26 | 𝙴𝙽𝙳𝙴𝙳

2.1K 326 37
                                    

LAST (long) CHAPTER

Jam yang baru menunjuk ke angka 9 menjadi alasan jalan raya kota Seoul masih padat akan kendaraan. Lampu yang masih terang menyala di setiap sudut bangunan juga menambahkan kesan yang lebih berwarna. Hari terasa begitu lelah, meskipun belum bulat 48 jam keenamnya berjuang untuk menghirup kembali udara kota yang segar dan menenangkan.

"Telah terjadi ledakan hebat salah satu bangunan megah di Incheon. Polisi masih terus menyelidiki kasus yang ada. Diduga telah terjadi aktifitas mencurigakan berupa human experiment berdasarkan ungkapan saksi. Diketahui satu korban meninggal dunia berinisial K dalam kebakaran tersebut. Jasad korban akan segera di evakuasi ke rumah sakit terdekat,"

Kendaraan beroda empat berhenti tepat di depan rumah yang terletak di kawasan elit. Mengabaikan suara radio yang berputar, dua dari enam insan yang menumpangi kendaraan itu turun dari mobil hitam tersebut.

"Makasih bro," ujar Renjun kemudian diangguki Mark, sosok yang telah mengantar pulang dirinya dan Injun.

"Besok masuk?" tanya Haechan dari jendela mobil yang baru saja ia turunkan.

"Kalau gak males," Injun hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah, atas tuturan Renjun disisinya.

"Dasar lo ya, ya udah kita cabut duluan. Istirahat yang banyak! Kalau ada apa-apa kasih tau gue," lanjut Haechan kemudian.

"Iya, iya, bawel lo"

Kendaraan itu perlahan menjauh meninggalkan keduanya. Renjun menoleh pada Injun, merangkul pundak yang lebih kecil darinya sembari saling tersenyum. Renjun sempatkan untuk menghela nafasnya sebelum akhirnya membuka pintu besar itu, kembali pada rumah yang telah lama ia tinggalkan.

Baru saja keduanya menginjakan kaki pada marmer lantai rumah tersebut, senyuman mereka seketika meluntur. Saat dilihatnya sepasang suami istri yang berdiri tepat di hadapan mereka.

"R-Renjun, nak?" Entah apa yang terjadi, sosok yang telah melahirkannya ke dunia menteskan air matanya. Untuk kali pertamanya sosok itu menangis, menangis karena Renjun.

Injun menatap Renjun ragu, memastikan situasi yang cukup mengejutkan itu tetap terkendali. Namun, Renjun hanya mematung, menatap sang ibunda yang mulai berjalan mendekat kearahnya.

Grep

Dipeluknya tubuh Renjun, menariknya dalam dekapan. Nafas Renjun seakan tercekat untuk beberapa saat. Apakah ia berhalusinasi? Apakah ini efek samping dari cairan yang menjalar di tubuhnya?

"Mama rindu kamu, nak. Terima kasih sudah kembali. Mama kira, mama telat. Mama minta maaf untuk semuanya,"

Tubuh Renjun masih terdiam kaku, tak membalas pelukan itu. Bersamaan dengan Injun yang juga terdiam tak percaya akan tindakan yang dilakukan ibunya pada sang kembaran. Keduanya kian mencoba memproses seluruh perkataan yang meluncur dari bibir Wendy.

Renjun perlahan melepas pelukan itu. Memutuskan untuk menatap wajah sang ibu yang telah tergenang air mata. Ia berusaha untuk mencari kebohongan dari kedua iris coklat itu, namun nyatanya, ia hanya dapat melihat ketulusan dalam netra ibunya.

Kedua netra Renjun pun lambat laun bergetar. Bertahun-tahun lamanya ia diperlakukan tak adil dengan kedua orang tuanya, bahkan ia lupa kapan terakhir kali ia merasakan kehangatan dalam pelukan sosok yang telah melahirkannya.

Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang