Sooyoung sudah berada di lift sebuah gedung bertingkat yang terletak di pusat kota Seoul, ini sudah larut malam. Dia kembali membetulkan letak ransel yang bertengger di punggungnya. Tas coklat besar yang terlihat penuh sesak dengan isinya yang entah apa.
Ting!
Pintu lift terbuka. Sooyoung melangkah keluar menuju satu pintu putih diantara dua pintu yang tertutup dihadapannya. Dia melangkah menuju pintu yang berada di sebelah kanannya dan mulai memasukan password dipegangan pintu putih itu. Lampu kekuningan menyala saat kakinya melangkah masuk kedalam ruangan.
"SIAPA KAU!" Soyoung terpaku di tempatnya.
Dia sudah melepaskan ransel penuh sesak juga tas tangan yang dibawanya di depan pintu dekat rak sepatu tadi. Saat melangkah semakin dalam dan refleks menekan saklar lampu yang berada di sebelah kirinya, dia mendapati seseorang berdiri tepat di hadapannya. Kini dia sudah menekuk dan melebarkan kedua kakinya yang dilapisi kaos kaki dan sandal rumah berbulu. Kedua tangannya mengepal bersiap menyerang.
"Orang biasanya akan teriak dan kabur saat menemukan ada orang asing dirumahnya. Dan kau? Apa kau mau menyerangku?"
"Sedang apa kau disini?" Sooyoung mengabaikan omelan Jungwoo yang sangat kaget karena reaksinya. "Dimana Hyunwoo?"
"Jangan berisik, dia baru saja tidur." Jungwoo menyusul Sooyoung yang sudah rebahan di atas sofa. "Kenapa Nuna pulang? Aku dan Hyunwoo sudah menunggumu sejak tiga hari yang lalu disini. Berharap bertemu denganmu, yang kutemukan malah gudang kosong yang penuh debu dan makanan busuk. Apa rumah biasanya begini? Belum satu bulan aku membereskan seluruh rumah ini..." Jungwoo bertambah kesal karena Sooyoung kini mulai memejamkan matanya, seperti biasa mengabaikan omelan Jungwoo. "Nuna. Katakana! Kapan terakhir kali kau pulang?"
"Entahlah.."
"Kenapa kau tiba-tiba pulang?"
"Apa tidak boleh? Ini rumahku!" Sooyoung yang terpancing kesal kini membuka matanya.
"Benarkah? Lalu mengapa hanya aku satu-satunya yang perduli dengan rumah ini? Apa aku pembantumu?"
"Yaah, kau bicara apa sih..." Sooyoung mencoba memasang wajah terbaiknya sambil menurunkan nada suaranya, dia tidak berada pada mood untuk berkelahi. Justru dia kali ini menyadari kesalahannya. Jungwoo memang sudah sangat bekerja keras.
"Nuna. Apa kau tau apa yang aku alami selama ini? Kau tahu jika aku sudah terlalu tua untuk tidak memiliki pacar? Aku sudah 22 tahun sekarang, sebentar lagi aku 23 tahun dan akan wisuda. Teman-temanku semuanya memiliki pacar dan tidak ada yang mau bermain denganku karena mereka sibuk." Jungwoo berbicara tanpa henti, dia kini menarik napas dan mulai kembali melanjutkan. " Aku melakukan semuanya untukmu dan Hyunwoo, tapi apa balasanmu? Kau bahkan tidak perduli Hyunwoo menangis sepanjang malam karena acara akhir tahunnya. Aku menelepon Eunwoo Hyung, tapi kau malah menyuruhnya untuk menutup telpon!"
"Jinjja? Kapan?"
"Kau bahkan tidak ingat itu? Apa benar kau ibuya Hyunwoo?"
"Tentu saja!" Sooyoung kini bangun dan memposisikan tubuhnya duduk di sofa. Jungwoo masih berdiri di tempatnya. "Ah, aku ingat sekarang!" Sooyoung tersenyum sangat lebar pada Jungwoo.
"Aku tidak akan menerima alasan konyol..."
"Aku ada rapat hari itu, dan kebetulan saat Eunwoo memberikan ponselnya, Tuan Kim datang. Jadi aku tidak bisa mengangkat telponmu."
"Kenapa kau tidak balas menelepon?"
"Aku sibuk Jungwoo-ya. Mianhae.."
Jungwoo menarik napasnya lagi. Dengan sangat keras dia menghembuskan di hadapan Sooyoung yang langsung menutup matanya takut. "Kau tahu? Karena masalah ini, aku harus mengurus café, tugas kuliahku, juga Hyunwoo yang merajuk. Aku bahkan tidak heran jika kau tidak tahu seperti apa Hyuwoo jika sedang merajuk.." Jungwoo menatap Sooyoung dengan sinis. " Dia membuatku tidak tidur tenang akhir-akhir ini, tapi kau kelihatan baik-baik saja. Lalu itu di depan pintu apa?" Jungwoo membalas tatapan ramah Sooyoung dengan sinis.
YOU ARE READING
IN WAR! (COMPLETED)
Action" Ini menyangkut banyak orang. Kalian yang tentukan. Jika setuju , kematian mengejar kalian. Dan jika memilih mundur, kalian tidak akan diakui. Kami memilih yang paling unggul. Tapi, mereka juga bukan orang yang bisa dipandang sebelah mata. Saat...