#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH
#PART 16Awali harimu dengan Bismillah, sertakan nama Alloh dalam setiap aktifitasmu, ingsya Alloh semua akan berkah dan juga manfaat.
Tak ada nikmat yang akan Alloh berikan pada umatnya yang tidak tepat, semua tergantung kemampuannya, tidak akan ada nikmat yang di luar kemampuan.
Kita cukup menjalani, meridhai, ikhlas, dan terima, apapun itu yang Alloh berikan pasti akan berbuah dengan baik.
Bagaimanapun juga semua takdir dan skenario kehidupan sudah di tulis oleh Alloh dengan alur yang sempurna, kita cukup jadi pemeran yang hebat saja, hebat dalam mengartikan semua dengan benar.
Rezeki, Jodoh, dan juga Maut, semua di tangan Alloh.
Jika sekarang jodohnya datang dengan cepat, maka ini adalah rezeki yang berbentuk kasih sayang.Mendapatkan seorang suami yang bisa menuntunnya ke jalan yang benar, memberikan kasih sayang dan cinta atas nama Alloh, itu adalah rezeki terindah bagi setiap wanita.
Naisya Nabillatifah, gadis 16 tahun yang sekarang ini tidak lagi menolak akan hadirnya perasaan, hubungan atau nasibnya ini, yang ternyata Naisya harus mensyukuri. Penyesalanlah yang datang jika ia menolak Imam yang begitu indah. Di luar sana, mereka mengantri hanya untuk mendapat lelaki idaman dalam wujud Aditya, jika Naisya menolak, itu suatu kesalahan. Naisya harus lebih bersyukur lagi, ia mendapat imam-nya atas restu dari Alloh dan juga keluarga.
Hari ini tepat pada tanggal 17 januari, gadis yang tiga hari lagi melepas lajangnya, tengah sibuk di kamar kecilnya yang nyaman, menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan.
Sesekali sedikit merias kamarnya itu dengan kerajinan tangan, hingga kaligrafi yang di belinya, Naisya ingin membuat kamarnya menjadi nyaman dan tentram, serta enak di pandang, memajang setiap pajangan dalam bentuk kaligrafi itu adalah hal yang baik. Nantinya kamarnya ini bisa menjadi tempat paling aman.Hari ini Naisya dan Mamanya baru pulang berbelanja dari pasar, Naisya hanya membeli beberapa sabun, serta alat kecantikan lainnya, dan juga sarung impian beserta baju tuniknya untuk ia pakai di waktu yang tepat.
"Alhamdulillah beres juga, sekarang lemariku rapi," ucap Naisya, tangannya mengusap keringat di jidatnya yang sebagian terhalang jilbab.
Naisya besok akan menunaikan puasa sunat, di karenakan hari senin dan, hari rabu adalah waktu pernikahan. Hari spesial bagi dirinya.
Naisya merasa sabar tidak sabar sih, gadis itu masih belum bisa mengekspresikan kebahagiaannya, setelah seminggu ini Naisya tak henti-hentinya memikirkan berbagai macam hal dalam pernikahan, Naisya takut jika ia tidak kuat mental dalam menjalankan rumah tangganya, hingga membayangkan jika dirinya takut harus berbagi suami.
Astagfirulloh, Naisya terlalu mendalami kisah-kisah pernikahan poligami di novel serta aplikasi membaca.
Jujur saja Naisya sering membaca berbagai macam cerita, itu sedikit mengisi waktu luang atau bahkan menambah pengalamannya."Teteh, udah beres belum?" tanya Mamanya Nais.
"Udah Mah," jawab Naisya.
"Oh kalau gitu tolong belikan terigu sama minyak, hari ini sepupu Teteh akan kesini hari ini, mau sedikit membantu membuat kue."
"Teh Erin? Wah asyik bisa ada temen donk." Naisya sumringah.
Kemudian Naisya pergi kewarung terdekat untuk membeli terigu sama minyak, hari ini entah akan membuat kue apalagi. Persiapan pernikahan Naisya sudah di atur 3 minggu yang lalu, dari membuat kue, memesan dekor pernikahan, serta memilih gaun pengantin sewaan yang cocok buat di pakainya nanti. Hanya 3 jenis gaun pengantin yang akan di pakainya, satu untuk akad yang berwarna putih, biru dan merah untuk resepsi..
.
"Assalamualaikum?" seru seseorang sembari berjalan ke arah pintu. Naisya yang sudah tak asing lagi dengan suara tersebut langsung keluar dari rumah dan menyambut kedatangan Kakak sepupu sekaligus teman sebangku waktu sd, sepupu rasa sahabat. Mereka harus berpisah, karena Erin harus pindah dan melanjutkan sekolahnya di kota kelahiran Ayahnya. Ibunya Erin adalah Kakak dari Mamanya Naisya.
"Wa'alaikum salam, Teteh ... apa kabar?" Naisya langsung bersalaman dan juga berpelukan, tinggal di kota membawa perubahan besar pada Erin. Dandanannya sudah khas kota, beda jauh dengan Naisya yang hanya memakai sarung dan baju atasan biasa serta hijab syar'inya. Intinya penampilannya sangat biasa-biasa saja.
"Alhamdulillah baik, Nay kamu pangling, lihat sekarang pake sarung."
"Hehe iya Teh, nyaman dengan perubahan sekarang. Eh ayo masuk dulu, Nais mau banyak tanya nih, kok bisa Teteh kesini, bukankah lagi masa sekolah?"
Mereka berdua berjalan menuju ruang tamu dan duduk di kursi, camilan-camilan sudah di siapkan. Kedua orangtua Erin sudah turun dari mobil beserta adik perempuannya dan menyusul Erin masuk ke dalam rumah.
Mereka terus bersenda gurau saling bertukar cerita, hingga tak terasa maghrib sudah tiba.
Naisya dan Erin masuk ke kamar Naisya, mereka hendak menjalankan shalat."Wah, kamar yang bagus, seger lihatnya Nay," kagum Erin begitu membuka pintu kamar Nais, mulai hari ini Erin akan menginap hingga pernikahan Naisya selesai, gadis berusia 17 tahun itu duduk di tempat tidur dan matanya terus memperhatikan seisi kamar.
"Ah biasa aja, hanya di rapiin dikit, ini juga dindingnya baru di cat sama Bapak, makanya kayak gak ada coretan-coretan gitu, dulu banyak bekas coretanku, dan sekarang di tambah hiasan dikit."
"Tentu saja, nanti di sini akan ada penghuni baru iyakan? Gak nyangka juga sih Nay, kamu akan nikah muda," ucap Erin.
"Iya sama aku juga gak nyangka, tapi aku bersyukur dan menerima kok, mungkin jodohku secepat ini." Naisya.
"Hmm kamu benar, aku juga kalau bisa mau nikah aja, hehe tapi aku harus lanjut sekolah dan mengejar cita-cita, mungkin sekitar umur 21-24."
"Wah itu mah udah dewasa, mungkin nanti kalau umur segitu aku sudah punya anak," ucap Naisya.
"Hmm iya."
Hening beberapa saat setelah itu mereka menjalankan shalat maghrib, dan seterusnya membuat kue hingga tengah malam baru beres.
.
.
"Alhamdulillah beres juga," ucap Erin meregangkan otot-otot tangannya, malam ini ia akan menginap di kamarnya Nais, orangtua dan adiknya tentu di rumah neneknya.
"Iya Alhamdulillah," sambung Nais, membenarkan letak sprei yang membungkus kasurnya. Hari ini Nais senang ada teman curhat, biasanya Nais hanya tidur sendiri di kamarnya berbeda ketika waktu ia di kobong, kebersamaan itu membuat Nais selalu merindukan suasananya yang dulu.
"Eh, jam berapa sekarang?" tanya Erin, Nais membuka ponsel androidnya, waktu menunjukan pukul 12 kurang 4 menit, lumayan juga menguras waktu. Mulai besok tidak akan ada pekerjaan lagi, Naisya hanya tinggal menunggu waktunya tiba, ia cukup menyiapkan jantungnya yang mungkin akan berdetak lebih kencang dari biasanya, ah mengingat hal itu membuat Nais senyum-senyum, tentu Erin menyadari itu. Gadis itu memperhatikan ekspresi wajah saudari sepupunya yang tengah kasmaran. Indahnya jatuh cinta.
"Ekhem! Senyum-senyum nih, ada apakah gerangan?" goda Erin.
"Ah, gak ada," jawab Nais, bohong.
"Bener nih, jujur aja pasti kamu lagi ngehaluin masa depan," balas Erin menggoda Nais yang tengah menahan ekspresi malunya.
"Iya, aku jujur kan?" jawab Nais.
"Nah gitu, jujur lebih bagus, dengab begitu kamu gak akan segan-segan untuk merasakan bahagianya menuju pelaminan. Ya ampun aku juga gak sabar."
"Gak sabar pengen nikah?"
"Ih, maksudku gak sabar lihat kamu malu-malu kucing di depan suami kamu nanti."
"Elaaah meng-ejekku ya?"
"Bukan mengejek, tapi pastinya bakal begitu kan?"
"Hmm," gumam Nais menanggapi setiap godaan sepupunya ini, dari tadi Erin tak henti-henti menggodanya. Apalagi pas tadi ketika Aditya menelpon, Nais tidak bisa tenang berbicara di depan Erin yang terus mengedipkan matanya, alhasil telepon pun terputus dengan tidak jelas. Entah mungkin nanti Aditya marah padanya. Ah berbelit dengan rasa malu, Nais bisa apa?
TBC..
OKE TANKS!! Yang udah kasih vote makasih.....
Sekali lagi saya ingatkan mohon vote dan comennya dan juga koreksinya ya, lumayan itu juga salah satu penyemangat Author agar bisa lanjut. Yak. Jangan jadi pembaca gelap ya?Hatur nuhun...
Tertanda Hyuuga Annisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM ISTIKHARAH
RomanceNamaku Naissya Nabillatifah, usiaku 15 tahun, tepat di hari kelulusan aku di jodohkan dan langsung di lamar, aku bahkan harus mondok di pesantren yang sudah di pilih Ayah tunanganku. Aku yang tidak tahu apa-apa, tidak tahu Dia siapa, tiba-tiba harus...