PART 14

77 3 0
                                    

#CINTA_DALAM_ISTIKHARAH

#PART 14

Hari jum'at yang berkah, pagi-pagi matahari sudah terlihat sangat cerah.

Gadis berjilbab coklat tengah menyapu rumah serta teras, kemudian mengepelnya juga.
Setelah kepulangannya, rumah yang jarang di bersihkan karena kesibukan orangtuanya yang mencari nafkah, sekarang terlihat bersih dan juga segar, semenjak Naisya mondok dari asalnya malas sekarang jadi lebih rajin, bersih-bersih bahkan baju yang kotor semua ia cuci. Tak ada debu ataupun kotoran yang menenpel di keramik dan kaca.

Orangtuanya memiliki toko sembako tak ayal jika orangtuanya jarang membersihkan rumah karena sibuk di toko, untuk adiknya Naiss yang laki-laki yang bahkan jarang di rumah, dan mustahil juga akan mau beres-beres rumah, paling Awan mencuci bajunya sendiri.

Setelah semua beres Naisya berniat untuk mengecek hapenya, siapa tahu ada pesan masuk atau semacam menggeser beranda di akun sosmednya. Sudah lama ia tak mengecek akun pribadinya yang terbengkalai.

Naisya menghampiri Ayahnya di ruang tamu ketika ia di panggil sang Ayah.

"Teh, hari senin harus ke kantor agama untuk daftar, jadi Teteh harus ambil dulu izazah ke sekolah, karena pastinya akan di butuhkan," ucap Ayahnya.

Naisya baru ingat, jika izazah SMP-nya masih di sekolah, belum ia ambil, tentu teman-temannya sudah mengambilnya karena mereka melanjutkan sekolah, berbeda dengan Nais.

Kebetulan hari ini adalah hari jum'at dan Awan adiknya Nais belum berangkat sekolah, setidaknya Nais bisa nebeng ikut kesekolah.

Nais segera siap-siap setelah ia bilang pada Awan untuk menunggunya sebentar, setelah 5 menit Nais dan Awan pun berangkat ke sekolah dengan motor metic yang biasa Awan gunakan kesekolah.

Kurang 10 menit mereka sudah sampai ke sekolah, tidak menunggu lama Nais pun langsung menuju ke ruang guru dan menanyakan wali kelasnya waktu Nais kelas 9 dulu.

Setelah bertemu sang wali kelas, Nais pun bersalaman dan menanyakan izazahnya.

Naisya kali ini menuju ruang kepala sekolah dan wakil ketua yayasan. Naisya harus melakukan sidik jari terlebih dahulu. Butuh waktu beberapa menit untuk melakukan syarat-syarat hingga selesai, setelah itu Naisya harus mempoto copy izazah di toko buku, dan menyerahkan sebagian poto copy-nya pada sang guru.
Setelah syaratnya selesai Naisya tinggal menunggu adiknya untuk pulang, tidak mungkin Nais jika harus berjalan kaki, jarak sekolah yang jauh dari rumahnya dan memilih untuk menunggu adiknya yang masih belajar. Sepertinya harus menunggu selama 3 jam kurang.

Suasana sudah sepi tentu karena waktu belajar sudah di mulai 30 menit yang lalu, hanya satu sampai dua orang yang berlalu lalang untuk sekedar keluar masuk ke kamar mandi.

Naisya duduk di depan kantin sekolah, berharap waktu cepat berlalu, tak bisakah adiknya izin dulu untuk mengantarkannya pulang, Naisya bahkan hanya sendiri tidak ada satu orang pun yang menemaninya sekarang, tentu saja Naisya adalah alumni murid, tidak ada yang akan kenal dirinya.

Naisya memilih untuk membuka ponselnya mengalihkan rasa bosan dengan menggeser-geser layar benda persegi panjang itu, sembari mengemil makanan yang baru saja di belinya di kantin.

Drrtt... Drrtt... nada panggilan masuk.
Naisya segera mengangkatnya.
Terdengar suara baritone dari balik sana.

"Iya, lagi di sekolah." Naisya menjawab pertanyaan sang penelpon yang tak lain adalah Aditya. Naisya baru sadar jika ia belum menamai kontak tersebut.

"Ada perlu apa di sekolah Dek?"

"Mengambil izazah, punyaku baru di ambil sekarang."

"Sudah di ambil?"

CINTA DALAM ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang