#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH
#PART 5
Story by : Hyuuga Nicha Annisha.Adzan sudah berkumandang, para santri berhamburan menuju masjid untuk melaksanakan shalat maghrib berjama'ah.
Di sisi lain santriwati juga melakukan hal sama di mushola, berbeda dengan gadis berusia 15 tahun yang masih sibuk di dapur, keringat bercucuran dari balik hijab hitamnya, sesekali keluar sebentar dari dapur sekedar mencari angin untuk sedikit menyejukan badan, memasak di depan tungku panasnya emang luar biasa, di tambah cuaca memang sedang panas, dan karena daerah cianjur sangat panas berbeda dengan bandung, kampung halamannya yang sejuk dan masih asri dengan pepohonan.
"Eh, Teh Nais gak lagi shalat?" Tiba-tiba teh Naya datang dari balik pintu ruang tengah rumah Teh Halimah.
Naisya yang sedang duduk di kusen pintu dapur sedikit terperanjat, karena kedatangan yang tiba-tiba."Eh Teteh. Iya nih, lagi ada tamu bulanan," jawab Naisya.
"Sama atuh. Eh itu yang di tungku apa, bolu kukus ya?"
"Iya, tadi Teteh Mae minta titip sebentar mau shalat dulu. Sebentar lagi matang kok."
"Iya, terus katanya nanti mau bikin bolu putu? Wah si Teteh suruh kita gadang kayaknya." Adik dari Teh Maesa itu duduk di kusen pintu antara ruang tengah dan dapur.
"Iya, udah 2 hari kita gadang."
"Teteh baru di sini makanya belum terbiasa kan?"
"Ah biasa kok, di sana juga ada acara haul besar tiap taun."
"Ouh iya, disini selalu pas hari kamis puncaknya, setelah ini 1 minggu para santri istirahat."
Naya dan Naisya asyik mengobrol hingga tak terasa bolu kukus sudah matang dan siap di angkat. Sambil menunggu yang lain beres shalat serta wiridan, Naisya berniat mandi, mau tidak mau harus karena badannya yang lengket dan bau karena keringat yang di sebabkan asap tungku membuatnya tak nyaman.
"Eh, teh mau mandi jam segini?" Tanya Risa, keponakan Aditya itu tengah melipat mukena di kamar, dan Naisya yang tengah mengambil handuk menggangguk.
"Iya, gak enak sih nih badan dari pagi belum mandi, apalagi sedang bulanan gini kagak nemu air wudhu rasanya gampang lengket.. euhh bau lagi..."
"Iya teh, harus wangi dan cantik donk, nanti kalau ketemu Kang Adit malu tuh kalau bau." Latifah ikut nimbrung tiba-tiba dari mushola dan tangannya yang membawa mukena.
"Ah kau ini suka sekali menggodaku, Fah."
"Hehe..."
"Bentar, aku mau menemui pamanku."
Risa sedang membenarkan hijabnya."Teh Risa, ajak calon bibi juga donk... "
"Astagfirulloh... gak boleh," timpal Naisya.
"Canda kok teh," jawab Latifah.
"Hehe... yaudah aku pergi dulu sebelum paman tertua datang dari mesjib, mumpung paman Adit lagi sendiri mau minta tambahan uang jajan." Risa akhirnya pergi, dan Naisya juga keluar dari kamar hendak menuju kamar mandi.
"Eh tunggu teh," cegah Latifah dari belakang.
"Iya?"
"Ngintip dulu yuk bentar."
"Idihh, nanti ada yang liat bagaimana, dasar tukang ngintip."
"Halahh bentar doank, lagian ada teh Risa di rumah Teh Maesanya gak papa kan, aku inisiatif nih ingatin Teteh, mungkin aja Teteh penasaran." Latifah malah menyeret Naisya kearah bilik antara penghubung madrasah dan rumah Teh Maesa yang terbuat dari bambu, ada sedikit celah juga buat ngintip ke ruang tengah rumah teh Maesa, disana terdapat Aditya dan keponakannya Risa tengah mengobrol, nampak mereka saling bercanda terlihat dari raut wajah yang tengah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM ISTIKHARAH
RomanceNamaku Naissya Nabillatifah, usiaku 15 tahun, tepat di hari kelulusan aku di jodohkan dan langsung di lamar, aku bahkan harus mondok di pesantren yang sudah di pilih Ayah tunanganku. Aku yang tidak tahu apa-apa, tidak tahu Dia siapa, tiba-tiba harus...