BRAKKDalam sekejap dinding batu hancur bersamaan dengan seluruh insan disana terpental jauh keluar bangunan. Layaknya tempat yang baru saja dilanda ledakan bom, printilan bangunan berserakan dimana-mana. Patahan dinding, bebatuan yang sebagian telah berubah wujud menjadi pasir membuat keadaan dalam ruangan tersebut semakin kacau.
Masih dengan kedua tangan terkepal pada sisi tubuhnya, Renjun menatap dalam satu-satunya makhlup hidup yang tersisa di dalam ruangan itu.
"K-kau.." Lidah Profesor Kang terasa kelu, tak mampu mengucapkan lanjutan dari kalimatnya.
"Masih mau menganggap remeh?" tanya Renjun dengan senyum kemenangannya. Profesor Kang mengedarkan pandangannya pada seluruh ruangan. Menatap tak percaya pemandangan yang ada.
"R-Renjun.. Kita bisa bicarakan ini pelan-pelan, apa yang kau mau? Biar ku kabulkan apapun yang kau mau," ujar Profesor Kang, berlutut berusaha meraih lengan Renjun dengan tangan yang bergetar.
Renjun tertawa renyah, menghempas pergelangan tangannya yang tersentuh milik Profesor Kang. Ia kemudian membungkukkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya sedikit pada netra bergetar milik lawan tatapnya.
"Takut? Menyesal?" tanya Renjun sebelum akhirnya menegakkan kembali tubuhnya. Kekehan Renjun pun memenuhi ruangan. Tangannya merogoh saku celananya, mengeluarkan benda asing dari dalamnya. Melihat itu, Profesor Kang dibuat semakin panik, paham akan rencana Renjun selanjutnya.
"Renjun k-ku mohon jangan lakukan! Aku berjanji tidak akan menganggumu dan semua orang yang ada di sekitarmu! Tapi ku mohon jangan!" Renjun mengabaikan segala tuturan dari sang empu. Memilih untuk sedikit bermain dengan benda tersebut, memutar-mutar remot kecil yang ada pada tangannya.
"Itulah balasan karena kau telah merendahkanku. Permintaanmu ku tolak, karena pada dasarnya penyesalan akan selalu datang terlambat, bukan?"
DUARR
Suara ledakan terdengar begitu keras. Hal tersebut mengundang atensi seluruh insan yang sibuk menahan nyeri yang membabi buta di sisi rerumputan bangunan. Kelimanya mengangkat lengannya, berupaya menutupi wajahnya dari cahaya api yang begitu terang. Dilihatnya, besarnya api sudah terjalar di setiap sisi bangunan tersebut.
Takut akan adanya ledakan susulan, Injun dengan segera berinisiatif mencari Renjun, Haechan, Jeno, Jaemin dan Mark untuk mundur menjauh. Keempatnya telah hadir dalam penglihatannya. Namun tersisa satu yang tidak nampak dalam pandangannya. Dengan cepat Injun menoleh kesana kemari mencari keberadaan sosok itu. Namun nihil, dari banyaknya orang yang berada di sekitarnya, kembarannya tak ada diantaranya.
Injun pun membalikan tubuhnya kembali pada bangunan yang kini telah dipenuhi kobaran api. Injun menggeleng hebat, menepis segala pemikiran negatif yang ada dalam benaknya.
"Gak mungkin.. Renjun- RENJUN!!! RENJUN MASIH DI DALAM!" Pekik Injun histeris dengan kobaran api yang kembali meledak. Dengan cepat Injun berdiri untuk segera berlari, namun lengannya berhasil ditangkap oleh Jaemin.
"LO MAU KEMANA?!" Tanya Jaemin dengan panik.
"Renjun masih di dalem, Jaem!" jawab Injun tak kalah besar, menghadap pada Jaemin yang masih menggenggam erat pergelangan tangannya.
Injun yang masih kalut dan berusaha untuk melepas genggaman itu membuat Jeno yang memperhatikan turut turun tangan, "Lo gak liat apinya udah sebanyak apa??" tambahnya kemudian.
"GUE GAK PEDULI! YANG TERPENTING GUE HARUS SELAMATIN RENJUN, JEN, JAEM!"
"SAMA AJA LO NYARI MATI, JUN!"
"TERUS GUE HARUS APA?! JAWAB! GUE HARUS APA?! RENJUN-"
Grep
Haechan mendekap erat tubuh mungil itu. Meletakkan kepala Injun pada sisi pundaknya seraya mengelus lembut punggung sang empu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Fanfiction[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...