum tahu markas mereka ada dimana. Gimana kita bisa menghentikan mereka?" Timpal Jeno seakan menambahkan beban pikiran Renjun.
"Jaemin, kemarin gue tugasin untuk ngintaiin Sohee. Hasilnya?"
"Maaf Ren.. Gue kehilangan jejaknya" jawab Jaemin dengan rasa bersalah yang begitu besar.
Renjun semakin dibuat frustasi dengan keadaan saat ini. Terlihat dari bagaimana raut wajahnya yang nampak begitu pahit.
"Jangan nyerah, Ren. Menghadapi mereka bukan hal yang mudah, tapi gue yakin kita bisa. Gak masalah berjalan lambat, yang penting akan ada hasil akhirnya." timpal Haechan dengan kata mutiaranya yang tak pernah gagal membuat Renjun sedikit besar tenang.
"RENJUNNNNN!!"
Suara khas yang begitu familiar berhasil mengubah 180 derajat suasana yang mencekam tersebut. Derapan langkah kaki yang sedikit cepat semakin memenuhi telinga mereka, tanda sosok itu telah mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Фанфик[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...