PART 23

139 6 0
                                    

-----

Perempuan itu menghampiri para santriwati yang tengah mejeng di teras kobong. Mereka tersenyum senang menyambut kedatangannya seolah sudah saling kenal.

"Teh Safa?"

Naisya mengernyit begitu mendengar Risa menggumamkan nama itu.
"Udah kenal?" tanya Nais.

"Kenal lah, dia santri yang mondok disini dulu, sekarang dia sudah menikah tapi..."

"Risaa... " tiba-tiba perempuan yang di sebut Safa itu berhambur kepelukan Risa. Risa yang tidak siap akan terjangannya hampir terhuyun sebelum tangannya menggenggam knop pintu. Risa dan Naisya masih di ambang pintu keluar.

"Aduuh Teh, biasa bae donk, aku kesakitan nih..." Safa akhirnya melepaskan pelukannya itu dan menatap Risa dengan cengengesan.

"Ya Alloh Ris, pangling. Udah hampir setahun gak ketemu."

"Tapi Teh kok bisa kesini? Mau mondok atau cuman berkunjung aja? Sama suami?" Risa terus melontarkan pertanyaan, para santri yang lain juga ikut penasaran pasalnya wanita 21 tahun ini di kabarkan sudah menikah dan yang membuatnya familiar adalah, dia santriwati yang pernah menjalin hubungan dengan Aditya, tetapi hanya Naisya yang tidak tahu.

"Mau mondok lah Ris," jawabnya tersenyum simpul. Yang lain manggut-manggut.

"Terus suaminya kemana?"

"Kerja."

"Ouuh, sama donk kayak teh Nais, dia udah nikah tapi mondok lagi." Risa melirik ke arah Naisya, sedangkan yang di lirik hanya tersenyum menanggapi, Naisya dan Safa pun bersalaman.

"Udah nikah? Masih muda begini?"

"Udah jodohnya cepat, mau gimana lagi," sahut Risa.

Setelah sedikit bercengkrama, para santri bubar dari tongkrongannya ketika maghrib sudah tiba, langsung berlarian menuju kamar mandi, siapa cepat dia dapat.

Seperti biasa seterusnya mereka akan mengaji hingga jam 9 malam.

.

.

Naisya menaruh kitabnya di rak seperti biasa, tangannya juga kemudian mengambil buku catatan yang terletak paling atas, matanya sayu dan nampak lesu, Naisya juga heran dengan kondisi tubuhnya yang akhir-akhir ini nampak lelah.

"Teh?" Naisya terperanjat kaget ketika seseorang memanggilnya yang tengah mematung di depan rak.

"Iya?" Naisya berbalik, ternyata yang memanggilnya itu adalah Latifah, nampak membawa buku dan kitab di pelukannya.

"Kenapa melamun Teh?"

"Ah enggak, hanya lagi mikir aja, kok aku belum datang bulan lagi ya," jawab Naisya, mata Latifah langsung berbinar seolah mendapat sesuatu yang berharga. Pasalnya Naisya terakhir haid pas satu minggu sebelum pernikahan, dan sekarang usia pernikahannya sudah 3 minggu, berarti sudah satu bulan Naisya belum haid lagi. Mungkin sedang tidak lancar, pikirnya karena biasanya ia telat haid hingga 2 bulan, itu hal yang wajar mungkin.

"Teh Nais hamil?"

Deg- sontak jantungnya mendadak berdebar ketika Latifah mengucap kalimat tersebut, Naisya berkerut, baru sadar kalau dirinya bukan gadis lajang lagi, jadi mungkin saja jika telat haidnya itu karena dirinya hamil. Ah tidak, Naisya belum memastikan itu.

"Ah enggak mungkin," sergah Naisya. Latifah malah tersenyum menggodanya.

"Ya Alloh teh, kalaupun Teteh hamil juga gak apa-apa kan?"

"Iya tahu, tapi masih belum percaya, karena belum ada tanda-tanda."

"Bukannya udah telat haid ya?"

CINTA DALAM ISTIKHARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang