12. First Date

121 13 0
                                    

Levi mengantar pulang Armin, Mikasa dan terakhir Eren. Hanya tersisa keheningan di dalam mobil. Sebenarnya Eren sendiri ingin sedikit berbincang dengan Levi, namun sikap Levi yang benar-benar dingin membuat nyalinya ciut. Terlebih Levi mungkin sedikit jengkel mengingat masalalu Eren saat dirinya benar-benar melakukan genosida yang hampir membuat Levi dan pasukan aliansi mati di kerangka founding Titan milik Eren.

Matanya terfokus menuju jalanan, tangan Eren mendekap erat sabuk pengaman. Ia menatap sisi kaca mobil dengan perasaan yang sedikit berkecamuk. Levi yang mulai menyadari sikap akward Eren menoleh ke samping sebentar. Lalu menepikan mobilnya ke trotoar jalan.

"Oi Brat." Levi mematikan mesin lalu menatapnya sinis.

Eren menoleh dengan perasaan gugup. "He-heicho..."

"Kenapa kau diam saja? Apa kau takut padaku?" Tanya Levi.

"Tidak heicho... Aku hanya sedikit gugup... Maafkan aku..." Tatapannya sayu.

Eren menghembuskan nafasnya kasar.

"Heicho... Aku merasa bersalah padamu. Aku bersumpah jika aku bertemu di kehidupan baru, aku ingin meminta maaf padamu... Keputusan bodohku melukai bahkan membunuh semua rekan dan sahabatku demi kebebasan... Maafkan aku... Heicho..." Ucap Eren pelan. Wajahnya menyiratkan rasa duka dan rasa bersalah yang begitu dalam. Ia pikir, ingatan ini benar-benar menjadi hukuman untuknya.

Ia bertutur jika tindakan dan opsi yang ia pilih berdasarkan apa yang ia lihat di masa depan. Ia hanya ingin menyelamatkan Armin dan Mikasa. Terutama penduduk Paradis saat Marley dan dunia sudah menyatakan deklarasi perang. Levi menatapnya intens, mendengarkan setiap cerita yang Eren katakan. Sesekali Levi menepuk bahu Eren, ia mengerti bagaimana sulitnya pilihan yang harus dia hadapi saat itu.

"Maaf sudah memisahkanmu dengan Erwin dancho... Aku bahkan mencoba melawan saat heicho akan memberikan injeksi serum itu kepada sir Erwin..." Bulir hangatnya mengalir melintasi pipi.

"Tch! Cengeng sekali, Brat!" Levi menghapus air mata Eren dengan tissue.

"Kau pikir aku akan marah? Aku hanya sedikit jengkel padamu. Sudah begitu banyak, bahkan berkali-kali aku menyelamatkanmu. Aku hanya jenuh kehilangan orang-orang terdekatku. Emosimu memang tidak bisa kau kendalikan sesekali. Tapi, aku mengerti bagaimana posisimu saat ingin melindungi tanah ini dari manusia iblis sesungguhnya." Tutur Levi mendekap tubuh Eren.

Eren yang baru saja menerima pelukan itu merasa terkejut sekaligus tertekan. "He-heicho?"

Levi melepaskan pelukannya lalu membuang pandangannya ke arah lain.

"Nanda? Kau tidak suka? Ah aku benci mengatakan ini. Selama hidupku, aku ingin sesekali memelukmu."

Anak itu terkejut, kopral yang selama ini memimpin squadnya adalah orang yang memiliki empati baik. Terlebih ia sendiri adalah orang yang sedikit mengerti soal perasaannya, meski baru kali ini ia menyadarinya.

Eren kembali memeluknya erat.

"Yes Daddy! Kau seperti ayah kedua bagiku di saat aku benar-benar kehilangan keluargaku dahulu... Arigatou... Heicho..." Eren membenamkan wajahnya di pundak Levi.

Levi terdiam sejenak menatapnya begitu. Ia tersenyum singkat lalu mengusap rambut bocah itu.

"Sudahlah, ini memalukan Brat! Kau sudah bukan anak-anak lagi, Tch!" Desisnya pelan lalu mendorong sedikit tubuh Eren.

✨✨✨✨✨

Pukul 3 sore, Levi harus benar-benar bersiap untuk kencan pertamannya. Lorong apartemen cukup sepi sore ini. Orang-orang belum sepenuhnya pulang dari kantor meski ini adalah minggu terakhir libur musim panas. Tangannya menarik gagang pintu apartemen, meletakkan jas hitamnya diatas gantungan lalu melangkah menuju ruang tamu.

SNK : New Life AfterwardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang