19 | 𝙵𝚒𝚛𝚜𝚝 𝚂𝚝𝚎𝚙

1.4K 303 16
                                    

hai.. masih adakah yang menunggu kelanjutan cerita ini?


Kendaraan minibus hitam yang mereka gunakan berhenti tepat di depan gedung yang tak lagi asing baginya. Usai siap dengan persiapan masing-masing, satu persatu dari mereka menuruni kendaraan itu.

Jaemin serta Jeno menahan kedua lengan Injun di sisi kiri dan kanannya. Lengkap dengan tali rapia yang mengikat sepasang pergelangan tangan itu dibelakangnya. Hendery, Xiaojun serta Lucas pun turut menjelma menjadi sejumlah bodyguard disana. Persis seperti apa yang Jeno dan Jaemin kenakan. Layaknya seorang petinggi, Mark memimpin perjalanan. Jika saja pemuda di belakangnya tidak menghentikan pergerakannya.

"Tunggu" Ujarnya membuat Mark kembali menoleh ke belakang.

Mark melontarkan tatapan tanyanya pada Injun yang memandangnya dengan raut wajah serius.

"Kita harus lebih mendalami peran. Wajah gua terlalu bersih buat korban penculikan,"

"Maksud lo?" Tanya Mark tak mengerti.

"Pukul. Hiasin wajah gua dengan lebam atau bercak darah"

"LO- GILa..?!" pekik Mark memelan ditengah perkataannya, sadar akan lingkungannya yang tak lagi sebebas diluar sana. Tapi meski begitu, itu tidak menghalanginya untuk menatap Injun penuh amarah.

Bocah gila seperti siapa yang rela dipukul demi sebuah ketotalitasan? Tentu hanya seorang Huang Injun.

"Gua gak gila, gua serius"

"Gua yang bisa gila karena lo!"

"Woi! Jangan nengok, cukup dengerin. Arah jarum jam dua, 75 derajat diatas permukaan tanah ada dua orang ngintai kalian. Cepet selesaiin urusan kalian sebelum kalian ketangkep!" ujar Haechan dari dalam mobil, terdengar cukup jelas melalui speaker kecil dibalik baju masing-masing.

"Gua berontak, lo tinju atau tendang terserah lo!" Injun pun mulai memberontak di pegangan Jaemin dan Jeno.

Mark dibuat panik akan situasi yang ada. Siapa yang tega meninju temannya sendiri? Tidak akan ada yang tega. Dirinya kian berada di ambang kebingungan yang sangat amat.

"Cepat!" bisik Injun, cukup terdengar diantara mereka.

"Ahhh Maafin gua!"

Bugh!

Mark meninju perut Injun. Membuat sang empu dan yang menyaksikan turut meringis. Injun yang pada dasarnya tak pernah kuat menahan nyeri itu membuatnya menunduk sakit meski hanya satu pukulan. Jangan bandingkan sosok mungil itu dengan sang kembaran yang mungkin tak menghiraukan pukulan sekecil itu.

"Kalian berhasil. Dua orang itu ngangguk puas dan sekarang udah pergi" ujar Haechan dari balik microphonenya.

"Lo gak apa, Injun?" Lanjut Haechan kemudian.

Sadar akan apa yang baru saja ia perbuat, Mark pun mendekati Injun untuk menanyakan kondisinya. Begitupun yang lain, melakukan hal serupa.

"Gua gapapa, cuma sedikit nyeri. Ayo lanjutin" ujar Injun dibalik kerutan nyeri yang masih terbentuk menghiasi wajahnya.

Perlahan mereka memasuki gedung itu. Melalui pintu yang terlihat begitu familiar baginya. Mulai dari setiap sudutnya hingga setiap pemandangan yang menyita netranya. Sebuah adegan menegangkan kembali mengisi pikirannya. Ingatan menyakitkan pada malam itu mulai berputar dengan sendirinya. Rasa takut, panik serta kesedihan bercampur menjadi satu. Dirinya memejamkan netranya, sembari melangkah kearah yang dipimpin Mark. Berusaha sekeras mungkin menetralisir trauma yang hinggap ditubuhnya. Suara tembakan, teriakan hingga derapan langkah mengejar benar-benar menguasai dirinya saat ini.

Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang