Gedung yang biasa dipenuhi aktivitas murid maupun guru terlihat nampak sepi tanpa penghuni. Langit masih nampak begitu gelap, sebab sang mentari yang belum kembali untuk menyinari langit. Pihak sekolah yang mengadakan program 'lindungi bumi' membuat gedung tersebut terasa lebih mencekam. Mengingat, hanya terdapat beberapa lampu yang menyala untuk sekedar menyinari beberapa tempat.Seseorang yang tiba dua jam sebelum bel sekolah berbunyi nampak tak acuh melangkahkan tungkainya menelusuri gelapnya gedung tersebut. Langkahnya ia hentikan tepat pada lantai bawah tanah gedung megah tersebut. Lantai yang jarang sekali dijamah siapapun. Tak heran mengapa suasana dibawah sini jauh lebih mencekam saat malam hari.
Ia berdiri tepat di depan pintu kayu minimalis yang membatasinya dengan ruangan dihadapannya. Menyempatkan waktunya untuk sekedar menoleh kiri dan kanan. Memeriksa keadaan yang rupanya masih sama seperti awal. Sepi dan gelap.
Krieettt
Ia mendorong pintu tersebut dengan satu tangannya. Ruangan yang begitu gelap membuatnya harus meraba dinding untuk mencari letak saklar lampu. Dahinya mengkerut bersamaan dengan menyipitnya kelopak matanya, sebagai reaksi alami manusia saat mendapati cahaya terang yang menyerang netranya.
Ia terdiam tertegun, berdiri terpaku di ujung ruangan. Benar dugaannya selama ini, ada aktivitas mencurigakan di dalam ruangan ini. Ruangan yang sering kali dikunjungi sejumlah siswa yang berstatus sebagai adik kelasnya.
Ia melangkahkan kakinya pelan, menelusuri setiap sudut ruangan yang penuh dengan kertas yang tertempel di dinding, disertai papan tulis yang dipenuhi coretan serta gambar-gambar. Netranya menangkap setumpuk kertas di dalam map biru yang tergeletak bebas diatas meja persegi besar di tengah ruangan. Dengan perlahan ia membukanya untuk membaca satu persatu isi dari deretan kalimat yang menghiasi kertas putih itu.
Bugh!
Hantaman dadakan dari kepalan tangan seseorang membuatnya terhuyung.
"Lo siapa?!" ujar Jeno lantang dengan deruan nafas yang memburu.
Ia menyentuh sudut bibirnya yang kini sudah terdapat bercak merah.
"Penyambutan yang luar biasa ya?" ucapnya terkekeh mendapati tindakan kekerasan dari adik kelasnya yang satu ini.
Kehadiran tiga insan lainnya dibelakang pemuda yang baru saja menghajarnya membuatnya menoleh. Kedua netranya bertemu dengan milik pemuda bertubuh mungil yang dikenal menyeramkan oleh sejuta umat. Ia tak bohong saat dirasakannya hal yang menarik sesaat setelah ia menatap sosok itu, tatapan tajam dan dinginnya berhasil membuatnya merinding.
"Can you guys like chill for a little bit? (bisakah kalian santai untuk sebentar?) Gue Mark. Mark Lee dari 12-3"
"Maksud lo apaan masuk sembarangan? Nyentuh barang-barang orang, bahkan baca informasi yang gak berhak lo tau" ujar Renjun begitu dingin dengan kedua tangannya terselip diantara kedua saku celananya.
"Well, first of all I'm sorry about that. (Pertama-tama aku minta maaf tentang itu) Gue gak ada niatan lain selain penasaran." jawab Mark mencoba menurunkan emosi sosok di hadapannya.
"Udah kan? Udah tau? Sekarang lo pergi" lanjut Renjun masih dengan amarahnya yang memuncak.
"Oke kalau itu mau lo, gue nurut"
Mark melangkahkan tungkainya maju, membuat jarak antaranya dengan Renjun menipis.
"Tapi sebelumnya, apa profesor yang kalian maksud adalah profesor Kang?" lanjut Mark berbisik tepat di samping telinga Renjun. Sebelum akhirnya kembali melangkahkan tungkainya maju, menuju pintu yang membelakangi Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Hayran Kurgu[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...