09: Tolak Angin

780 184 53
                                    

Author's note
Part ini bakalan banyak fotonya yaa, jadi kalau jaringan kalian lagi gak bagus, maybe you should wait a little~ Aku update lagi pas readersnya udah 2k! See u soon 💗



"Adek, kenalin pacarmu." Brian daritadi maksa soalnya anaknya gak mau cerita.

Malam minggu gini keluarga inti Jevan lagi ngumpul. Mumpung Kevin, si anak sulung pulang dari Vancouver.

"Bukan pacar, Papa. Jangan ah, takut nanti dia liat Abang-Abang 3 biji," jawab Jevan.

Kalau kalian penasaran keluarga ini tau Jevan punya gebetan darimana, ya jawabannya dari postingan instagram beberapa hari yang lalu lah. Brian dan Selena langsung instan kepo ngefollow Jihan dan gak sabar ngeliat anak cantik yang ada di feeds Jevan, begitu juga Kakak-Kakaknya.

Soalnya Brian sama Selena udah ngeliat semua pacar anak-anaknya. Tinggal si bungsu yang masih malu-malu.

"Jevan cepet ya pacarannya," celetuk Hansel.

"APAAN SIH ORANG GAK PACARAN?! Lo tuh dari kelas empat SD, nembaknya di tiang bendera pula."

"Yang kayak gitu pasti ajaran Papa tuh," balas Selena.

"Nggak, mana ada Papa pernah ngajarin nembak cewek panas-panas. Itu mah pasti inisiatif Hansel sendiri," jelas Brian.

"Gak apa-apa, biarpun low budget asalkan tulus." Wafiq buka suara.

"Tulus mah bisa siapa aja." Kevin tak mau kalah.

"Tulus mah yang nyanyi, kita sadar ingin bersamaa tapi tak bisa apa-apaa."

Dari Jevan yang iseng nyanyi malah jadi harmonisasi merdu. Dilanjut Kevin yang tiba-tiba lari ke piano yang ada di sudut ruangan, dan Brian yang genjreng gitar. Emang keluarga musisi, suaranya gak ada yang jelek.

"Eh tapi beneran lho Dek, ajak Jihan kesini. Mama masak banyak banget itu," perintah Selena.

Jevan pusingggg, bukan siapa-siapa masa iya tiba-tiba ngajak ketemu keluarga.  "Mama worry banget kayaknya makanannya gak habis, padahal gak mungkin."

Mengingat penduduk rumah ini didominasi dengan laki-laki, nasi Mama Selena gak pernah tersisa sedikit pun.

Wafiq berdecak kecil. "Bukan disitu poinnya."

"Dih diem aja dong."

"Udah ajak aja. Masalah dia mau apa nggak, Jesus take the weel," saran Kevin. "Lagian kenapa sih belum nembak? Lama amat, it'll be too late and you're just keep wasting your time, slow person," sambungnya.

Emang kalau masalah ngomporin orang tuh Kevin yang paling jago, mangkanya Jevan paling sering berantem sama Abang pertamanya ini.

"I'm speedy person, but a slow thinker. I'm thinking all the decisions carefully," bela Jevan.

Selena bertepuk tangan. "And Robert Lloyd said slow and steady wins the race. Biarin aja Kevin, Jevan tau yang terbaik untuk dirinya sendiri," kata Selena, mengacak rambut Kevin singkat.

"Ajak Haikal juga biar Jihannya gak ngerasa asing-asing banget. Tapi jangan dipaksa kalau gak mau," ucap Brian.

"Gak usah ah, Jihan sendiri aja. Haikal jam segini main game biasanya," balas Jevan, mengambil kunci motor dan bersiap untuk menjemput Jihan.

Brian senyum-senyum sendiri, anak bungsunya itu cepat sekali bertumbuh tinggi. Sekarang tingginya udah sama kayak Brian, padahal terakhir kali foto masih segini:

Wildest Course | 02-04 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang