Rencana gagal. Target kabur. Mereka dikhianati. Dan sekarang, Ilhoon terbaring koma di ruang ICU.
Sooyoung masih berada didepan ruangan itu. Duduk sendiri sejak semalam. Dia tidak tidur, tidak makan, dan hanya duduk termenung.
Dia memikirkan banyak hal, kakaknya yang ternyata dibunuh oleh Bapak Mentri Jin. Kakaknya yang bukan bertugas menjadi pelindung Negara dengan sengaja dimasukkan kedalam tim hanya untuk disingkirkan? Seandainya Sooyoung bisa mencegah semua itu...
Dia memikirkan seberapa Chanyeol selalu bersungguh-sungguh akan segala hal. Dia selalu melakukan segalanya dengan baik. Disiplin, tekun dan penuh dedikasi. Hal itu berbeda dengan Sooyung yang cenderung maunya sendiri. Karena itulah, dia dengan senang hati bersedia ikut dalam tim khusus. Memang, meskipun Chanyeol bukan seorang detektif, tapi dia salah satu reporter terbaik di perusahaannya. Dia naik jabatan dengan cepat karena kepandaiannya dalam menyelidiki kasus-kasus besar. Tapi, karena kemampuannya juga itulah dia kemudian dibunuh.
Sooyoung juga memikirkan, dihari Chanyeol tidak kembali lagi kerumah, Seungwan Eonni menggendong Hyunwoo sambil menatap kosong keluar jendela. Dia berhenti bicara sejak hari itu, dia tidak makan, tidak tidur dan hanya mendekap Hyunwoo dipangkuannya. Dia sudah sperti zombie. Anehnya, Hyunwoo bahkan lebih tenang dari biasanya. Dia seperti mengerti apa yang terjadi dan tidak ingin membuat ibunya bertambah sedih.
Hingga akhirnya, seminggu kemudian, saat Sooyoung kembali dari toko, dia mendapati Hyunwoo dalam pangkuan Nyonya Lee yang sedang menangis histeris. Didepannya, Seungwan sudah terbujur kaku dengan darah memenuhi gaun putihnya. Itu gaun pernikahannya dengan Chanyeol. Hari itu juga, satu bulan setelah Chanyeol tidak pulang ke rumah. Seungwan juga pergi. Hanya tersisa dirinya dan Hyunwoo.
Dia sangat terpukul, tapi Hyunwoo tidak punya siapa-siapa lagi jika dia juga memutuskan untuk menyerah. Maka, dengan tertatih, dia mencoba bangkit dan kembali menjalani hidupnya seolah tidak ada yang terjadi. Dia tidak ingin Hyunwoo tumbuh dengan suasana rumah yang mengerikan. Hyunwoo hanya memiliki dirinya, dan dia akan melakukan apapun untuk Hyunwoo. Dia bertekad dengan sangat bulat mulai hari itu juga.
Akhirnya dia menyelesaikan masa pelatihannya, dia mulai bekerja di kantor kepolisian dan dia memercayakan Hyunwoo pada Nyonya Lee dan Jungwoo yang saat itu masih sekolah di bangku kelas menengah pertama. Jungwoo rela pindah meninggalkan kota dan teman-temannya untuk menemani Hyunwoo. Saat Nyonya Lee memutuskan untuk kembali ke kotanya karena sudah tidak semuda dulu, mereka memutuskan Jungwoo akan tetap tinggal untuk menjadi bagian dari Sooyoung dan Hyunwoo.
"Apa sekarang aku harus berhenti? Berapa banyak lagi korban yang harus jatuh? Bahkan sekarang Ilhoon Sonbae juga...." Sooyoung berbicara pada dirinya sendiri. Wajahnya sudah sangat merah dan matanya terlihat bengkak. Airmatanya sudah mulai kering. Dan saat bayangannya semakin memuncak, airmata itu kembali menimpa pipinya.
Seseorang menepuk pundaknya. Sooyoung menemukan orang itu menatapnya dengan sangat dalam. "Itu bukan salahmu. Ataupun Chanyeol Hyung. Sama sekali bukan. Kalau kau mau menyelesaikan ini. Aku akan selalu disampingmu, jangan takut."
Sooyoung terisak. Matanya kembali memerah dan sebutir air mata kembali jatuh membasahi pipinya. Butiran lain saling menyusul. Sooyoung menangis deras dalam pelukan orang itu. Ini, pertama kalinya ada orang lain yang menagatakan jika dia mau berdiri disampingnya seperti itu. Setelah s5emua yang dia lalui, sendiri. Hanya ada Hyunwoo dan Jungwoo. Tapi kini....
"Kau benar. Kita harus menyelesaikannya." Setelah beberapa lama, Sooyung akhirnya menjawab lirih.
Orang itu mengangguk. "Jiho akan berjaga disini, jangan terlalu khawatir." Dia kembali berbicara. Suaranya yang lembut dan tenang bergema di kepala Sooyung, membuat Sooyung menjadi lebih tenang. "Mereka menunggumu. Sepertinya kita sudah menemukan beberapa kemungkinan dimana mereka sembunyi sekarang."
YOU ARE READING
IN WAR! (COMPLETED)
Action" Ini menyangkut banyak orang. Kalian yang tentukan. Jika setuju , kematian mengejar kalian. Dan jika memilih mundur, kalian tidak akan diakui. Kami memilih yang paling unggul. Tapi, mereka juga bukan orang yang bisa dipandang sebelah mata. Saat...