Sepanjang jalan, Levi hanya terdiam merutuki isi kepalanya. Bagaimana bisa Erwin mengalah kepada Nile? Kisah cintanya tak harus berakhir sampai sini. Meski disisi lain, Levi setuju dengan pemahaman Erwin. Semua pasti akan kembali, takdir tak dapat dipatahkan.
"Mr. Levi!"
Nanar matanya dalih mencari sumber suara itu untuk kemudian berhenti di tepi trotoar. "Oi! Petra, berbahaya berkendara di jalur jalan raya!" Gertak Levi. Gadis itu mengkayuh sepedanya lebih cepat untuk menemui Levi di depannya.
"Ahaa! Gomen, Levi-san! Aku mendapatkan beberapa pesan dari Isabel. Anda mengabaikan telpon dari staff admin, ini sangat penting! Hufttt...!" Dia membungkuk untuk meredakan nafasnya.
Levi memberikan sapu tangan miliknya, melihat gadis itu berkeringat demi mengejarnya membuat dia sedikit bersimpati. "Pakai ini, bocah! Sudah ku bilang aku akan menemui Hange di Distrik Stohess. Kenapa kau begitu memaksa?!"
Petra beranjak lalu memberikan sebuah undangan perjamuan makan malam. Levi mengamati setiap bait kata yang tertulis disana. "Perjamuan makan malam dari Marie? Dengan siapa?" Levi Mengerinyitkan dahi saat melihat nama Marie tertera di dalamnya.
"Beliau bilang dengan Mr. Smith? Ini perjamuan privat."
"Tunggu, apa?!"
Levi masih tak percaya dengan apa yang barusan Petra sampaikan, yang hanya ada dibenaknya adalah bagaimana bisa Marie melangsungkan perjamuan privat dengan Erwin di saat pernikahannya hanya tinggal menghitung hari.
"Gadis sialan!" Dengusnya lalu merogoh saku celananya. Dia menekan beberapa nomor telepon dalam benda persegi miliknya.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Hari ini kelas mengadakan ujian harian. Semua kembali tertib setelah aku memberikan beberapa lembar soal kepada anak muridku. Cuaca sedikit panas siang ini. Meski begitu, ini bukan waktu yang pas untuk mengeluh perihal cuaca.Telpon beberapa kali bergetar memanggilku. Aku sempat mengabaikannya sejenak.
"Levi? Ada apa dia meneleponku? Ada hal penting kah?" Ucapku mengambil benda persegi itu lalu mengetikkan beberapa pesan teks untuk Levi.
"Uhm permisi sir, ini soal ujiannya, aku dan Mikasa selesai mengerjakan soal-soal." Armin membuatku menoleh saat dia berdiri di depan mejaku.
"Ah baiklah, silahkan simpan kertas jawabannya di dekat sini." Ujarku menunjuk ke tepian meja.
Setelah beberapa menit pesan terkirim, Levi tak kunjung membalas pesan. Aku memang harus segera menelponnya kembali setelah jam makan siang.
Semua murid-muridku selesai mengerjakan soal sejarah yang di ujiankan, mereka berbaris dengan tertib untuk pengumpulan kertas soal dan jawaban mereka. Aku dalih keluar kelas untuk menemui Mike lalu mengajaknya pergi makan siang.
"OI ERWIN!"
Suara itu sudah tak asing di telingaku, menggerutu dan banyak bicara setelah memanggilku.
"Levi? Mau ikut makan siang?" Ajakku.
"Bocah bodoh, kemana saja kau? Aku menelponmu ribuan kali! Kenapa kau tak mendengar suara ponsel sialanmu itu?!" Dengusnya kesal. Pria pendek itu lalu menarikku keluar ruangan menuju halaman parkir sekolah.
"Tunggu Levi! Aku masih ada jam kelas setelah makan siang. Lagipula aku mematikan ponsel karena sedang mengadakan ujian harian."
"Apa ada hal yang sangat penting, Levi?" Sambungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
SNK : New Life Afterward
Fanfiction"Kehidupan baru saja di mulai, Erwin. Lakukan apa yang kau suka. Lakukan apapun yang belum pernah kau lakukan." Ucap Levi sembari meneguk tehnya. "Apapun? Hal yang membuatku cukup sedih adalah, tidak semua orang mengingat masalalu itu seperti kita."...