Dirasakannya nyeri yang membabi buta di sekujur tubuhnya. Berlutut pasrah ditengah ruangan sempit nan pengap dengan pencahayaan yang minim."Menjalankan satu tugas saja tidak becus?! Ngapain saja kau selama ini?! Pulang tak pernah membawa hasil apapun!"
Nafas yang semakin tercekat membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
"Tatap muka saya! Dasar binatang!"
Bugh!
Tendangan lainnya berhasil ia terima. Jika saja lengannya tak tertahan dua manusia besar lainnya, mungkin dia sudah terkapar tak berdaya di permukaan lantai. Ia meringis, saat dirasakannya rahang yang penuh dengan lebam dicengkram hebat oleh sosok dihadapannya.
"Sekali lagi kau kembali tanpa membawanya, nyawa kawanmu dan keluargamu dipastikan melayang"
Wajahnya dihempaskan asal, membuatnya oleng hingga terjatuh. Satu-persatu dari mereka mulai meninggalkan ruangan. Menyisakan dirinya yang terbaring menatap atap ruangan kosong, tak berdaya.
"Tanpa kau menyuruhku membawanya juga dia akan datang dengan sendirinya.." bisiknya sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.
Aktivitas di dalam basecamp sederhana mereka masih sama sibuknya dengan hari sebelumnya. Setelah sempat mengalami suatu keributan, semuanya telah kembali normal. Kini, mereka tengah fokus pada tugas masing-masing kecuali satu sosok lainnya yang tak hadir diantaranya.
"Hari ini Jeno gak masuk?" tanya Haechan kepada Jaemin, selaku teman kelasnya.
"Nggak.. Katanya sakit"
Mendengar kata sakit, Injun sontak menoleh. Menghentikan kegiatannya yang tengah sibuk menggali informasi-informasi.
"Sakit apa? Tiba-tiba? Kemarin bukannya gak kenapa-napa?" tanyanya heran.
"Dia gak kasih tau.. Pulang sekolah nanti gue mau jenguk, kalian ikut?"
"Kebetulan gak ada jadwal les, gue ikut deh. Lo gimana Jun?"
"Ikut"
"Diizinin orangtua lo?" tanya Jaemin lagi, memastikan. Mengingat orangtua anak itu sangatlah protektif.
"Izin gak diizinin harus bisa jenguk" ujar Injun, terselip rasa khawatir mendengar kabar Jeno yang mendadak jatuh sakit.
"Okey.. Anyways, Pencarian lo tentang Profesor Kang udah sampai mana?" Jaemin mengalihkan genggaman tangannya yang semula melekat pada setumpuk kertas menjadi segelas teh untuk memenuhi asupan gulanya.
"Di dunia pendidikan, nampaknya dia pintar. Lulus dari jenjang seniornya dengan nilai sempurna, memenangkan banyak olimpiade, sampai meraih gelar tinggi di Universitas Harvard. Menurut beberapa artikel, dia adalah salah satu manusia terpintar di Korea Selatan" jawab Injun, mengutarakan segala informasi yang ia dapatkan selama pencariannya tadi.
"Tambahan, berdasarkan data kepolisian yang berhasil gua retas, dia benar-benar bersih dari tindakan kriminal" ujar Haechan menimbrung. Di balik monitor yang menghalangi wajahnya, menyisakan sepucuk rambut diatas kepalanya dari balik komputer.
"Sial, licik sekali. Mempergunakan otak cerdasnya untuk hal yang jauh dari kata baik. Bagaimana bisa segala kriminalitas yang ia lakukan tak sedikitpun tembus ke pihak aparat kepolisian?"
"Ya.. Itulah salah satu alasan kenapa Mark hyung dan kawan-kawannya gagal kala itu. Padahal, mereka udah lapor ke pihak kepolisian sebagai pendukung. Tapi hasilnya nihil, semua fakta itu dengan mudah diputar balikan olehnya, membuatnya terbebas dari jerat hukum" timpal Injun, sekiranya dapat menjawab rasa penasaran Jaemin terhadap sosok itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Fiksi Penggemar[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...