#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH
#PART 15Aditya memarkirkan motornya di depan rumah dan kemudian turun, langkahnya memasuki dapur dari pintu luar.
DEG!
Aditya sontak terperanjat mendapati Kakak perempuannya tiba-tiba di balik pintu dapur.
"Teteh!"
"Dari mana Dit?"
"Kepo ih," jawab Aditya sambil cengengesan, menghampiri Umminya yang tengah memasak.
"Dasar!" Wanita bernama Aisyah, atau tidak lain adalah Mamanya Risa itu kemudian berlalu pergi keluar dari dapur.
"Ummi, masak apa?"
"Masak lele," jawab Umminya, menutup panci yang di dalamnya terdapat bungkusan dengan daun pisang.
"Pepes lele, asyik," ucap Aditya.
"Hari ini abah kamu pengen pepes lele, makanya Ummi masak," ucap Ummi.
"Gak cuman Abah, Adit juga mau lah Ummi."
"Kamu sama Abah kamu sama aja."
"Abah belum pulang?"
"Belum, Abah belanja kitab dulu, dari subuh udah pergi, paling bentar lagi."
"Ouh pantesan gak lihat Abah dari subuh."
"Kamu sih tidurnya kayak kebo, bangunnya tiap kali udah komat di mesjid."
"Tapi gak tiap kali kan Ummi," ucapnya.
Umminya memasukan daun singkong beserta sayur mayur lainnya kedalam panci yang satunya, keluarga ini memang suka makan dengan lalapan. Tiap kali makan wajib pake sambal dan juga lalap, apalagi Aditya yang doyan sambelnya tidak ketulungan, Aditya bisa saja menghabiskan sendiri sambal dadakan satu cobek.
.
.
.
Di sisi lain keluarga Naisya juga tengah menikmati makan di pagi hari, waktu menunjukan pukul 10.
Naisya langsung membantu Mamanya masak sepulang dari sekolah setelah mengambil izazah, hanya 3 orang minus Adiknya, Awan."Jadi ke kantor agama-nya senin?" tanya Mamanya Nais memulai percakapan.
"Iya, setelah semua syaratnya lengkap, tapi Teteh juga sama Adit harus ke sana, terus Teteh harus jalankan tes dulu ke bidan, nanti tes catinnya (calon pengantin) di gabung sama berkas-berkas, poto beserta izazah," jelas Ayahnya Nais. Mereka berdua mengangguk paham.
Setelah itu acara makan pun berlanjut, dan kembali melanjutkan aktifitas seperti biasa.Singkat cerita- Hari Senin
Aditya, Naisya beserta Ayahnya Nais, hari ini mereka akan berangkat ke kantor agama, jaraknya yang lumayan jauh membuat Nais harus ikut naik motor bersama Aditya, sedangkan ayahnya Nais membawa motor tanpa penumpang, di karenakan masih belajar mengendarai motor dan usianya yang sudah tidak muda lagi, jadi masih belum terbiasa membawa penumpang.
Pernah suatu hari Ayahnya dan Mamanya Nais terjatuh dari motor karena di bonceng Ayahnya yang masih belajar itu, alhasil Ayahnya masih trauma dan tidak ingin kejadain itu terulang. Ayahnya Nais lebih memilih membuntuti motor yang membawa Aditya dan Nais.
Perjalanan berjalan dengan lancar, lumayan jauh jarak yang di tempuh sehingga memakan waktu hampir satu jam."Dek, pegangan!" seru Aditya dari balik helm-nya. Naisya mengernyit karena tidak terlalu jelas menangkap suara Aditya.
"Pegangan!" Aditya meninggikan suaranya.
"Iya ini juga sudah," jawab Naisya, tangannya semakin erat mencengkram sisi jok motor, buku-buku jari jemarinya memutih karena terlalu erat, pasalnya berpegangan pada jok agak susah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA DALAM ISTIKHARAH
RomanceNamaku Naissya Nabillatifah, usiaku 15 tahun, tepat di hari kelulusan aku di jodohkan dan langsung di lamar, aku bahkan harus mondok di pesantren yang sudah di pilih Ayah tunanganku. Aku yang tidak tahu apa-apa, tidak tahu Dia siapa, tiba-tiba harus...