17 | 𝚂𝚊𝚌𝚛𝚒𝚏𝚒𝚌𝚎

1.3K 289 2
                                    


Mark kehilangan kesadarannya, membuatnya tumbang diantara Hendery dan Lucas. Beruntung ruang kesehatan terletak tak jauh dari mereka. Mempermudah mereka untuk membawa Mark kesana.

Sesampainya pada ruangan tersebut, Hendery juga Lucas membaringkan Mark diatas kasur yang tersedia disana. Semua menatap khawatir sosok tersebut, termasuk Injun, Haechan, Jeno dan Jaemin yang sempat murka terhadapnya. Terlebih mereka baru mengetahui adanya kesalah pahaman diantara mereka, meskipun belum terlalu jelas seperti apa yang dimaksud.

Lucas menghela nafasnya. Kemudian menatap sederet anak yang lebih muda darinya, memandangi Mark dengan ekspresi yang menyesal.

"Lain kali jangan gegabah ya anak-anakku sekalian,"

Haechan menyerngit tak suka dengan panggilan lelaki tinggi di hadapannya kepadanya.

"Lo baru keluar dari rahim langsung bikin anak?"

Tuturan Haechan membuat Lucas tersenyum kikuk, diikuti Hendery dan Xiaojun. Injun menyenggol lengan Haechan yang berdiri tepat disisinya. Bermaksud untuk mengatakan bukan waktunya untuk bercanda.

"Dia duluan ish Jun!"

"Hushh"

"Apa?!"

"Udah udah, kok jadi ribut?"

Injun dan Haechan seketika dibuat terdiam. Menghentikan acara misuh-memisuhnya karena Hendery yang menengahi keduanya.

"Kalian gak penasaran sama maksud dari ucapan Xiaojun tadi?"

Keempatnya memandang Hendery untuk sesaat.

"Ya penasaran," ujar Injun kemudian.

Hendery tersenyum, kemudian melangkahkan tungkainya menuju sofa yang ada di dalam ruangan tersebut.

"Sini, gue kasih tau"

Satu persatu dari mereka pun menuruti Hendery dan segera duduk di sofa membentuk lingkaran, termasuk Lucas dan Xiaojun.

"Di hari kita kalah, nyawa kita semua terancam. Kita semua udah diseret masuk ke ruangan yang kalian pertanyakan beberapa hari yang lalu. Itu adalah ruangan siksa mati. Siapapun yang sudah menginjakkan kakinya disana, akan keluar dengan nyawa yang sudah tiada."

Tersirat ketakutan di bola mata mereka. Mendengarnya penuh gugup serta bulu kuduk yang mulai menaik.

"Dan disitu, Mark datang menjadi pahlawan kita. Membuat perjanjian dengan Profesor Kang demi membebaskan kita semua dari sana. Syaratnya antara lain, Mark harus menjadi tangan kanan Profesor Kang. Diperlakukan tidak baik bila melanggar, harus menurut, hidupnya terus diancam layaknya boneka. Kita gak bisa apa-apa selain nutup mulut, sedikitpun kata yang keluar dari bibir kita tentang mereka di publik, gantian nyawa Mark yang akan menjadi taruhannya,"

Keempatnya menunduk sendu. Entah sedih karena perjuangan Mark atau merasa bersalah karena penyesalan mereka yang begitu besar yang telah menuduh yang tidak-tidak terhadapnya.

"Mark tahu, resikonya begitu besar. Sebesar-besarnya resiko yang akan Mark tanggung, dia tetap membantu kalian dalam diam. Apa kalian sadar?"

"Maksudnya..?" Tanya Jaemin kemudian.

"Inget hari dimana Renjun dikeroyok suruhan Profesor Kang? Mark lah yang menjadi sosok misterius itu agar Jeno dapat mengetahui keberadaan Renjun saat itu untuk segera menolongnya, pada saat Injun hampir dibawa ke laboratorium untuk kali keduanya Mark juga yang rela mengkhianati Profesor Kang untuk melawan suruhannya
lagi, denah yang kalian punya sekarang, sampai bagaimana Mark terus mengingatkan kalian untuk waspada, semuanya sudah dia lakukan. Sampai pernah sebagian dari itu terungkap membuatnya dihajar habis-habisan oleh Profesor Kang,"

Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang