12 | 𝙱𝚕𝚘𝚘𝚍𝚕𝚎𝚜𝚜 𝙿𝚊𝚒𝚗

1.6K 345 12
                                    


Tidur nyenyak Injun terpaksa terusik oleh suara lantang dari ponselnya sendiri. Nada dering telepon yang berbunyi keras membuatnya terpaksa membuka netranya yang masih terasa begitu berat. Dirabanya nakas pada samping ranjangnya untuk meraih benda itu. Dengan mata yang masih terpejam, ia mengangkat telepon itu tanpa mengetahui siapa yang telah menghubunginya.

"Halo?" Suara serak nan rendahnya masih begitu mendominasi, layaknya seseorang yang baru saja bangun dari tidur pada umumnya.

"Jun, lima persen lagi gue berhasil retas keamanan mereka. Lo cepet ke basecamp"

Kedua kelopak matanya seketika terbuka lebar. Kemalasan yang sempat membabi buta mendadak hilang bagaikan angin yang berlalu.

"Hah serius?" tanyanya memastikan.

"Ya serius, buru kesini sebelum bel bunyi"

Injun dengan cepat menoleh kearah jam dinding di sebelah kirinya seiringan dengan sambungan telepon yang terputus. Jarum yang baru menunjukan angka 8 membuatnya sedikit menyerngit heran.

"Masih ada 2 jam lagi sebelum bel, Haechan kenapa udah ada di sekolah?"

Mengabaikan rasa penasarannya, dengan cepat ia bangkit dari posisi nyamannya. Membasuh diri memperindah penampilannya di dalam kamar mandi. Tak banyak yang harus ia lakukan, menjadi sosok Renjun benar-benar mempermudah hidupnya. Ia tak perlu dengan telaten mengancing seluruh kemejanya, tak perlu memasukan kemejanya ke dalam celana, hingga blazernya yang cukup ia gantungkan di pundak kanannya. Tak sampai 10 menit kian dirinya sudah siap untuk berangkat sekolah.

Ia menuruni anak-anak tangga dengan cepat, melompati dua darinya sekaligus. Hingga tak terasa telapak kakinya telah menyentuh lantai dasar.

"Injun kok buru-buru?"

"HOLY SH-" Umpat Injun tersentak, bersamaan dengan telapak tangannya yang membekap mulutnya sendiri. Jantungnya terasa hampir saja lepas. Bagaimana tidak? Penampakan sang ibu yang mendadak muncul berhasil membuatnya hampir saja berkata kasar. Ia baru saja melupakan fakta bahwa semalam dirinya pulang ke rumah karena kedua orang tuanya telah pulang dari Kanada.

"Heh? Kok ngomongnya kasar?"

Pertanyaan Wendy sukses membuat Injun kelabakan. Jujur saja, peran Renjun yang tengah ia jalankan benar-benar mulai menguasai dirinya.

"N-nggak? Siapa yang ngomong kasar? Itu maksudnya holy.... Shiapa tuh!" Injun tertawa kikuk mencoba membohongi sang ibu.

Tapi nampaknya pengakuan Injun tak berhasil merenggut kepercayaan Wendy. Dapat dilihat dari bagaimana Wendy kini menatap putra bungsunya dari atas hingga bawah penuh selidik.

"Baju kamu.. Berantakan?"

Untuk kali keduanya, Injun kembali panik dengan pertanyaan Wendy.

"Eh? Hehe ini buru-buru makanya gak sempet rapihin. Ini mau Injun rapihin kok!"

Dengan cepat, Injun mengancing sisa-sisa kancing yang terbuka, kemudian mengeratkan dasinya dengan rapih hingga tiba di langkah terakhir memakai blazer.

"Aduh.. Anak eomma mau ngapain sih buru-buru gini"

Wendy sedikit menepuk blazer yang Injun gunakan, guna merapihkan beberapa bagian yang masih terlihat tak teratur.

Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang