Untukmu masalaluku.
Adakah detikmu yang bisa kupinjam
Agar kita bisa bernostalgia akan apa yang pernah kita rasakan dulu?
Jujur saja sekian lama kita berpisah
tak ku pungkiri sebagian dari diriku masih sering merindu akan dirimu.Cold Girl
Alari melamun menatap langit langit kamarnya, masih memikirkan apakah keputusan yang akan dia ambil ada di jalan yang benar atau tidak. Lama memikirkan itu tak sadar ia pun terlelap dalam tidurnya.
Suara ketukan dipintu membangunkan Alari disusul dengan suara Mama tirinya itu
"Nak, ayoo siap siap sebentar lagi kita akan berangkat" kata indri dibalik pintu
"Iya" jawab alari singkat
Alari melihat jam ternyata jam sudah menunjukan pukul setengah 7 malam, segera saja Alari bangkit dari kasur dan langsung menuju kamar mandi.
Alari mematut dirinya didepan cermin, mengenakan dress formal dengan sedikit riasan diwajah membuatnya terlihat semakin cantik.
Alari turun kebawah dan melihat Ayah, ibu, dan saudara tirinya sedang menunggunya diruang keluarga."Baiklah, karna semua sudah siap ayoo kita berangkat. Papa sudah reserve tempat di restaurant favorite Alari" kata Bram memecah keheningan
Dari sini Alari paham jika memang acara ini sengaja dibuat untuk dirinya. Untuk meluluhkan hatinya yang beku.
Alari hanya mengekor mengikuti mereka menuju mobil pribadi keluarganya dan segera berangkat ke restaurant tersebut.
Disepanjang jalan Ririn banyak menceritakan tentang sekolahnya, Alari hanya diam memandangi jalanan karena enggan mendengarkan ocehan saudara tirinya itu. Sesekali dirinya ditanyai oleh saudaranya itu dan hanya dijawab dengan deheman atau anggukan saja.
***
Butuh waktu 25 menit untuk sampai di restaurant tersebut.
Saat tiba, langsung saja mereka pergi menuju meja yang sudah dipesan sebelumnya.
Satu pelayan yang ditugaskan untuk melayani mereka segera mencatat semua pesanan yang mereka inginkan."Alari, Ayah rasa kamu tahu benar maksud papa mengumpulkan kalian disini, papa hanya ingin kita semua bersatu" kata Bram memulai percakan
"Iya nak, Mama berharap kamu bisa menerima keberadaan Mama dan Ririn. Mama sama sekali tidak berniat merebut apapun dan siapapun, jadi tolong sedikit saja rubah pandangan kamu tentang kami" kata Indri mencoba menjelaskan
Saat suasana mulai tegang, beberapa pelayan pun datang membawa pesanan mereka. Alari mengurungkan niatnya untuk mengatakan sesuatu
Merekapun makan dengan hening, tetapi tidak ada yang tau jika Alari makan dengan pikiran yang berkecamuk.
Tepat saat semuanya sudah selesai dengan makanannya, mereka semua kembali bercerita dan bersenda gurau, Alari berdehem untuk memulai percakapannya.
Semua keluarganya sudah memandang Alari dan menunggu Ia cerita.
"Pa, Alari ingin pindah ke Apartemen" kata Alari dengan satu tarikan nafas
"Alari, apa yang baru saja kamu katakan? Kamu ingin pindah, kenapa?" Tanya Indri bergetar tidak percaya dengan apa yang baru saja dikatakan anaknya tersebut
Tidak jauh beda dengan Indri, disampingnya pun Bram dan Ririn menatap Alari dengan tatapan meminta penjelasan.
"Al hanya ingin hidup mandiri, Al juga butuh waktu untuk menerima semuanya" kilah Alari
"Ayah. Bukankah Ayah bilang akan nurutin permintaan aku? Tolong ijinin Alari tinggal di Apartemen dengan itu mungkin Alari bisa belajar untuk menerima keadaan." Papar Alari tetap kekeh ingin tinggal di Apartemen.
Bram menghela nafas kasar, dia sadar bahwa permintaan Alari ini salah.
"Nak, menjauh bukan cara yang tepat untuk membuat keadaannya membaik. Jika kamu terus menerus membangun benteng sama saja kamu mempersulit semuanya. Pikirkan lagi keputusanmu Alari, jangan sampai kamu memilih pilihan yang salah" kata Bram berusaha bersikap tenang, dia tak habis pikir dengan keputusan anaknya itu.
Alari terdiam dengan kata kata Ayahnya. Ya, dirinya lah yang selama ini membangun benteng tak kasat mata dan tidak ada satupun yang bisa menghancurkannya, Alari sendiri yang enggan membuka diri pada keluarganya. Jika diingat ingat memang Tante Indri tidak pernah sekalipun bersikap buruk padanya, malah dirinya sendiri yang sering menyakiti hati perempuan itu.
Dilihatnya satu persatu wajah Ayah, Tante Indri dan saudarinya Ririn. Dan entah kenapa merasa sedikit bersalah karna melihat wajah mereka murung setelah mendengan keputusannya
Tidak ada yang selesai, semuanya bungkam. Pun sampai di kediaman mereka semua pergi ke kamar masing masing dengan pikiran yang tak tentu.
Alari Pov.
Semuanya terlalu rumit buat gue, kenyataannya nerima orang baru dikehidupan gue gak segampang yang Ayah pikir, semuanya terlalu tiba tiba dan gue gak siap untuk itu.
"Huuhhhhhh. Ma, kuatin Alari yaa ma. Bantu Aku biar bisa nerima ini semua dengan ikhlas, Aku bakalan coba nerima semuanya, dan meraih kebahagiannku seperti dulu" ucap gue sambil elus foto Mama
Tanpa sadar air mata gue turun, gue gak ngerti tapi yang jelas ada sebagian hati gue yang menghangat bahagia dan ada sedikit ruang di hati gue yang masih terbayang masa lalu, hari ini gue sadar memendam semuanya sendiri bukan lah hal yang mudah, tapi gue yakin sedikit perubahan gue akan membuat orang disekitar gue bahagia.
Gue senyum dan mengusap air mata gue, menaruh foto Mama ditempat semula dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah selsai dengan ritual mandi, gue duduk didepan cermin sambil senyum senyum gak jelas
-ide Author emang nyeleneh:)Gue menyemangati diri sendiri dan segera tidur untuk menyambut hari esok, hari paling bersejarah dalam hidup gue.
Nahh Alari udah dapet cahaya Ilahi ni guys, Next partnya pasti bakal makin seru.
Oiyaa udah pada baca Part 20 belum?
jangan lupa bantu koreksi kalau ada typo ya,
Seperti biasa ditunggu vote dan komen buat nagih Part selanjutnya....
See yaaaSalam,
Mainsterius❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
-Cold Girl-
Teen FictionAlari Feronica Siapa sangka gadis cantik dan pintar itu adalah gadis cuek, dingin dan tak tersentuh. Semua keceriaannya seakan telah direnggut oleh sebuah kejadian buruk di masa lalu. Arjuna Laurent sosok laki laki Tampan dengan sejuta keceriaan da...