26: My Heart Beat Wildly Because?

501 116 20
                                    

Keadaan Yuki berangsur-angsur membaik. Waktu dibawa ke rumah sakit juga suhu tubuhnya mulai normal lagi, walau belum siuman. Berarti memang sakitnya karena jurig kalau kata Malvin mah.

Yuki nggak diinfus, cuma dikasih tempat istirahat sama sedikit rangsangan biar dia bangun. Tapi udah 30 menit nunggu belum juga bangun. Alhasil kata Dokternya tunggu aja, nanti bangun kok.

"Kak, pasti bangun kok." Jihan menenangkan Malvin yang sedaritadi menunjukkan raut wajah khawatir.

"Emang after effectnya lama banget ya, Ji? Terus setelah kesurupan jadi gampang kena lagi nggak?" tanya Malvin bingung.

Jihan memikirkan jawaban yang pas, "kayaknya tergantung orangnya mau survive alam bawah sadar berapa lama deh, Kak. Gue masih belum bisa nyimpulin. Kalau soal pertanyaan kedua, kayaknya sering atau nggak tergantung kemampuan Yuki ngontrol dirinya sendiri gimana."

"Kok bisa sih ntu jurig langsung mencelat begitu ada lo?"

Jihan sedikit tertawa melihat wajah heran Malvin.

"Gue bawa makhluk lain. Yang lebih besar, berwibawa dan ... Puji Tuhan, setelah gue kenal ternyata dia baik."

Malvin menggaruk pipinya canggung. Kalau Jihan sudah berkata seperti itu, dia jadi bingung harus merespon apa. Sebab imajinasinya bekerja keras membayangkan visualisasi sosok yang disebutkan Jihan.

"Kak Malv, gue mau ngomong sesuatu, boleh?"

Bulu kuduk si empu yang ditanya seketika berdiri. Malvin tidak pernah melihat Jihan seserius ini. Mau bilang nggak boleh, tapi takut penasaran. Kalau bilang boleh, nanti kepikiran.

Kata Ayah harus berani.

"Boleh, apaan emangnya Ji?"

Gadis yang kini menopang tangannya di pinggir kasur rumah sakit itu berdehem singkat. "Makhluk yang tadi masuk ke badan Yuki ..." Jihan memotong ucapannya, menelan ludah kemudian tersenyum canggung. "Suka sama lo."

HAH???

Malvin langsung kayak, anjingggggg tragis banget hidup gue disukain sama setan???

"Bentar-bentar, gue masih gak bisa mencerna. Maksudnya suka in a romance way gitu??"

Jihan mengangguk singkat. "Katanya lo mirip cinta pertamanya dia pas masih hidup. Mangkanya gue heran banget kok selama ini lo gak pernah sambat digangguin. Padahal dia seobsesi itu. Beneran gak pernah, Kak Malv? Motor lo kerasa berat gak? Siapa tau dia ikut naik juga ke jok."

"Gue pulang biasanya iring-iringan sama Yuki. Terus gue juga jarang sendiri dan gak pernah mikir aneh-aneh sih. Bunda juga sering nyetel murotal dari ruang tamu kedengeran sampe lantai dua."

Malvin melontarkan kalimat itu dengan garis wajah tenang dan penuh keberanian. Tak ayal membuat Jihan heran bukan main, seorang Aditya Malvin yang kelihatan urakan justru punya sisi lain yang tenang.

"Keren," gumam Jihan kagum. "Pantes Mbaknya masukin badan Yuki. Soalnya dia tau kalau lo sama Yuki bakal sedeket ini. Se-enggaknya dia pernah ngerasa dipeluk sama lo, Kak."

"Lo gak bisa ngusir gitu? Sadarin dia kalau kita beda dunia. Tolong Ji, tolongg banget ini mah," mohon Malvin.

"Nanti malem gue kasih tau," sahut Jihan.

"Alhamdulillah!"

"Kalian lagi ngomongin apa?" tanya Yuki yang baru saja terbangun. "Gue habis kesurupan ya?"

Wildest Course | 02-04 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang