"Maaf tadi gue pinjem sebentar"deg
Dengan cepat Injun menoleh pada sisi kanannya. Mengarah pada sumber suara.
"Renjun???"
Injun berhambur ke pelukan sang kakak kembaran, sosok yang sangat amat ia rindukan. Dipeluknya erat tubuh Renjun penuh haru. Tak bisa lagi di deskripsikan betapa rindunya ia dengan sosok itu.
"Hey? Jangan nangis dong.." Ujar Renjun, merasakan pundak kanan tempat sang adik menumpukan wajahnya terasa membasah.
Renjun meregangkan pelukan itu. Menatap wajah Injun dengan senyuman tulusnya yang terukir.
"Hyung bangga sama kamu"
Buliran kristal itu kembali mencair dari balik kelopak mata Injun. Terharu akan sebutan "Hyung" yang keluar dari bibirnya. Panggilan itu sudah lama tak ia dengar. Semenjak keduanya menginjakkan kaki di jenjang SMP, panggilan itu perlahan terdengar asing karena tak lagi dipakai.
"Maaf.. Udah gagal jadi sosok kakak buat lo.. Ngebiarin lo berjuang sendirian sementara kakaknya cuma bisa tidur"
Injun menggeleng tak setuju dengan tuturan Renjun. Menatap Renjun dengan air mata yang setia membasahi wajahnya.
"Walaupun kamu gak hadir secara fisik, tapi kamu selalu ada disini. Nemenin aku kemanapun dan kapanpun," Injun menarik telapak tangan Renjun untuk menyentuh dadanya.
"Itulah alasan kenapa aku masih bertahan disini, karena kamu, Ren." lanjutnya.
Senyuman Renjun semakin membentang. Kemudian mengarahkan ibu jarinya untuk menghapus jejak air mata dari pipi sang adik.
"Sekarang pulang ya? Gua udah selesai pinjam tubuh lo. Sekarang waktunya lo kembali jadi diri lo sendiri. Tuntasin apa yang mau lo tuntasin,"
"P-pulang?"
Renjun pun mengangguk sebagai bentuk jawabannya.
"Kok aku doang? Rumah kita kan sama! Kamu juga harus pulang, semuanya rindu sama kamu, eomma, appa, Haechan, Jeno, Jaem-"
"Tapi ini udah jadi rumah baru gua, Jun.."
Belaian halus di pipinya mulai memasuki indera perasanya. Perlahan ia membuka kedua netranya, menyambut cahaya terang dari lampu diatasnya.
"Jun? Injun?"
Haechan mengulas senyumannya. Menghela nafas lega karena akhirnya sosok yang sedari tadi ia pangku pun tersadar.
"Lo gapapa? Ada yang sakit? Pusing?" tanya Jaemin yang langsung merangkak menghampiri Injun penuh khawatir.
Injun tak menjawab apapun, pendengarannya terasa masih terpendam. Dirinya masih sibuk mengumpulkan nyawanya yang seakan baru saja kembali dari suatu tempat. Mengedarkan pandangannya pada setiap penjuru ruangan sederhana itu dengan tatapan yang kosong. Tak memperdulikan hal yang seharusnya ia permasalahkan.
Rantai sudah menghiasi kaki mereka masing-masing. Diikat satu persatu bagaikan binatang. Beruntung ruangan itu tidaklah besar, membuat mereka masih dapat menghampiri satu sama lain. Terutama Haechan yang masih dapat memangku Injun yang tak sadarkan diri.
"Kalau masih lemes jangan dipaksa, Jun"
Suara bariton Jeno akhirnya sukses membangunkan pendengarannya. Membuat kesadaran Injun kembali sepenuhnya. Injun mengalihkan tatapan yang semula kosong menjadi nyata kepada tiga insan yang sudah mengelilinginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Fanfic[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...