LIMA BELAS

137 14 3
                                    

          Siang itu , seorang pria bertubuh jangkung keluar dari mobil putihnya. Terik matahari musim dingin memancarkan sinar yang lembut dan hangat saat menerpa kulit wajahnya yang putih. Rambutnya yang sedikit panjang menutupi seluruh bagian keningnya dan menjuntai hampir menutupi sebagian matanya. Rambutnya terlihat sedikit ikal dengan warna coklat yang kelam.

           Pria itu mengenakan jeans putih dengan coat army dan syal yang membalut lehernya dengan warna senda. Dia melangkah menaiiki anak tangga yang melingkar dan sampailah didepan sebuah gerbang besi berwarna hitam yang menjadi sekat antara tangga dengan halaman luas yang kini terpampang di hadapannya, dia lalu membuka gerbang kecil itu dan melangkah melewati halaman rumahnya. Sampailah dia di depan pintu kayu besar yang berdiri kokoh. Pintu rumah keluarga kecilnya.

           Saat dia membuka pintu, seorang wanita cantik dengan rambut hitam panjang tersenyum menyambutnya. Pipi tembam dan kemerahan menghiasi wajah putihnya yang kini mnegembang sempurna.

"Kenapa sudah pulang?"

Senyum wanita itu berganti dengan ekspresi herannya setelah menyadari jika pria di depannya pulang tidak seperti waktu biasanya. Pria itu mengangguk sambil menerima segelas air hangat yang di bawakan wanita itu saat dia baru saja mendudukan tubuhnya di sofa coklat ruangan tengah rumahnya.

"Apa kantormu libur? Atau terjadi sesuatu padamu? Apa kau kurang sehat?"

Pria itu tersenyum geli. Dia dengan sabarnya mendengarkan pertanyaan bertubi-tubi dari wanita cantik yang kini ikut duduk di sampingnya. Dia sudah mengerti akan sifat wanita cantik yang sangat dia cintai itu. Dia sangat mengerti jika wanita itu melakukan hal demikian, karena rasa keperduliannya yang tinggi pada dirinya.

"Aku baik-baik saja sayang"

"Lalu ada apa?"

Pria itu kemudian merenggangkan tangannya, menyimpan tangan kananya di pundak wanita cantik itu. Dia menarik wanita itu kedalam pelukannya, dan merengkuhnya dengan gemas.

"Yaaa lepaskan. Bayi kita akan kesakitan"

Pria itu tetap tidak bergeming.

"Park Chanyeol! Ini masih pagi tahu."

Pria jangkung yang dipaggil Park Chanyeol tersebut kini menyerah dan segera melepaskan kedua tanagnnya, dia mulai tersadar akan perbuatannya. Lalu dengan cepat dia alihkan kedua tangannya menyentuh perut wanita cantik yang kini persis di hadapannya. Perut wanita itu sudah membesar berisi buah cinta mereka.

"Ooh maafkan ayah sayangku. Ayah hanya merasa kangen dengan ibumu yang pendek ini. Dia terlalu pendek sehingga membuat ayah gemas. "

"Yak!"

"Mwo?"

"Jangan coba-coba mengalihkan perhatian ya. Aku sudah tahu dari wajahmu itu"

Chanyeol segera kembali menegakkan tubuhnya yang tadi sedikit membungkuk. Dia lalu meraba-raba wajahnya dengan polos. "Benarkah? Memangnya kenapa dengan wajahku? Apa aku bertambah tampan ?"

"Aku tahu kau ingin menyembunyikan sesuatu dariku benar kan?" Wanita cantik itu sama sekali tidak tertarik dengan candaan yang di lontarkan suaminya

Mulut pria itu dengan spontan terbuka lebar. Dia kemudian terdiam masih dengan ekspresi seperti itu.

"Apa karena kita sudah menikah? Jadi kau bisa seenaknya menyimpa ekspresi itu di hadapanku huh? Dulu kau begitu berhati-hati bahkan ketika menguap." Wanita cantik itu terawa keras melihat ekspresi yang tergambar di wajah suaminya. "Kau terlihat bodoh jika begitu Yeobo.."

"Mwo?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Yeoksi. Aku memang tidak pernah bisa menyembunyikan apapun dari istriku ini."

IN WAR! (COMPLETED)Where stories live. Discover now