24 | 𝙷𝚎 𝚁𝚎𝚝𝚞𝚛𝚗𝚎𝚍

1.5K 342 39
                                    

Long Chapter!

Hantaman pintu pada dinding memantul keras di dalam ruangan tersebut. Bentrokan antara batu dan besi sukses menimbulkan suara nyaring yang mengudara. Peristiwa tersebut tentunya merenggut seluruh atensi yang ada.

"Wow, tepat waktu.. Haha"

Dilihatnya sosok yang berdiri tepat di depan ruangan. Cahaya yang bersinar dari lampu dibaliknya membuatnya tak dapat terlihat dengan jelas. Siluet tubuhnya menunjukan bahwa sosok itu adalah laki-laki.

Injun mengerutkan alisnya untuk memperjelas pandangannya pada sosok tersebut. Tak dapat dipungkiri bahwa perawakannya terasa begitu familiar baginya.

"SIAPA YANG BERANI-BERANINYA MENGGANGGU SAYA?!"

"Gua. Kenapa? Gak suka?"

Langkah kaki perlahan menggema dalam ruangan terbuka yang membuatnya menyatu dengan koridor. Sosok itu berjalan menghampiri dengan kedua tangan berada di kedua sisi sakunya. Wajah yang semula tertutup, perlahan menampakkan wujud aslinya.

"R-Renjun..."

Tetesan air mata pun lolos tanpa adanya hambatan dari kedua kelopak mata sang adik. Injun memandang tak percaya akan apa yang kian dirinya lihat. Apakah ini sungguh nyata? Tidak mungkin ia berhalusinasi, kan? Sosok yang selama ini ia rindukan, sosok yang selama ini ia nanti akhirnya kembali dengan keadaan bugar.

Profesor Kang menjatuhkan suntikan yang sedari tadi ia genggam. Membiarkan benda panjang itu terjatuh menghantam permukaan lantai dengan ciptran cairan yang terlempar bebas. Rahangnya jatuh terbuka dengan kedua pupil yang membola sempurna. Sosok yang beberapa saat yang lalu terbaring tak berdaya kian berdiri kokoh tepat di hadapannya.

Sosok yang sukses memberikan sensasi serangan jantung itu menyunggingkan senyumannya. Ia melangkahkan tungkainya, mengabaikan sejumlah penjaga yang juga mendadak membeku. Profesor Kang melangkah mundur saat dirasanya Renjun berjalan kearahnya.

deg

Tatapan mematikan Renjun lontarkan pada kedua iris Profesor Kang. Menampakkan senyum miringnya dengan kedua bola matanya menelisik dalam milik lawan tatapnya. Namun nyatanya, Renjun memilih untuk menjatuhkan tubuhnya berlutut tepat depan sang adik. Kemudian membuka satu-persatu ikatan yang menahan Injun.

Dilihatnya sepasang bola mata yang tergenang air mata dengan wajah yang dipenuhi jejak basah. Renjun mengangkat lengannya, mengarahkan ibu jarinya pada pipi Injun. Senyumanya mengembang, tulus nan sejuk dipandang.

"Lo gapapa?" tanyanya.

Tak menjawab, Injun segera berhambur memeluk Renjun. Mendekapnya erat, takut sosok itu pergi meninggalkannya untuk kali keduanya.

"Jangan pergi, lagi"

Senggukan tangis kian membesar. Renjun mengelus pelan pundak lemah itu sekedar menenangkan sang adik.

Haechan, Jeno serta Jaemin turut tersenyum dari kursi masing-masing. Hati mereka terasa menghangat seiringan dengan adegan haru di depan mereka. Entah apa yang terjadi pada Renjun, yang terpenting kedua saudara kembar itu telah kembali bersatu.

"I won't.. (tak akan)"

Bagaikan matahari di malam hari, dunia terasa kembali berwarna. Setelah seluruh pengorbanan itu, semuanya terasa telah terbalaskan. Seluruh rasa rindu, seluruh kesakitan yang ada seakan telah terobati.

Namun, Renjun tahu, Injun tahu bahkan Haechan, Jeno dan Jaemin pun tahu bahwa ini belum akhir dari segalanya. Masih tersisa satu sosok yang menjadi musuh utama kelimanya. Sosok itu masih larut dalam ketidak percayaannya. Mencoba mencerna segalas situasi yang terjadi secara tidak masuk akal.

Cryptophasia || Huang Renjun ft NCT WAYVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang