SATU

905 81 2
                                    

Suasana sangat ramai seperti biasanya, pagi ini di depan salah satu sekolah yang terletak di pusat kota Seoul. Suara teriakan girang dari anak-anak yang kembali bertemu temannya, suara para orang tua yang memberikan beberapa nasehat kepada anaknya sebelum melambaikan tangan.

Serta, suara deru mobil yang berasal dari mobil jenis sedan hitam yang baru saja menepi. Mobil itu mundur dan berbaris bersebelahan dengan mobil lainnya yang sibuk hilir mudik.

Suara deru mesin sudah tidak terdengar lagi. Di dalam mobil itu, seorang wanita muda memandang hangat seseorang disampingnya yang sedang melepaskan sabuk pengaman yang tadi dikenakannya.

"Apa kau merasa nyaman memakai sabuk pengaman itu sayang?" raut wajah wanita itu kini berubah heran.

"Bukankah lebih baik kau memakai kursi tambahan milikmu itu?" dia melanjutkan sambil tersenyum dan melemparkan pandanganya pada kursi belakang.

"Ibu. Aku ini sudah besar sekarang. Aku tidak membutuhkannya lagi," anak kecil disampingnya dengan kulit kemerahan dan pipi yang sedikit bulat kini mengerutkan alisnya. Dengan tubuh kecilnya, dia berusaha meraih pinggiran sandaran dan ikut menatap pada kursi belakang,

" Aku tahu kau sedih, tapi sekarang kau harus pergi dan bertemu orang lain." Ucapnya sedih pada kursi mobil kecil berwarna coklat muda yang dulu sering menemaninya kemanapun dia pergi.

Dia lalu memalingkan wajahnya dengan cepat pada wanita cantik di sampingnya

" Ibu. Kau bisa memberikan itu untuk jaewon kan? Aku tahu dia sangat berarti untukku, tapi kemarin aku melihat di dalam mobil ibunya jaewon kesulitan menggendong dia berdua dengan adiknya, jadi mungkin mereka akan senang menerima itu." Wanita itu, yang sedari tadi memperhatikan dengan seksama mengangguk dengan senang. Jaewon adalah anak dari penjual Taekbokki di depan jalan komplek apartemen mereka.

"Bagaimana dengan teman-teman barumu? Apa kau menyukainya?" dia mengubah topik pembicaraan.

Anak itu mengangguk cepat, " mereka semua baik dan sangat asik diajak bicara bu."

" Ibu minta maaf karena baru menanyakan hal itu sekarang nak."

" Aku baik-baik saja bu. Aku senang ibu bisa mengantarku 3 hari ini." Anak itu hendak membuka pintu mobil di sampingnya, saat sebuah tangan merangkulnya.

"Hyunwoo-ya, sebenarnya ibu mau bilang sesuatu padamu." Dia menghentikan perkataannya sejenak, " ibu tidak bisa menjemputmu hari ini, dan lagi...."

Anak itu tersenyum. " Apa Jungwoo samchon yang akan menjemputku? Aku sangat suka bermain dengan Jungwoo samchon, ibu tidak usah hawatir. Jungwoo samchon juga sangat pintar bercerita, aku selalu tidur nyenyak meskipun ibu tidak ada."

"Benarkah? Wah ibu sangat cemburu kalau begitu.."

"Kapan ibu akan pulang?"

wanita cantik itu terkesima. Dipandangnya Hyunwoo, anak laki-laki yang sangat dia cintai. Dari matanya, terpancar tatapan yang sama yang selalu diberikan seorang ibu untuk anak mereka. Kehangatan, kasih sayang, juga perlindungan.

"Apa kau menginginkan sesuatu nak?"

Hyunwoo mengangguk.

Dia lalu mendekatkan wajahya dan mencium pipi wanita itu dengan manis. " Aku ingin ibu bisa mengalahkan semuuuaa penjahat itu . Supaya hari libur nanti kita bisa makan es krim lagi."

Sekali lagi .

Mata wanita cantik itu berbinar, dia menghembuskan napasnya berat menahan air matanya yang sebentar lagi mengalir karena perasaan haru.

" Tentu sayang." Jawabnya sangat pelan

"Jungwoo samchon juga selalu menyalakan Televisi agar aku bisa melihat ibu disana.."

IN WAR! (COMPLETED)Where stories live. Discover now