Berhari-hari telah terlalui dengan sendirinya. Sejauh itu pula tak ada perkembangan yang signifikan dari Renjun. Hanya saja, pagi tadi Renjun sudah bisa dipindahkan ke ruang inap biasa. Namun meski begitu, Renjun sama sekali belum membuka kelopak matanya.Injun memandang wajah sang kembaran lamat. Terduduk termenung di kursi tepat sebelah bangsal Renjun.
"Jaga dia sebaik mungkin. Jangan sampai lolos seperti kembarannya"
"Kita harus berhasil menyuntikannya cairan HG5.0"
Injun menghela nafasnya pelan. Telapak tangannya ia arahkan untuk mengenggam tangan yang lebih tua lembut.
"Renjun, kapan kamu mau jelasin ke aku tentang kejadian malam itu.."
Injun dibuat frustasi akan potongan-potongan memori yang terus menghantuinya akhir-akhir ini. Ia tahu, pasti tragedi yang menimpah mereka bukanlah semata ketidak sengajaan. Dari bagaimana profesor itu mengetahui siapa dirinya, terutama Renjun yang seakan pernah berurusan dengan mereka.
Apakah alasan Renjun sering terlibat perkelahian hingga membuatnya terluka ada kaitannya dengan hal ini? Mungkinkah Renjun yang sering kabur dari rumah tengah malam juga bagian dari hal ini?
Atau.. Profesor itu lah pelaku dari misteri hilangnya Renjun selama dua hari setahun yang lalu?
Injun berdecak frustasi. Terlalu banyak potongan puzzle yang belum berhasil ia temukan. Teori yang berterbangan kesana kemari membuatnya semakin pening akan situasi yang ada.
"Injun?"
Kehadiran mendadak Haechan berhasil membuatnya tersentak.
"Eh, Haechan?"
Haechan berjalan menuju meja di depan sofa, untuk meletakkan beberapa kantung plastik hasil belanjaannya tadi sebelum membesuk Renjun.
"Udah dari kapan disini Jun?" tanya Haechan sembari sibuk menata bawaannya.
"Dari tadi malam hehe"
"Oh nginep yaa, ini gue bawain kue sama beberapa buah nih" ujar Haechan disambut senyuman dari Injun.
"Wah makasih Haechan! Padahal gak usah repot-repot juga gapapa"
"Gak ngerepotin kok santai aja"
Keheningan mulai memenuhi ruangan itu sesaat setelah percakapan singkat itu berakhir. Keduanya merasa begitu canggung karena hubungan mereka belum sedekat itu.
"Tumben kamu nggak bareng Jeno dan Jaemin?" Tanya Injun untuk menghilangkan rasa canggung yang mendominasi.
"Mereka ada urusan jadi nyusul nanti" Haechan tersenyum canggung sembari mencari posisi yang nyaman diatas sofa.
"Ohh.."
Injun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kesunyian dari kecanggungan ini membuatnya teringat akan beban pikiran yang menghantuinya akhir-akhir ini. Haruskah ia menanyakan perihal ini pada Haechan?
"Mmhmm.. Haechan?" tanya Injun menepis keraguannya.
"Ya?"
"Kejadian di malam itu.. Pasti ada hal lain yang kalian sembunyiin kan?"
Haechan meneguk salivanya kasar. Ia mengalihkan netranya pada Renjun yang masih setia menutup kelopak matanya. Menatap Renjun dengan panik seakan meminta pertolongan untuk menjawab pertanyaan Injun.
Haechan terdiam melakukan berbagai perang batin antara jawaban apa yang harus ia lontarkan. Perintah Renjun yang melarang keras mereka untuk tidak mengungkapkan apapun kepada Injun mengenai ini terus menghantuinya. Renjun tak mau membuat Injun dalam bahaya. Tetapi di waktu yang bersamaan, sepertinya ia sudah di titik buntunya. Tak tahu harus beralasan apa lagi karena Injun yang sudah tahu garis besarnya.
"Sebesar apa keinginan lo untuk tahu?" tanya Haechan.
"Besar banget.. Kasih tau aja please.. Berhari-hari aku gak bisa tidur nyenyak karena mikirin ini" lirih Injun dengan tatapan memohonnya.
"Kalau gitu.. Sini gue jelasin singkatnya"
Kedua netra Injun mendadak berbinar. Dengan segera, ia bergegas menghampiri Haechan dan mengambil posisi nyamannya di hadapan Haechan.
"Lu pasti tau kan selama bertahun-tahun, banyak murid yang kena gangguan mental bahkan meninggal karena bunuh diri? Katanya.. Itu semua karena mereka yang gak tahan dengan kurikulum sekolah yang berat. Tapi itu semua omong kosong. Itu hanya sebuah alasan untuk nutupin misteri yang sebenarnya gak pernah berhasil dijelaskan itu"
"Pada kenyataannya murid-murid itu adalah korban human experiment 5.0 Profesor Kang. Profesor yang lo temuin malam itu"
Injun membuka mulutnya lebar terkejut. Menatap Haechan tak percaya.
"Perlu lo ketahui, Renjun hampir menjadi salah satu korban eksperimen itu satu tahun yang lalu. Untungnya, Renjun berhasil kabur dari sana sebelum profesor itu melakukan sesuatu padanya. Sekarang, itu adalah alasan mengapa Renjun berjuang setengah mati untuk memusnahkan mereka semua. Tapi sesuai dengan apa yang lo liat, sekarang dia cuman bisa tidur tanpa bisa ngelakuin apa-apa"
Haechan menatap sendu tubuh lemah itu yang dipenuhi berbagai alat medis. Pikirannya mendadak teringat akan pertama kali ia, Jaemin dan Jeno memutuskan untuk membantu Renjun menghancurkan mereka semua. Semakin ia ingat, semakin tertusuk pula hatinya.
"Terus.. Sekarang gimana?"
"Kuncinya cuman ada di Renjun. Kita gak bisa apa-apa selain nunggu Renjun. Bahkan kemungkinan terburuknya, perjuangan ini harus berhenti sampai disini kalau Renjun gak menunjukan perkembangan-"
"Gak!! Ini semua gak boleh berhenti gitu aja!! Kalian gak boleh nyia-nyiain perjuangan kalian semua termasuk Renjun selama ini!!" ujar Injun memotong pembicaraan Haechan.
"Tapi gimana Jun? Kita kehilangan pemimpin kita"
"Biar aku yang gantiin sosok Renjun!"
Deg
Haechan membulatkan kedua netranya sempurna. Apa telinganya tidak salah dengar?
"Injun ini bahaya! Renjun bahkan ngelarang keras kita untuk kasih tau ini ke lo karena dia khawatir!"
"Aku gak peduli! Biarin aku membalas dendamnya sebagai permintaan maafku untuknya.." Ucapan Injun berhasil membungkam Haechan. Kalimatnya yang begitu percaya diri membuatnya menghela nafasnya pasrah.
"Please help me, aku bisa jaga diri" lanjut Injun memastikan.
"Kalau itu mau lo.. Ya udah sesuka hati lo"
Kedua netra Injun kembali berbinar. Senyumannya yang kembali terukir indah mampu menunjukan betapa senangnya dirinya sekarang.
"Apa yang bisa gue bantu?" tanya Haechan.
Injun nampak berpikir untuk sementara. Menatap Haechan dan Renjun dari kejauhan secara bergantian.
"Bantuin aku berubah sepenuhnya jadi Renjun"
"Apa??"
Haechan dibuat tersentak untuk kedua kalinya. Sosok di hadapannya ini sungguh mempunyai pola pikir yang tak bisa tertebak, pikirnya.
To Be Continued.
Next : 16/04/2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Фанфик[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...