bab 49

5.4K 567 88
                                    

“Lo ga ada niatan ceritain apa-apa gitu van?” tanya Farel seraya memulai topik pembicaraan.

Ketiganya berada di apartemen Revan sejak sepulang sekolah tadi, mereka—lebih tepatnya Farel dan Brian yang berencana main ps diapartemen Revan.

Saat disekolah tadi tidak ada yang membicarakan tentang alasan kenapa cowo itu meninggalkan Aca dipinggir jalan beberapa hari yang lalu.

Seraya menegak habis minuman isotonik yang dibeli olehnya, ia akhirnya menjawab “Gue ada urusan”

Begitulah Revan, bukannya memberi penjelasan yang mudah dimengerti, tapi malah membuat orang semakin kebingungan.

“Urusan apa? Clarissa?” tebak Farel, disampingnya Brian tidak ikut berbicara. Hanya fokus mendengarkan obrolan kedua temannya.

“Hm” cukup dengan gumaman itu sudah menandakan bahwa cowo itu mengiyakan sekaligus membenarkan tebakan temannya.

Kali ini Brian ikut membuka suara “Emangnya Clarissa kenapa?”

“Dia sakit” jawab Revan, lalu menjeda ucapannya sejenak kemudian melanjutkan “Ga ada orang dirumahnya, gue nganterin dia ke rumah sakit” jelasnya membuat kedua temannya mencibir dalam hati.

“Dan karna itu lo tega ninggalin cewe yang katanya mau lo perjuangkan kembali?” ucapan Farel yang membuat Revan menatap temannya itu tajam.

“Gue ga ninggalin, gue juga udah bilang sama dia kalo gue ada urusan. Dan tujuan kita ga searah, jadinya gue pesenin taksi aja buat dia pulang” balas Revan mencoba menjelaskan.

“Tapi apa lo gak pernah mikir gimana perasaan dia?” tanya Brian

Revan menaikkan kedua alisnya bingung “Maksud lo?” tanyanya tidak mengerti apa yang diucapkan temannya.
Bahkan Brian langsung berdecak sebal mendengar ucapan temannya itu, lalu ia menatap farel “Rel, jelasin tuh ke dia”

Farel mengangguk “lo tuh suka nya sama Aca atau Clarissa?” tanyanya to the point

“Tentu Aca” balas Revan dengan cepat

“Nah itu! Lo bilangnya suka sama Aca, lo bilang mau memperjuangkan dia kembali, tapi kelakuan lo kayak gini malah bisa bikin dia ilfeel tau gak?!” kesal Farel, ia berpikir bahwa kelakuan Revan yang seperti ini harus dihentikan.
Lama-lama kalo gini terus malah makin kacau, bukannya memperbaiki.

“Harusnya lo tuh ga boleh ninggalin dia dipinggir jalan kayak gitu, apalagi cewe. Gue aja yang cowo kalo diturunin pinggir jalan kayak gitu malah rasanya benci sama tuh orang. Tega banget lo van, walaupun lo udah pesenin dia taksi sekalipun. Tetep aja lo salah, lo ga bertanggung jawab. Harusnya lo anterin dia pulang sampe rumahnya dengan selamat. Baru deh lo bisa kerumah Clarissa.” Jelas Farel panjang lebar, sejenak ia menjeda ucapannya karna merasa tenggorokan nya kering, ia pun meminum air putih didepannya.

“Coba deh lo pikir, semisal dijalan Aca tuh kenapa-kenapa. Kita kan ga tau musibah apa yang terjadi, bisa aja sopir taksi nya jahat, atau mereka dicegat begal. Dan kalo sampe Aca kenapa-kenapa, itu tanggung jawab lo van. Karna lo yang ngajak dia jalan, lo yang nyuruh dia pulang naik taksi yang seharusnya lo yang bertanggung jawab buat ngantar dia pulang. Dan kalo sampe itu terjadi, Cuma penyesalan yang bakal lo dapet”

Revan terdiam, sementara Brian masih menatap tak percaya atas semua perkataan serius yang diucapkan Farel tadi.

Jarang-jarang mendapati seorang Farel berucap kelewat serius seperti tadi.  Mana ucapannya sungguh bijak banget, Brian terharu jadinya.

“Lo diem gini merenungkan kesalahan lo atau mikirin keadaan Clarissa?” tebak Farel seraya menatap serius kearah Revan.

Tanpa banyak bicara, Revan mengambil kunci motor dan hoodie hitamnya lalu tanpa ba-bi-bu pergi meninggalkan kedua temannya yang masih cengo menatap pergerakannya.

Hiraeth✓[TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang