Wanita cantik berumur 30 tahunan itu menyisir rambut Putrinya dengan perlahan. "Dek, mau ya ikut kursus bahasa Inggris di temen bunda pas liburan ini? Dua mingguuuu aja, habis itu adek terserah mau lanjut apa nggak," tawar Seana, Ibu dari dua anak itu selalu berusaha membuat liburan semester setiap tahunnya menjadi lebih produktif."Bun.. udah adek bilang, Adek tuh libur kali ini pengen santai sekalii aja. Satu tahun yang lalu kelas tata boga, terus semester kemarin juga kelas gitar, sekarang mau kelas bahasa Inggris? HUAAAA BIG NOO!" ringis Jihan heboh.
"Bun, Bunda gak tau aja kemarin aku ketemu sama Johnny terus Jihan tuh—"
"AAAAA MAS JOWU, SHUT UP!" teriak Jihan kepada Jonathan Wu, alias Kakak pertama yang menurutnya menyebalkan itu. Matanya membulat, ia pun berlari ke arah Jowu dan menutup mulut Jowu.
Mas Jowu mau jadi profokator terkuat buat aku masuk kursus Inggris?! GAK BOLEEH.
Cengkraman kecil dari tangan adiknya itu sangat mudah disingkirkan dari mulut Jowu, ia tersenyum puas ketika mendapati Jihan memasang wajah kesal.
"Apa? Gimana? Cerita semua ke Bunda. Adek, jangan cubit Mas Jowu, ayo disingkirin itu tangannya, gak boleh gitu."
Jihan melepaskan cubitannya dari lengan Jowu lalu mendengus sebal.
Jowu berdehem singkat. "Hari Kamis kan Adek minta diantar ke Gramed sama mas, terus pas sampai sana kita ketemu Johnny. Bunda kenal Johnny gak?"
"Ohh, Johnny anak HI temen kamu itu? Sempat kesini kan pas bunda bikin kue sus 2 minggu yang lalu?"
"Nah itu dia, John lagi cari referensi buat skripsinya, terus Mas nyuruh Johnny nanya- nanya Jihan pakai English kan, soalnya pas mas ajak ngomong pakai English tuh si adek gak nyaut mulu. Tapi pas Mas lihat nilai Bahasa Inggris dan grammarnya dia pas nulis caption tuh bagus. Tapi pas ditanya-tanya Johnny, kaki dia gemeteran, bunn."
Jihan menutup wajahnya dengan tangan, menjauhi jaraknya dengan Jowu. Rasanya pengen nangis, tapi gak bisa.
Bunda Seana mendekati Jihan, mengelus lembut puncak kepala putrinya yang sedang terlihat kesal karena kelakuan kakaknya itu. "Jadi, anak bunda tuh sebenernya hebat bahasa Inggris, grammar nya udah lumayan bagus, tapi gak confident sama speaking skill nya, ya? Bener gitu, Dek Jihanei?"
Jihan tak menangkis omongan Bundanya, memang benar begitu, kan? Batinnya.
"Gak apa-apa kalau gak mau, tapi besok kita lihat dulu tempat les sama suasana disana, ya? Siapa tau Adek suka terus jadi mau les. Kan Tuhan bisa membolak-balikkan hati manusia."
Gadis itu mengangguk setuju. "Jangan pagi-pagi, adek mau ketemu Kak Olivia," jawabnya pasrah.
"Nah, sekarang balik ke kamar, udah jam 10. Mas Jonathan, berhenti dulu itu nugasnya, lanjut di kamar aja. Lampu ruang tamunya mau Bunda matiin."
Kedua anak Seana mengangguk bersamaan.
"Ayah kapan pulang, Bun?" tanya Jihan.
"Besok, masih ada kerjaan sekarang. Tunggu aja."
Jowu menutup laptopnya, menyusul Jihan yang sedang menaiki tangga, mencoba berjalan beriringan dengan Adik satu-satunya itu. Setelah berhasil, ia merangkul bahu Jihan.
"Apaan sih? Jangan deket deket!"
Jowu bersiul singkat. "Jangan marah, adik cantikku. Bersyukurlah adinda memiliki kakanda yang baik hati dan gemar menolong ini."
"DASAR CRINGE! Jangan bersiul malem malem! AH TAU AH MALES BANGET SAMA MAS JOWU!" cerca Jihan, berlari meninggalkan Kakaknya yang telah dirasuki setan cringe itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Course | 02-04 liners
FanfictionNiatnya gabung di les ini cuma pengen belajar Bahasa Inggris, ternyata dapat bonus teman- teman absurd yang gilanya gak tertandingi. Tapi di satu sisi bisa diandalkan, dimanapun dan kapanpun. "I came here to learn English, I never thought that I'd b...