"Gue"Sahut Renjun membuat udara di ruangan tersebut mendadak dingin.
"Ralat, belum tapi hampir.
Bener kata Haechan. Targetnya adalah anak yang terlalu kalut dengan masalah masing-masing, mereka tahu kondisi ini akan membuat siapapun gak berfikir panjang untuk memutuskan suatu hal. Yang pada kenyataannya mereka berhasil ditipu untuk dijadiin bahan eksperimen" lanjut Renjun dengan tatapan yang terpaku pada setumpuk berkas dihadapannya.
Pengakuannya kembali membuat dirinya teringat akan kejadian dimana ia berhasil meloloskan diri dari laboratorium sialan itu. Merutuki dirinya sendiri yang termakan omongan para manusia biadab tersebut.
Ruangan itu dibiarkan hening. Mempersilahkan mereka bergelut pada pemikiran masing-masing.
"Lo.. Masih inget kejadian tahun lalu?" tanya Jaemin waspada.
Renjun tersenyum miring, terkekeh remeh seakan tengah menertawai kebodohannya sendiri.
"Ingat lah. Mulai dari gimana dia mempengaruhi gue, ngebawa gue ke dalam laboratoriumnya yang dipenuhi mesin-mesin serta cairan asing, banyak manusia lain yang terjebak di dalam sana udah gak dalam keadaan sehat, bahkan wajah profesornya masih gue ingat" ujarnya mengundang helaan nafas dari orang disekitarnya.
"Tapi sialnya, ingatan itu gak guna. Mereka hilang gak ninggalin sedikitpun jejak saat tau gue satu-satunya orang yang berhasil kabur dari sana. Bisanya nyerang gue dari belakang karena menganggap gue adalah ancaman bagi mereka. Beruntungnya gue selalu berhasil menghindar, kalau nggak, gue gak tau nasib gue gimana"
Renjun mengusap pipi kanannya. Meraba bekas lebam yang timbul akibat serangan yang ia dapati pagi tadi. Siapa lagi jikalau pelakunya bukan bagian dari komunitas mereka. Jika saja Jeno tidak datang tepat waktu, sudah dipastikan dirinya terkapar tak berdaya.
"Ah.. Lo kenapa bisa tau keberadaan gue? Secara, lokasi gue ada di gang sempit dan sepi" tanya Renjun kepada pemuda bermarga Lee itu.
"Gue gak tau ini kebetulan apa nggak, tiba-tiba ada orang misterius yang nyuruh gue ngikutin dia. Pas sampai diujung gang tiba-tiba dia ngilang dan disitu gue nemuin lo dikeroyok"
Suara notifikasi ponsel Renjun yang mendadak berbunyi sukses membuat perhatiannya teralihkan. Ia membelalakan kedua netranya sesaat ia mendapati belasan panggilan yang tak terjawab dari sang ayah, juga beberapa panggilan serta pesan tak terjawab dari kembarannya.
"Shit! Gue lupa anter Injun pulang!" ujarnya bangkit merampas tas ranselnya.
"Lanjut lain hari, gue cabut" lanjutnya sebelum menghilang dari balik pintu ruangan tersebut.
"Hm.." gumam Jaemin, disertai tatapan iba ketiganya. Paham akan apa yang akan menimpah sahabatnya mendatang.
Renjun berjalan tergesa-gesa sembari sesekali menatap jam pintar di pergelangan tangannya yang sudah menunjuk ke angka tujuh. Sudah tiga jam lamanya semenjak bel pulang sekolah berbunyi. Yang artinya sudah selama itu pula kembarannya menunggunya. Bahkan kini matahari sudah kembali terbenam, mengubah langit yang semula cerah menjadi gelap.
Tangannya dengan cepat berkutat diatas ponselnya. Diiringi derapan langkahnya yang tergesa. Ia berdecak saat mendapati ponsel Injun tak dapat dihubungi. Ia menduga ponsel kembarannya sudah kehabisan baterai. Dengan gesit, ia menelusuri seluruh sisi sekolah. Kepalanya tak ada hentinya menoleh ke kiri dan kanan mencari sosok tersebut.
"Renjun!"
Suara familiar yang terdengar membuatnya menghentikan langkahnya mendadak. Menoleh ke sumber suara untuk mendapati Injun yang melambai ke arahnya dengan manis dari atas kursi panjang yang ia duduki di lobi. Tanpa berfikir panjang, dengan segera ia pun menghampirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/262636760-288-k146487.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYV
Fanfiction[END] Meski si kembar Huang Renjun dan Huang Injun telah bersama sedari di dalam rahim sang ibu, tidak menutup kemungkinan keduanya mempunyai kepribadian yg bertolak belakang. Renjun yang dingin dan cuek, sedangkan Injun yang ceria dan manis. Namun...