"Wow, kedatangan tamu rupanya?"Sosok pria berjas putih datang setelah 10 menit lamanya membiarkan sejumlah manusia di ruangan besar itu menunggu. Injun mendongakan kepalanya keatas, tepat di depan sosok yang amat ia benci. Ingin rasanya ia menendang, meninju, mencakar wajah pria itu dengan seluruh tenaganya. Namun sayangnya niat itu harus ia urungkan.
"Mudah ya menangkapmu? Tak seperti kakakmu yang seakan selalu dilindungi semesta," ujarnya dengan kalimat yang memicu keributan.
Tapi beruntungnya, godaan itu sama sekali tak digubris oleh pemuda Huang ini. Justru kini bibirnya mulai mengembangkan sebuah senyuman bagaikan suatu remehan yang ia lontarkan.
"Bodoh," ucapnya begitu saja. Tertawa dalam hatinya melihat bajingan di depannya menyombongkan diri atas hal yang merupakan bagian dari rencananya.
"Apa kau bilang? Siapa bodoh?" Tanya Profesor Kang, tak percaya atas keberanian yang dimiliki makhluk kecil dihadapannya.
"Siapa lagi? Udah bodoh, gak sadar diri pula"
Profesor Kang tertawa tak menyangka untuk kesekian kalinya. Membenarkan jas putihnya setelah dirasanya hawa tubuhnya memanas oleh emosi yang mulai terbentuk.
"Aku penasaran. Berapa banyak nyawa yang kau punya, Huang?"
"Satu, sama sepertimu. Namun bedanya perjalanan hidupku masih panjang. Beda denganmu yang sebentar lagi akan habis. Tua sih," Anak keturunan Cina itu tersenyum tak berdosa. Mengedipkan matanya polos, menunggu respon lawan bicaranya.
"Sial, anak ini begitu melunjak" batin Profesor Kang dengan raut wajah yang mulai masam.
Perbedaan ekspresi dari pria berjas putih itu menarik senyuman Injun, bahkan Xiaojun, Hendery, dan Lucas yang mengamati mereka dari belakang. Tentunya dengan topeng yang menutupi wajah mereka.
"Aku bisa membunuhmu sekarang juga asal kau tahu" ujar Profesor Kang pada akhirnya.
"Oh"
Ya. Sesingkat, sependek dan sejelas itu Injun menjawab tuturan Profesor Kang yang seharusnya ia takuti. Pria berjas putih itu menyunggingkan senyumnya tak habis pikir. Mengambil posisi duduk di sebuah kursi yang terletak di hadapan Injun, nampak sengaja diletakan disana untuknya mengobservasi anak bermarga Huang itu.
"Test. Injun, Huang Injun. Jeno Jaemin dikit lagi berhasil nyebar rata bom di tempat yang udah disepakati" Suara Haechan dari balik speaker kecil yang ia kenakan membuatnya tersenyum. Tenang saja, tak ada yang bisa mendengarnya selain dirinya sendiri. Ah indahnya teknologi.
Tuturan Haechan seakan memberikan energi lebih padanya. Dirinya dibuat semakin berani dan percaya diri. Mendongakan dagunya keatas dengan punggung yang menegak. Sama sekali tak menunjukan suatu ketakutan maupun kelemahan di dalam dirinya.
"Baiklah. Jika memang ancaman itu tidak berguna bagimu, mungkin ini akan berguna" Terdapat senyuman miring yang terukir di bibir pria berjas itu. Ia memanggil asistennya yang sedari tadi berdiri tepat dibelakangnya.
Sosok itu memberikan sebuah tablet dari genggamannya. Dengan lincah, Profesor Kang kemudian mengotak-atik benda tersebut.
"Tebak kejutan apa yang kupunya?"
Profesor Kang membalikan tabletnya menghadap Injun. Membiarkan sang empu menyaksikan video singkat dari layar persegi tersebut. Injun membulatkan netranya sempurna, begitupula dengan keempat sejoli yang berstatus sebagai kakak kelasnya dibelakang. Tubuhnya menegang seiringan dengan tatapannya yang berpindah-pindah dari layar kemudian wajah Profesor Kang.
Video tersebut mengandung cuplikan kamera keamanan yang ada di kamar rawat Renjun. Tubuh yang berada diambang kematian itu dibawa paksa oleh sejumlah manusia berpakaian sama dengan anak buah bajingan itu. Alat penunjang hidup Renjun dilepas begitu saja. Dengan mudahnya mengangkut tubuh lemas itu pergi dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Fanfic[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...